Friday, June 30, 2017

Orang Bali Menamakan Kulkul




Ketahuilah bahwasanya dari benda yang dinamakan kulkul oleh orang pribumi tanah Bali, dari sejak nguni telah terlahir sebuah pribahasa berbahasa Bali “ Gantin gumine kalah ngadakang kulkule umahin tabuan “  Pribahasa yang satu ini mungkin dahulu kala lahir di zaman-zamanya aneka pergolakan,kekacauan, dan sejenisnya masih acap terjadi di kehidupan para warga tanah Bali. Kurang lebih artinya, baru saja hendak memukul kentongan/kulkul langsung disengat oleh tawon/tabuan (bhs.Bali) maka isyarat bahayapun gagal disampaikan lewat kulkul/kentongan maka kalahlah jadinya oleh musuh. Sedemikian  dekatnya kentongan/kulkul itu dengan para warga pribumi tanah Bali (baca Hindu Bali), dimana benda yang oleh orang Bali dinamakan kulkul terbuat dari aneka kayu pilihan (misalnya kayu nangka) ataupun bambu pilihan yang sejatinya lebih tepat dibilang sebagai alat komuniukasi tradisional berupa alat bunyi-bunyian warisan leluhur nan adi luhung. Ketahuilah bahwa keberadaan kulkul itu ada pada setiap organisasi tradisional Bali yang lazim disebut sekaa, misalnya sekaa gong, sekaa jogged, sekaa subak, sekaa arja, dll., Keberadaannya diantaranya sebagai pertanda akan diadakan pertemuan antar anggauta sekaa.


contoh : Bale Kulkul di Desa Penglipuran

Bali itu adalah lingkungan yang berkebudayaan sedemikian tingginya, eksistensi kulkul ditengah tengah aktifitas rutin warga pribumi tanah Bali memang sedemikian tingginya karena hampir seluruh kegiatan warga tanah Bali  mengikut sertakan kulkul, riilnya pada ketiap aneka kegiatan keagamaan misalnya menjelang piodalan-piodalan di berbagai pura ataupun aneka merajan (pura keluarga). Ada beberapa jenis kulkul yang dikenal di  Bali ; kulkul Dewa, kulkul Butha, kulkul manusia ( dipakai setiap kegiatan penting para warga Bali), dan  ada juga kulkul hiasan. Cara membunyikan/memukul kulkul itu juga bermacam-macam sesuai peruntukannya, misalnya bunyi kulkul pertanda berduka, bunyi kulkul pertanda gotong royong, bunyi kulkul pertanda  bahaya  (lazim dinamakan kulkul bulus). Dan di era-era modern ini saking lestarinya keberadaan kulkul itu di tanah Bali, kulkul juga telah banyak dipakai di berbagai acara resmi misalnya pembukaan suatu even-even penting. Lebih kentara lagi, disetiap tempat suci (pura/merajan) di tanah Bali tentulah ada  sebuah bangunan yang disebut bale kulkul tempat kulkul itu digantung. Tidaklah salah jika sebuah kulkul dapat dikatakan bukan saja merupakan alat tradisional, melainkan suatu media komunikasi tradisional yang menjembatani komunikasi masyarakat Bali, baik antara manusia dengan Dewa, manusia dengan penguasa alam, maupun manusia dengan sesamanya. Selain itu, kulkul juga diyakini mampu membentuk rasa persatuan dan kesatuan di dalam kehidupan warga  Bali. Dengan demikian, peranan kulkul sebagai media komunikasi tradisional warga  Bali sangatlah besar. Kulkul berperan untuk menyampaikan simbol-simbol atau kode-kode yang dapat dimaknai secara langsung seperti ritme pukulan maupun nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya, seperti rasa persatuan dan kesatuan, kepada seluruh masyarakat Bali. Fakta berkata, bahwa hingga di era reformasi yang kebablasan ini warga pribumi tanah Bali masih menggunakan kulkul sebagai alat komunikasi utamanya di berbagai acara kegiatan adat. Inilah salah satu penyebab permintaan akan sebuah kulkul tetap ada, tidak tanggung-tanggung sesuai info Koran Bali Post tanggal 21-12-2016 bahwasanya permintaan kulkul juga datang dari luar Bali  ( Jakarta,Sulawesi, dan Sumatra).



No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini