Kita semua mengetahuinya
bahwa umat Hindu menghormati yang namanya Dewa. Ada 3 pengertian Dewa dalam
umat Hindu >
Dewa manifestasi Tuhan ,
perwujudan Tuhan dalam alam amanen
(sekala ) sesuai dengan fungsiNya masing-masing. Yang paling utama ada 3
yaitu : Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Dewa sebagai makhluk
spiritual ciptaan Tuhan. Dewa ini lebih rendah kedudukannya dari Dewa
manifestasi Tuhan. Dewa jenis ini yang mungkin disebut malaikat dalam ajaran
agama selain Hindu. Beliau ini penghuni sorga dan setiap saat turun ke dunia.
Yang termasuk juga dalam tingkatan ini adalah Dewarsi,Dewa Kama, Wisma Karma,
dll. Yang tergolong Dewarsi al : Marisi, Angira, Narada,dll. Yang lain ada juga
yang tergolong Dewa yaitu : Kinnara-kinniri, Widyadhara-widyadhari,
Gandarwa-gandarwi, yang umumnya memiliki sifat baik, penyabar, penolong,
penyelamat. Sejajar dengan ini masih ada makhluk sorgawi yang bertabiat keras
yang bertugas/berfungsi sebagai penjaga. Makhluk spritual ini dibawah
koordinator Dewa Yama dan dibawah pimpinan Bathara Kala.
Disamping dua hal yang
digolongkan diatas masih ada satu lagi pengertian Dewa, yaitu Dewa yang berasal
dari roh leluhur yang telah suci dan telah mencapai alam kedewaan (Sang Siddha
Dewata) yang kita kenal dengan sebutan Bhatara Kawitan. Bhatara Kawitan inilah
yang distanakan di merajan dadia.
saktiNya Brahma, Dewi nan Elok Saraswati ritual khusus untukNya kala Sabtu Umanis Watugunung |
Ketiga golongan Dewa-dewa
diatas umumnya disebut Bhatara yang memberikan perlindungan kepada umatNya.
Pada sanggah pemerajan gede dan dadia, bagi para Dewa-dewa kecuali Bhatara
Kawitan dibuatkan satu pelinggih, sebagai “persimpangan bhatara sami”. Namun
ada juga masing-masing bhatara tertentu dibuatkan pelinggih terpisah. Misalnya
terhadap bhatara Gunung Agung, Gunung Lebah dibuatkan pelinggih khusus berupa
meru. Bahkan untuk para Dewa Catur Loka Pala, juga dibuatkan pelinggih
tersendiri. Dewa Catur Loka Pala >
Bhatara Gunung Mangu di Utara, Bhatara Gunung Batukaru di Barat, Bhatara
Andakasa di Selatan, dan Bhatra Lempuyang di Timur. Namun pelinggih untuk Bhatara sami tetap ada,
sebagai persimpangan Dewa-dewa lain. Sedangkan untuk Widyadhara-widyadhari
dibuat pelinggih khusus berupa Gedong Singasari. Untuk dewa Baruna adalah
Lebuh, dan untuk Dewa Saptakala dan juga Pratiwi adalah Dasar. Sedangkan untuk
Kala yang tergolong dewa dibuatkan pelinggih Pangrurah dan Apit Lawang. Untuk
Dewarsi Mpu Kuturan dan Bhatara Sakti Bawurawuh dibuatkan pelinggih Menjangan
Saluang dan Gedong Maprucut. Dewi yang dipuja melalui pelinggih tertentu adalah
: Saraswati melalui pelinggih taksu, Sri Laksmi bergelar Sri Rambut Sedana
melalui gedong / meru tumpang 2, khusus untuk Ratu Masari dan Dewi Sri gedong
jampel untuk Rambut Sedana, demikian juga untuk Uma Dewi dibuatkan juga
pelinggih tersendiri. Saraswati sakti Brahma, Sri Laksmi saktinya Wisnu, dan
Uma Dewi saktinya Siwa.Umat Hindu di Bali tidak ethis menyebutkan langsung nama
beliau yang dimuliakan. Anggapannya bisa kena “ tulah pamidi”. Apalagi nama Ida
Bhatara, nama orang tua saja tabu untuk disebutkan, hal ini hanya didasarkan
atas susila agama. Hanya para pemangku, pandita yang telah mawinten dan
medwijati boleh menyebut-nyebut nama beliau.
Sumber >> buku Ngodalin pada sanggah pemerajan.-
Post yang relevan >>
No comments:
Post a Comment