Dupa berasal dari wisma yaitu alam
semesta menyala dan asapnya bergerak keatas, pelan-pelan menyatu dengan
angkasa. Hal itu yang melambangkan sebagai penuntun umat, bagi yang melakukan
persembahyangan, agar menghidupkan api
dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang
Widhi. Seperti yang diibaratkan dengan dupa yang asapnya menuju keatas dan
menyatu dengan angkasa. Dalam ajaran Hindu, api itu tidaklah lain merupakan
pengantar upacara, penghubung manusia dengan Brahman..
Api (Agni) adalah Dewa pengusir Raksasa dan membakar habis semua mala dan dijadikannya suci. Hanya Agni (api) pimpinan upacara Yajnya yang sejati menurut keyakinan penganut Hindu. Setiap ritual keagamaan Hindu senantiasa berserana bunga, air, serta api baik saat upacara/ritual dewa yadnya, manusa yadnya, rsi yadnya, ataupun pitra yadnya.
Api (Agni) adalah Dewa pengusir Raksasa dan membakar habis semua mala dan dijadikannya suci. Hanya Agni (api) pimpinan upacara Yajnya yang sejati menurut keyakinan penganut Hindu. Setiap ritual keagamaan Hindu senantiasa berserana bunga, air, serta api baik saat upacara/ritual dewa yadnya, manusa yadnya, rsi yadnya, ataupun pitra yadnya.
upacara mepandes dilakukan setelah seorang anak wanita menginjak usia dewasa |
Khususnya manusa yadnya yang pada
hakekatnya lebih banyak ditujukan untuk pembersihan secara lahir bathin agar
pada nantinya dapat lebih fokus mendekatkan
diri kepadaNya. Dimulai sejak manusia masih dalam kandungan ada upacara
megedong gedongan, baru lahir ada upacara mecolong, telu bulanan, lanjut
upacara otonan hingga beranjak dewasa ada yang namanya upacara rajasawala serta
mepandes/ metatah/mesangih/potong gigi.Diantara kesekian pendapat yang ada
bahwasanya mepandes itu adalah merupakan upacara zaman weda, lasimnya upacara
mepandes ini dilaksanakan hampir bersamaan dengan ketika seorang anak wanita
menstruasi atau pada anak laki-laki kala mulai terjadi perubahan pada dirinya
(ditandai dengan munculnya jakun).Mepandes ditujukan kepada semua anak laki-laki
dan wanita yang telah menginjak usia dewasa, Dengan tujuan, memohon kepada Yang
Maha Kuasa agar mereka dapat mengendalikan diri dari dorongan nafsunya yang
nyata-nyata sebagai musuh dari dalam raganya yang lasim disebut sad ripu (enam
musuh besar).Musuh besar itulah berupa sifat-sifat manusiawi yakni ;
lobha/rakus, kama/dorongan nafsu sek yang menjerumuskan, krodha/
emosi/kemarahan, matsarya/ iri hati, moha/ kebingungan, serta yang terakhir
minum minuman keras/memabukkan. Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai
Sanghyang Smara Ratih dimohon untuk melindungi mereka yang baru menginjak dewasa sehingga
nantinya benar benar matang, bertanggungjawab dan memancarkan sifat kedewataan,
astungkara. Para cendekiawan Hindu mengatakan bahwa dalam teks berbahasa
sansekertha tidak pernah menjumpai upacara Rajasawala, untuk seorang anak
wanita yang telah menjelma menjadi seorang gadis/dara dalam artian mulai
menstruasi saban bulannya sebagai layaknya seseorang wanita yang tumbuh normal.
Bagi umat Hindu neng Bali upacara ini adalah upacara yang amat lumrah, walaupun
di zaman silam terbatas dilaksanakan di keluarga pandita dan bangsawan saja. Sedangkan
untuk anak laki-laki yang telah menginjak dewasa upacaranya disebut rajasingha
yang ditandai dengan tumbuhnya jakun serta adanya perubahan suara..-
No comments:
Post a Comment