Friday, December 8, 2017

Memang Bali banyak libur




 
Kuangen, serana sembahyang umat Hindu, karena kuangenlah Bali itu santhi
Tiada tersangkal tanah Bali itu mayoritas penduduknya beragama Hindu yang terkafirkan oleh mereka mereka yang yakin dalam matinya nanti dijemput oleh para bidadari. Karena Bali itu termasuk dalam satu wilayah negara NKRI maka sudahlah tentu siapapun dia yang mengakui Indonesia sebagai bangsanya dapat hidup mencari penghidupan di tanah Bali utamanya para pemilik modal besar yang belakangan ini medeskreditkan Bali = banyak libur, tapi kenapa tetap memilih Bali sebagai tempat berpijak dan tempat mendirikan usaha megahnya? Sudah tahu penganut Hindu Bali itu tergolong kafir tapi kenapa  tetap bersaing di Bali demi menyambung Hidup? Ironis nian dengan perlakuan saudara sebangsa yang terjadi di tanah Bali di jaman now ini ;  “ beberapa iklan lowongan kerja perusahaan, baik di media konvensional juga online memuat kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi agama non-Hindu. Sungguh demikian tebalnya muka para pemilik perusahaan itu beroperasi juga cari keuntungan di tanah Bali, yang penduduknya mayoritas beragama Hindu, dimana ekonominya tertopang riil oleh pariwisata budaya yang nyata-nyata berlandaskan agama Hindu. Kami  para pekerja Hindu Bali tahu persis tujuan dari perusahaan itu ; agar terhindar dari banyaknya permintaan libur naker Bali, dengan alasan upacara adat / agama “

a
Tenaga kerja/naker Bali memang sering minta izin dengan alasan upacara adat, tapi ketahuilah Bali itu tenar dengan budayanya yang bertonggak kokoh pada aneka ritual keagamaan Hindu (Hindu Bali)
 
Tenaga kerja/naker Bali memang sering minta izin dengan alasan upacara adat, tapi ketahuilah Bali itu tenar dengan budayanya yang bertonggak kokoh pada aneka ritual keagamaan Hindu (Hindu Bali)

Kami para penganut Hindu di Bali, dari sejak nguni menghormati tanah yang kami pijak itu  senantiasa memberikan kedamaian serta kebahagiaan layaknya amertha bagi semua orang, dan endingnya kamipun hormat kepada ibu pertiwi (tanah kelahiran), kami para umat sedharma percaya bahwasanya tanah (ibu pertiwi) itulah yang menyempurnakan berbagai keinginan manusia, untuk itu selalu ada do’a kepada ibu pertiwi setiap melakukan aneka pekerjaan penting apa lagi menyangkut penghidupa/ pengupe jiwa (bhs.Bali). Ketahuilah jua tanah Bali itu sejak dahulu kala sudah tenar ke manca benua dan negara bahkan mendahului Indonesia berkat keunikan dan kekayaan budayanya. Kebudayaan yang tumbuh berkembang serta ajeg itulah rupanya yang mengundang para orang-orang berduit tak tahu balas budi itu datang serta mengais rejeki di tanah Bali, ironis memang. Jangan dikesampingkan juga, dalam master plan pembangunan dan pengembangan ekonomi NKRI  (MP3EI), Bali juga tertetapkan sebagai pintu gerbang pariwisata nasional, bahkan tidak tanggung-tanggung karena peran Bali bagi NKRI itu demikian besarnya maka oleh jajaran pemerintah RI berikutnya terencanakan membangun sepuluh Bali baru di daerah lain, dalam wilayahnya NKRI.

Memang Bali itu banyak upacara keagamaan Hindunya, makanya terkenal dan dijadikan tempat mengais rejeki para orang-orang yang tidak tahu balas budi

Kalau saja mereka semua melek, juga memahami sejatinya dalam terlibat upacara adatpun  para tenaga kerja Bali (baca Hindu Bali) berkontribusi terhadap perekonomian  bangsa.  Dengan terlihat aktif dalam aneka aktivitas budaya para naker Bali secara tidak langsung telah memajukan perusahaannya, pada sektor apapun usaha itu berjalan. Riilnya jika pada sektor pariwisata korelasinya lebih nyata berdampak langsung pada inkamnya.  Oleh karena itu, setiap orang penanam modal neng Bali tentu harus dengan jantan membayar harganya dengan menampung para tenaga kerja lokal yang notabene beragama Hindu. Pahamlah dengan yang namanya desa kala patra, kearifan lokalnya tanah Bali, atau dengan kata lain “ mengertilah dimana mereka berada, dimana mereka mengais rejeki “ Pilahlah kapan saatnya mempekerjakan orang, dan kapan waktunya mempekerjakan orang Bali beragama Hindu itu. Ingatlah pepatah tua negeri besar ini  “ dimana tanah (ibu poertiwi) dipijak disanalah langit (bapa akasa) dijunjung “,    Astungkara kita semua saudara sebangsa saling faham serta saling menghargai dengan endingnya saling menghormati, niscaya damai itu teraih.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini