Rasa-rasanya anak Sekolah Dasar sebelum kelas tigapun tahu
kalau tempat sucinya agama Hindu itu adalah pura. Yang namanya pura itu
sejatinya adalah merupakan replika/ tiruan sorga alamnya para dewa. Pura itu di
dunia banyak didirikan oleh para penganut umat Hindu misalnya di luar negeri di
Berlin juga ada pura, di dalam negeri (NKRI) yang namanya pura itu banyak ada.
Latahnya, disetiap ada pura tentulah ada orang yang dipandang suci
kesehariannya bertugas sebagai wali disetiap upacara keagamaan/ para umat Hindu
sembahyang ke pura tersebut. Mereka-mereka yang dipercayakan sebagai wali itu
otomatis adalah yang anggap suci oleh umat Hindu yang mengunjungi dan yang
mengempon pura itu, Pemangku sebutannya. Pemangku itu globalnya adalah
merupakan duta dharma yang selalu mengutamakan penjabaran ajaran-ajaran agama
Hindu kepada masyarakat sedharma, juga selalu berpedoman kepada aneka sastra
agama Hindu. Pemangku itu juga tergolong rohaniawannya agama Hindu, yang masih
tergolong dalam tingkat ekajati.
Ada di nusa kecil Bali, seseorang yang telah melaksanakan
upacara pewintenan dapat disebut pemangku, yang langkah selanjutkan
berkewajiban memegang tanggung jawab moril dibidang keagamaan khususnya agama
Hindu misalnya senantiasa menumbuhkan rasa damai pada setiap umat Hindu.
Tataran Ekajati yang tergolong pemangku, sesuai dengan buku tentang
kepemangkuan oleh Ida Pandita Mpu Jaya Wijayananda dibedakan lebih dari sepuluh
jenis. ; diantaranya : Pemangku pada
umumnya ( Pemangku adalah ) : seorang yang telah di ekajati dan dipercaya
sebagai pemucuk / mengemban tugas pada suatu pura bertanggungjawan atas semua
kegiatan di pura tersebut. Dan memahami tentang keberadaan pura serta upakara
dan upacara yang semestinya dilaksanakan, lasim di sebut Mangku pemucuk/Mangku
Gede contohnya : pemangku desa, dalem, dan pemangku puseh, Pemangku Jan Bangul : lumrahnya
disebut Jro Bahu /Pemangku Alit bertugas sebagai pembantu/asisten Pemangku Gede
dalam upakara dan upacara penurunkan arca/pratima memasang busana/kampuh pada
pelinggih serta aneka hal yang lain sesuai perintah/petunjuk Mangku Gde, Pemangku Pandita : tugasnya memuput yadnya kayak
pandita ( lumrah ada pada daerah
tertentu yang tidak diperkenankan menggunakan pemuput pandita, otomatis semua
tugas berkenaan dengan Panca Yadnya diselesaikan oleh pemangku tersebut ), Pemangku
Tapakan : bertugas hanya pada suatu derahnya / pura
melaksanakan kegiatan yadnya ( nedunang Ida Betara saat nunas bawos untuk
kepentingan umat pada daerah tertentu itu / lingkungan suatu pura), Pemangku Dalang : pemangka
yang melaksanakan swadharma sebagai dalang dapat nganteb/muput upacara upakara
yang hanya berhubungan dengan swardharma pedalangan saja, contoh mebayuh
paweton / nyapuh leger, Pemangku Balian : hanya
bertugas melakoni swadharma balian dapat nganteb/muput upacara upakara yang
hanya berhubungan dengan pengobatan, Pemangku
Undagi/Tukang : pemangku ini diyakini faham dengan ajaran
wiswakrama dan semua pekerjaan tukang misalnya undagi sangging pande juga
sejenisnya dapat nganteb/muput upakara upacara hanya sebatas beliau sebagai
tukang, Pemangku Dasaran/Lancuban : mangku jenis ini adalah merupakan
mediator para umat Hindu saat metuwun/meluasan/ngalih bawos guna mendapat
petunjuk dari dunia niskala sesuai dengan tujuan/kehendak umat yang metuwun
tersebut, hanya dapat nganteb/muput upakara upacara yang berhubungan dengan
metuunan / meluasan, Pemangku
Pinandita : adalah seseorang yang telah lakukan
ekajati yang tidak terikat dengan suatu
pura tertentu dapat nganteb/muput upakara upacara sesuai dengan izin
/waranugraha dari nabenya, Pemangku
Nilartha : merupakan pemangku merajan Gede (
Paibon/Panti) dapat nganteb/muput upakara upacara pada merajan/pura yang
diemponnya dan pada keluarga besar pengemaong pura tersebut ( muput upacara
upakara yang dilaksanakan oleh umat sedharma kalau dituwur ), Pemangku Kortenu : merupaan pemangku yang bertugas di pura
Prajapati selaian nganteb/muput di pura yang diemong juga dapat muput/nganteb
upacara upakara yang berhubungan dengan pitra yadnya, semisal ngulapin pitra
pada menjelang upacara atiwa-tiwa ,dsb.-
Sumber bacaan : buku tentang
kepemangkuan oeh Ida Pandita Mpu Jaya
Wijayananda.
No comments:
Post a Comment