Kita yang ada di Indonesia atau bahkan di dunia sebagian besar
tahu, bahwa Hindu itu identik dengan kaya budaya, banten, dan sarat dengan
berbagai simbul-simbul. Simbul-simbul dalam umat Hindu adalah merupakan suatu
alat untuk memperdalam keyakinan umat akan Tuhannya.
Dalam
upacara ngodalin di pemerajan umat mempersiapkan berbagai sarana upcara yang
sarat dengan simbul-simbul tertentu, semua itu mengandung arti filosofis /
merupakan filsafat terapan. Pelinggih pada sanggah pemerajan ada 2 jenis, ada
terbuka dan ada yang tertutup. Pelinggih terbuka adalah Padmasana, Duhuring
Akasa. Padmasana adalah pelinggih (stana) Ida Hyang Widhi Yang Maha Kuasa, Maha
Besar (Saddha Siwa). Padmasana menggambarkan pemutaran Mandaragiri oleh para
Dewa guna mendapatkan tirta Amerta. (Padmasana sebagai lambang Gunung Mandara
stana Hyang Widhi Saddha Siwa). Pelinggih tertutup berupa gedong dan yang
bertumpang disebut meru. Meru juga berarti gunung , gunung dalam methologi
Hindu yang dilukiskan dalam purana-purana adalah stana para Dewa. Contohnya di
Bali adalah gunung Tolangkir (Gunung Agung). Gunung sebagai stana para Dewa
disebut Linggacala. Gunung Mahameru di India > stana Dewa Siwa sebagai
Bhatara Pasupati, demikian juga Gunung Semeru di Jawa. Disamping pelinggih untuk
para Dewa, juga kita jumpai pelinggih kala. Yang oleh karena gunanya sebagai
penjaga/pelindung juga disebut Bhatara.
Pada pintu paduraksa umumnya ditempatkan lukisan bhoma. Bhoma putra bumi (pratiwi) adalah merupakan simbul hutan,
sebagai arena yang di lewati menuju puncak gunung. Sedangkan gunung sebagai
stana Dewa adalah pelingih-pelinggih itu.
Pada
sanggah pemerajan juga tersimpan pratima. Pratima berasal dari kata “pratiwimba”
yang artinya sebagai bayangan atau gambaran. Pratima bisa berbentuk arca, bisa
juga berbentuk mas mirah dan batu permata, dan benda lainnya yang berasal dari
panca datu, termasuk uang kepeng (pipis bolong). Ketika ngodalin umat Hindu
memancangkan sebuah penjor disamping pintu (pemedal) merajan. Penjor berasal
dari kata “pering salonjor” yang utuh sampai puncaknya. Penjor dilihat dari
bentuknya, adalah menggambarkan gunung. Umat Hindu amat memuliakan gunung,
disamping stana para Dewa juga sumber kemakmuran, penyebab turunnya hujan. Alat
upacara seperti umbul-umbul , tunggul (kober), lalontek banrang, pengawin,
tedung agung adalah menggambarkan prosesi kebesaran. Tunggul/kober biasanya
berlukiskan hanoman, hanoman sebagai inkarnasi Siwa putra Bayu berfungsi
sebagai pengamanan. Umbul-umbul biasanya berlukiskan naga. Umat Hindu menganal
ada 3 jenis naga, di bawah disebut Anantabhoga > makanan yang tidak
habis-habisnya. Yang dibumi namanya Naga Besuki > keselamatan. Dan yang di
atmosfir bernama Tatsaka. Naga adalah simbul bumi dan atmosfir penyebab
keselamatan di atas bumi ini.
No comments:
Post a Comment