Ketahuilah bahwasanya dari benda yang dinamakan kulkul oleh
orang pribumi tanah Bali, dari sejak nguni telah terlahir sebuah pribahasa
berbahasa Bali “ Gantin gumine kalah
ngadakang kulkule umahin tabuan “ Pribahasa yang satu ini mungkin dahulu kala
lahir di zaman-zamanya aneka pergolakan,kekacauan, dan sejenisnya masih acap
terjadi di kehidupan para warga tanah Bali. Kurang lebih artinya, baru saja
hendak memukul kentongan/kulkul langsung disengat oleh tawon/tabuan (bhs.Bali)
maka isyarat bahayapun gagal disampaikan lewat kulkul/kentongan maka kalahlah
jadinya oleh musuh. Sedemikian dekatnya
kentongan/kulkul itu dengan para warga pribumi tanah Bali (baca Hindu Bali),
dimana benda yang oleh orang Bali dinamakan kulkul terbuat dari aneka kayu
pilihan (misalnya kayu nangka) ataupun bambu pilihan yang sejatinya lebih tepat
dibilang sebagai alat komuniukasi tradisional berupa alat bunyi-bunyian warisan
leluhur nan adi luhung. Ketahuilah bahwa keberadaan kulkul itu ada pada setiap
organisasi tradisional Bali yang lazim disebut sekaa, misalnya sekaa gong,
sekaa jogged, sekaa subak, sekaa arja, dll., Keberadaannya diantaranya sebagai
pertanda akan diadakan pertemuan antar anggauta sekaa.
contoh : Bale Kulkul di Desa Penglipuran |
Bali itu adalah lingkungan yang berkebudayaan sedemikian
tingginya, eksistensi kulkul ditengah tengah aktifitas rutin warga pribumi
tanah Bali memang sedemikian tingginya karena hampir seluruh kegiatan warga
tanah Bali mengikut sertakan kulkul,
riilnya pada ketiap aneka kegiatan keagamaan misalnya menjelang piodalan-piodalan
di berbagai pura ataupun aneka merajan (pura keluarga). Ada beberapa jenis
kulkul yang dikenal di Bali ; kulkul
Dewa, kulkul Butha, kulkul manusia ( dipakai setiap kegiatan penting para warga
Bali), dan ada juga kulkul hiasan. Cara
membunyikan/memukul kulkul itu juga bermacam-macam sesuai peruntukannya,
misalnya bunyi kulkul pertanda berduka, bunyi kulkul pertanda gotong royong,
bunyi kulkul pertanda bahaya (lazim dinamakan kulkul bulus). Dan di
era-era modern ini saking lestarinya keberadaan kulkul itu di tanah Bali,
kulkul juga telah banyak dipakai di berbagai acara resmi misalnya pembukaan
suatu even-even penting. Lebih kentara lagi, disetiap tempat suci (pura/merajan)
di tanah Bali tentulah ada sebuah
bangunan yang disebut bale kulkul tempat kulkul itu digantung. Tidaklah salah jika sebuah kulkul dapat
dikatakan bukan saja merupakan alat tradisional, melainkan suatu media
komunikasi tradisional yang menjembatani komunikasi masyarakat Bali, baik
antara manusia dengan Dewa, manusia dengan penguasa alam, maupun manusia dengan
sesamanya. Selain itu, kulkul juga diyakini mampu membentuk rasa persatuan dan
kesatuan di dalam kehidupan warga Bali. Dengan
demikian, peranan kulkul sebagai media komunikasi tradisional warga Bali sangatlah besar. Kulkul berperan untuk
menyampaikan simbol-simbol atau kode-kode yang dapat dimaknai secara langsung
seperti ritme pukulan maupun nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya,
seperti rasa persatuan dan kesatuan, kepada seluruh masyarakat Bali. Fakta
berkata, bahwa hingga di era reformasi yang kebablasan ini warga pribumi tanah
Bali masih menggunakan kulkul sebagai alat komunikasi utamanya di berbagai
acara kegiatan adat. Inilah salah satu penyebab permintaan akan sebuah kulkul
tetap ada, tidak tanggung-tanggung sesuai info Koran Bali Post tanggal
21-12-2016 bahwasanya permintaan kulkul juga datang dari luar Bali ( Jakarta,Sulawesi, dan Sumatra).
No comments:
Post a Comment