Thursday, March 24, 2016

Cara umat Hindu memberi isyarat / tanda

Selain dengan kulkul, isyarat oleh umat Hindu khususnya Hindu Bali juga ada serana yang lainnya sunari misalnya
 


Memaparkan tentang yang khas-khas  yang ada di kalangan umat Hindu lebih-lebih umat Hindu pribumi tanah Bali serasa tiada habis-habisnya, karena sudahlah pasti melebihi ceritra 1001 malam. Lagi pula aneka hal yang menarik itu semuanya bernuansa kebudayaan bernapaskan kehinduan Hindu Bali yang identik  juga dengan taksu Bali ( Bali metaksu). Seperti lazimnya kita telaah bidang sepiritual Hindu di pulau Bali misalnya dalam hal perlengkapan serana upakaranya yang acap di sebut korban suci.  Korban sucinya  umat Hindu itu ada tingkatan-tingkatannya ( nista, madya, dan utama) ada juga yang digolongkan karya agung, ngenteg linggih pada suatu pura misalnya.

diadakan pecaruan ditempat sunari akan ditancapkan

Syarat utama suatu korban suci / ritual keagamaan Hindu bisa dilaksanakan yakni para umat harus dalam keadaan bersih dalam artian suasana suci ( tidak ada kematian/cuntaka/ sebel (bhs.Bali), khususnya para wanita tidak dalam keadaan datang bulan/haid/menstruasi ), itu syarat utama/mutlaknya. Demikian juga halnya tempat yang disucikan/dianggap suci sakral misalnya pura, amat dilarang untuk di datangi oleh wanita yang sedang datang bulan atau semua orang yang dalam keadaan cuntaka/kematian. Khususnya jika akan dilaksanakan suatu ritual keagamaan Hindu yang tergolong besar (karya agung), contohnya ngenteg linggih pada tempat yang akan diadakan ritual itu jauh-jauh hari telah disterilkan. Dan juga lebih lanjut saat karya agung itu dilaksanakan, umat Hindu (baca Hindu Bali) memiliki suatu serana upacara yang dipakai untuk mewartakan/semacam pemberitahuan bahwa di tempat itu tengah dilangsungkan ritual keagamaan/ karya agung, dengan tujuan mereka yang merasakan dirinya dalam kondisi kotor dalam artian cuntaka/sebel tidak melintas di areal upacara.Sunari nama alat itu.
persiapan nanceb sunari saat nuasen karya ngenteg linggih di pura puseh Durentaluh tahun 2016
saat nanceb sunari karya ngenteg linggih di pura puseh Durentaluh saka 1938

Tentang sunari, alat keagamaan yang satu ini jarang di pakai (hanya dipakai saat-saat ada karya agung). Untuk membuat yang namanya sunari tidak bisa di lakukan oleh warga kebanyakan, mereka yang membuat sunari itu adalah orang-orang pilihan yang punya ketrampilan khusus yang tahu persis tentang seluk beluk sunari, tapini namanya. Umumnya dibuat dari salah satu jenis bambu ( bambu/tiying tamblang ) bambu dilobangi sedemikian rupa, dan pada saatnya di terpa angin akan mengeluarkan suara nan merdu melengking seperti suara suling. Dengan adanya suara sunari itu, diharapkan wangsit  tentang adanya karya agung sampai ke kalangan widyadara widyadari di kahyangan yang nantinya dapat memberikan restu mulya jalannya ritual akan lancar. Dalam hal memberikan pertanda kepada khalayak bahwa di tempat tersebut ada karya agung, maka sunari itu dibuat tinggi setinggi penjor pada umumnya, dan di ujungnya di isi benda yang dapat dihempaskan angin sejenis ujungnya baling-baling mainan di sawah, yang lumrah dipakai adalah ijuk. Sunari itu dipasang, nanceb sunari bahasa Balinya adalah biasanya saat nuasen karya ( hari yang dianggap baik untuk memulai rangkaian upacara/ritual) Contoh : di desa Pakraman Durentaluh Desa Belimbing Kabupaten Tabanan pada tanggal 10 Mei 2016 Anggarakasih Perangbakat, penanggal kaping pat sasih Mala Jeyestha saka 1938 diadakan upacara memungkah dan ngenteg linggih di pura puseh, nuasen karya dan nanceb sunari pada Tumpek Klurut 26 Maret 2016 panglong ping tiga sasih kedasa saka 1938.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini