Thursday, March 24, 2016

Sanghyang Sangkara diyakini ada Barat Laut Hijau warnaNya






 Sejujurnya saja diantara kita semua yang mana merupakan ciptaanNya bebas untuk meyakini keberadaanNya dan bebas juga bagaimana kita mewujudkan rasa hormat bhakti kita kepadaNya, itulah hak pokok kita sebagai umat manusia para cendekiawan membilang  hak asasi. Demikian juga halnya dengan para penganut agama Hindu, tidak ada yang melarang walau bagaimanapun caranya mengejawantahkan rasa bhaktinya akan Tuhan Yang Maha Esa. Maha Tunggal Beliau, Hindu juga meyakini itu namun lantaran diriNya tiada pernah mampu untuk digambarkan saking kebesaran kuasaNya, Umat Hindu sesuai petunjuk dari orang yang danggap suci hanya mampu memberikan banyak nama sesuai fungsi beliau ( manifestasinya yang diyakini berupa sinar suciNya nan gemerlap indah).
 
dilakukan setiap tumpek wariga ( 210 hari sekali ), foto by medsos FB

Hindu itu amat yakin, bahwa dikesembilan arah mata angin  ada sinar suci Tuhan yang dalam riilnya dipuja/dimuliakan sebagai Dewa Nawa Sanga. Ditegaskan, bahwa kesemuanya itu hanya sesuai fungsiNya/tugasNya misal di Utara diyakini bertempat Dewa Wisnu warna  Beliau hitam tugasnya sebagai pemeliara/pelindung  aneka isi jagat, sedangkan di Selatan bertempat Dewa Brahma merah warnaNya  sebagai pencipta segala isi jagat (maya pada). Berkenaan dengan hal penciptaan khususnya sarwa prani/segala yang bernyawa dan hal perlindungan dalam artian kelangsungan  keberadaan semua ciptaanNya di dunia ini tentu dibutuhkan sejenis makanan sebagai sumber penghidupan. Kita semua tahu, sebagian besar sumber makanan itu adalah dari aneka tumbuhan dengan protein nabatinya. Umat Hindu (baca Hindu Bali), punya cara tersendiri dalam mengucapkan rasa syukurnya atas keberhasilannya dalam bertani. Warga Hindu Bali meyakini semua tumbuhan itu bisa menghasilkan dengan baik adalah atas kehendakNya khususnya manifestasi Tuhan dalam hal menguasai segala jenis tumbuhan. Sanghyang Sangkara, demikian Beliau disebut ada waktu tersendiri untuk beliau dalam memujaNya. Diyakini menempati arah Barat Laut / wayabya / Kaja kauh (bhs.Bali) warnya Beliau sesuai dengan warna daun aneka tumbuhan, yakni hijau. Di muliakan setiap 210 hari sekali setiap hari Sabtu Kliwon Wariga / Tumpek Wariga. Di sebut rerainan jagat tumpek wariga karena jatuhnya bertepatan dengan wuku Wariga, di daerah-daerah tertentu di nusa kecil Bali ada yang menyebut : Tumpek Bubuh (karena serana utama sesajen memakai bubur/bubuh (bhs.Bali)), ada juga nyang menyebutnya Tumpek Pengatag. Sejak hari Tumpek Wariga itu, pas 25 harinya lagi tibalah Hari Raya Galungan.-


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini