Tuesday, September 4, 2012

Dewa-dewa


Kita semua mengetahuinya bahwa umat Hindu menghormati yang namanya Dewa. Ada 3 pengertian Dewa dalam umat Hindu > 


Dewa manifestasi Tuhan , perwujudan Tuhan dalam alam amanen  (sekala ) sesuai dengan fungsiNya masing-masing. Yang paling utama ada 3 yaitu : Brahma, Wisnu, dan Siwa.


Dewa sebagai makhluk spiritual ciptaan Tuhan. Dewa ini lebih rendah kedudukannya dari Dewa manifestasi Tuhan. Dewa jenis ini yang mungkin disebut malaikat dalam ajaran agama selain Hindu. Beliau ini penghuni sorga dan setiap saat turun ke dunia. Yang termasuk juga dalam tingkatan ini adalah Dewarsi,Dewa Kama, Wisma Karma, dll. Yang tergolong Dewarsi al : Marisi, Angira, Narada,dll. Yang lain ada juga yang tergolong Dewa yaitu : Kinnara-kinniri, Widyadhara-widyadhari, Gandarwa-gandarwi, yang umumnya memiliki sifat baik, penyabar, penolong, penyelamat. Sejajar dengan ini masih ada makhluk sorgawi yang bertabiat keras yang bertugas/berfungsi sebagai penjaga. Makhluk spritual ini dibawah koordinator Dewa Yama dan dibawah pimpinan Bathara Kala.

Disamping dua hal yang digolongkan diatas masih ada satu lagi pengertian Dewa, yaitu Dewa yang berasal dari roh leluhur yang telah suci dan telah mencapai alam kedewaan (Sang Siddha Dewata) yang kita kenal dengan sebutan Bhatara Kawitan. Bhatara Kawitan inilah yang distanakan di merajan dadia.

saktiNya Brahma, Dewi nan Elok Saraswati ritual khusus untukNya kala Sabtu Umanis Watugunung

Ketiga golongan Dewa-dewa diatas umumnya disebut Bhatara yang memberikan perlindungan kepada umatNya. Pada sanggah pemerajan gede dan dadia, bagi para Dewa-dewa kecuali Bhatara Kawitan dibuatkan satu pelinggih, sebagai “persimpangan bhatara sami”. Namun ada juga masing-masing bhatara tertentu dibuatkan pelinggih terpisah. Misalnya terhadap bhatara Gunung Agung, Gunung Lebah dibuatkan pelinggih khusus berupa meru. Bahkan untuk para Dewa Catur Loka Pala, juga dibuatkan pelinggih tersendiri. Dewa Catur Loka Pala >  Bhatara Gunung Mangu di Utara, Bhatara Gunung Batukaru di Barat, Bhatara Andakasa di Selatan, dan Bhatra Lempuyang di Timur. Namun  pelinggih untuk Bhatara sami tetap ada, sebagai persimpangan Dewa-dewa lain. Sedangkan untuk Widyadhara-widyadhari dibuat pelinggih khusus berupa Gedong Singasari. Untuk dewa Baruna adalah Lebuh, dan untuk Dewa Saptakala dan juga Pratiwi adalah Dasar. Sedangkan untuk Kala yang tergolong dewa dibuatkan pelinggih Pangrurah dan Apit Lawang. Untuk Dewarsi Mpu Kuturan dan Bhatara Sakti Bawurawuh dibuatkan pelinggih Menjangan Saluang dan Gedong Maprucut. Dewi yang dipuja melalui pelinggih tertentu adalah : Saraswati melalui pelinggih taksu, Sri Laksmi bergelar Sri Rambut Sedana melalui gedong / meru tumpang 2, khusus untuk Ratu Masari dan Dewi Sri gedong jampel untuk Rambut Sedana, demikian juga untuk Uma Dewi dibuatkan juga pelinggih tersendiri. Saraswati sakti Brahma, Sri Laksmi saktinya Wisnu, dan Uma Dewi saktinya Siwa.Umat Hindu di Bali tidak ethis menyebutkan langsung nama beliau yang dimuliakan. Anggapannya bisa kena “ tulah pamidi”. Apalagi nama Ida Bhatara, nama orang tua saja tabu untuk disebutkan, hal ini hanya didasarkan atas susila agama. Hanya para pemangku, pandita yang telah mawinten dan medwijati boleh menyebut-nyebut nama beliau.

Sumber  >> buku Ngodalin  pada sanggah pemerajan.-



Post yang relevan >>

  1. Sembahyang di Pemerajan orang lain
  2. Bendesa Manik Mas
 

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini