Desa Belimbing itu yang sejak lama di tetapkan sebagai salah
satu desa wisata di kawasan kabupaten kota pelangi Tabanan, lumbung berasnya
tanah Bali, akhir akhir ini juga menyandang predikat sebagai kawasan sentra
Nikosake (nira kopi salak kelapa), serta sebagai desa sadar hukum, “ wah gagah
kedengarannya”. Dengan hamparan tanah sawah tipe terasering, maka Desa
Belimbing jati jati luwih panorama
alamnya, lebih-lebih bagi mereka yang pintar mengambil gambar memakai alat
canggih yang bernama drone itu, maka kian terbuktilah sedemikian besar kuasaNya
“Sang Maha Pencipta”.
Panorama alam desa Belimbing sebagai kawasan Nikosake > nira kopi salak kelapa, pada sebuah istagram seseorang (sumber grup WA Belimbing Harmini) |
Terlepas dari indahnya panorama alam desa Belimbing, seiring
perputaran waktu melintasi zaman tibalah kita semua di era era terbuktinya yang
namanya jangka Jayabaya, ibarat suatu rute perjalanan tibalah kita semua di
zaman serba menurun dalam artian zaman yang membuat banyak para orang tua merasa
sakit hati melihat gaya hidup generasi penerusnya. Riil di desa Belimbing
Tabanan Bali, jujur saja terasa sedemikian sulitnya mempertahankan kehidupan
sebagai petani itu karena para generasi muda lebih cendrung mengungsi kota
menyambung hidup bergelar buruh walau nyata penghasilan sehari kurang dari
kebutuhan ( sing nyidang ngae bungut paon mekedus). Bergaya hidup mewah itu
zamannya kini, efek nyata bagi daerah daerah pertanian diantaranya berkurangnya
debit air lantaran hutan kian gundul, memang tiada terpungkiri andil besar juga
dari tingginya biaya usaha tani, nyata tampak ke permukaan yakni kian menurunnya
minat generasi muda menggeluti sektor pertanian itu.
No comments:
Post a Comment