Friday, July 14, 2017

Rerainan Kajeng Kliwon

Ilustrasi, suasana mistis kala kajeng kliwon
Ilustrasi, suasana mistis kala kajeng kliwon


Semua umatNya yang menyadari dan meyakini bahwa kita sampai ada di muka bumi ini karena ada yang menciptakan, yakni beliau Sang Pencipta, Maha Segalanya, Tuhan. Dengan dasar keyakinan itulah kita semua mengungkapkan rasa syukur kita kepadaNya lewat aneka serana dan praserana, Riil para penganut Hindu memakai aneka jenis sesaji (khusus di Bali dikenal dengan sebutan banten), demikian jua mengenal saat-saat yang tepat/ baik untuk mengungkapkan rasa syukur itu keraribaanNya, dimana saat tepat (cocok) itu umat Hindu menyebutnya sebagai rerainan (rerainan jagat/rerainan gumi), diantaranya ada rerainan purnama/ bulan penuh, rerainan tilem/bulan mati, dan  ada juga jenis rerainan yang mengandung unsur kliwon (bagian dari Panca Wara).Dari yang tergolong panca wara, kliwon merupakan dasar rerainan yang terkatagori penting, misalnya untuk melakukan korban suci butha yadnya atau mengobati orang sakit ke dukun dicarilah saat hari yang mengandung unsur kliwon, contoh kajeng kliwon, buda/rabu kliwon, tumpek (Sabtu Kliwon), dan hari lainnya misalnya kajeng kliwon uwudan ( kala hari mengandung unsur kajeng kliwon menjelang tilem/bulan mati).

contoh : i kalsaat baik untuk butha yadnya (mecaru) selain saat tilem diupayakan paling tidak saat hari kliwon
di zamannya dahulu, di tempat ini kebesaranNya pernah diagungkan misalnya kala kliwon atau rerainan lainnya

Khusus tentang rerainan yang dinamakan kajeng kliwon, teman di media sosial face book, lewat statusnya di bulan Juli 2017 pernah menerangkan sebagai berikut  :  “ Rerainan Kajeng Kliwon merupakan rerainan 'pingit' (keramat) atau 'tenget' (dalam bahasa Bali). Disebut ”pingit” karena pada rerainan ini ”bertemunya” dua kekuatan ”hitam” dan ”putih”, atau ”pengiwa” (kiri) dan ”penengen” (kanan). Kajeng adalah salah satu wewaran (hari) dari TRI WARA (hari yang banyaknya 3, yaitu ; pasah, beteng/gunung tegeh, kajeng). Sedangkan Kliwon adalah salah satu wewaran (hari) dari PANCA WARA (hari yang banyaknya 5, yaitu ; umanis, paing, pon, wage, kliwon). Kajeng menggambarkan sifat-sifat Ahamkara (ego) dari Bhuta Kala, Desti (setan jejadian) dan aneka mahluk  halus berwujud seram, dsb, yang merupakan manifestasi dari DEWI DURGA. Sedangkan Kliwon menggambarkan sifat-sifat dharma (kebenaran) dari para Dewa, atau manifestasi dari DEWA SIWA. Pertemuan dua kekuatan (kajeng dan kliwon) inilah diyakini yang melahirkan ”kesidhian” atau Darma wisesa atau ”Dharma Sakti”

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini