Monday, September 3, 2012

Simbul-simbul dalam Hindu

Kita yang ada di Indonesia atau bahkan di dunia sebagian besar tahu, bahwa Hindu itu identik dengan kaya budaya, banten, dan sarat dengan berbagai simbul-simbul. Simbul-simbul dalam umat Hindu adalah merupakan suatu alat untuk memperdalam keyakinan umat akan Tuhannya.

Dalam upacara ngodalin di pemerajan umat mempersiapkan berbagai sarana upcara yang sarat dengan simbul-simbul tertentu, semua itu mengandung arti filosofis / merupakan filsafat terapan. Pelinggih pada sanggah pemerajan ada 2 jenis, ada terbuka dan ada yang tertutup. Pelinggih terbuka adalah Padmasana, Duhuring Akasa. Padmasana adalah pelinggih (stana) Ida Hyang Widhi Yang Maha Kuasa, Maha Besar (Saddha Siwa). Padmasana menggambarkan pemutaran Mandaragiri oleh para Dewa guna mendapatkan tirta Amerta. (Padmasana sebagai lambang Gunung Mandara stana Hyang Widhi Saddha Siwa). Pelinggih tertutup berupa gedong dan yang bertumpang disebut meru. Meru juga berarti gunung , gunung dalam methologi Hindu yang dilukiskan dalam purana-purana adalah stana para Dewa. Contohnya di Bali adalah gunung Tolangkir (Gunung Agung). Gunung sebagai stana para Dewa disebut Linggacala. Gunung Mahameru di India > stana Dewa Siwa sebagai Bhatara Pasupati, demikian juga Gunung Semeru di Jawa. Disamping pelinggih untuk para Dewa, juga kita jumpai pelinggih kala. Yang oleh karena gunanya sebagai penjaga/pelindung  juga disebut Bhatara. Pada pintu paduraksa umumnya ditempatkan lukisan bhoma. Bhoma putra bumi  (pratiwi) adalah merupakan simbul hutan, sebagai arena yang di lewati menuju puncak gunung. Sedangkan gunung sebagai stana Dewa adalah pelingih-pelinggih itu.
Pada sanggah pemerajan juga tersimpan pratima. Pratima berasal dari kata “pratiwimba” yang artinya sebagai bayangan atau gambaran. Pratima bisa berbentuk arca, bisa juga berbentuk mas mirah dan batu permata, dan benda lainnya yang berasal dari panca datu, termasuk uang kepeng (pipis bolong). Ketika ngodalin umat Hindu memancangkan sebuah penjor disamping pintu (pemedal) merajan. Penjor berasal dari kata “pering salonjor” yang utuh sampai puncaknya. Penjor dilihat dari bentuknya, adalah menggambarkan gunung. Umat Hindu amat memuliakan gunung, disamping stana para Dewa juga sumber kemakmuran, penyebab turunnya hujan. Alat upacara seperti umbul-umbul , tunggul (kober), lalontek banrang, pengawin, tedung agung adalah menggambarkan prosesi kebesaran. Tunggul/kober biasanya berlukiskan hanoman, hanoman sebagai inkarnasi Siwa putra Bayu berfungsi sebagai pengamanan. Umbul-umbul biasanya berlukiskan naga. Umat Hindu menganal ada 3 jenis naga, di bawah disebut Anantabhoga > makanan yang tidak habis-habisnya. Yang dibumi namanya Naga Besuki > keselamatan. Dan yang di atmosfir bernama Tatsaka. Naga adalah simbul bumi dan atmosfir penyebab keselamatan di atas bumi ini.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini