Sunday, March 27, 2016

Pemangku





Rasa-rasanya anak Sekolah Dasar sebelum kelas tigapun tahu kalau tempat sucinya agama Hindu itu adalah pura. Yang namanya pura itu sejatinya adalah merupakan replika/ tiruan sorga alamnya para dewa. Pura itu di dunia banyak didirikan oleh para penganut umat Hindu misalnya di luar negeri di Berlin juga ada pura, di dalam negeri (NKRI) yang namanya pura itu banyak ada. Latahnya, disetiap ada pura tentulah ada orang yang dipandang suci kesehariannya bertugas sebagai wali disetiap upacara keagamaan/ para umat Hindu sembahyang ke pura tersebut. Mereka-mereka yang dipercayakan sebagai wali itu otomatis adalah yang anggap suci oleh umat Hindu yang mengunjungi dan yang mengempon pura itu, Pemangku sebutannya. Pemangku itu globalnya adalah merupakan duta dharma yang selalu mengutamakan penjabaran ajaran-ajaran agama Hindu kepada masyarakat sedharma, juga selalu berpedoman kepada aneka sastra agama Hindu. Pemangku itu juga tergolong rohaniawannya agama Hindu, yang masih tergolong dalam tingkat ekajati.

Jero Mangku Gede Desa Pekraman Belimbing Desa

Jro Mangku Pura Dalem Banjar Suredadi, desa Belimbing

Ada di nusa kecil Bali, seseorang yang telah melaksanakan upacara pewintenan dapat disebut pemangku, yang langkah selanjutkan berkewajiban memegang tanggung jawab moril dibidang keagamaan khususnya agama Hindu misalnya senantiasa menumbuhkan rasa damai pada setiap umat Hindu. Tataran Ekajati yang tergolong pemangku, sesuai dengan buku tentang kepemangkuan oleh Ida Pandita Mpu Jaya Wijayananda dibedakan lebih dari sepuluh jenis. ; diantaranya : Pemangku pada umumnya ( Pemangku adalah ) : seorang yang telah di ekajati dan dipercaya sebagai pemucuk / mengemban tugas pada suatu pura bertanggungjawan atas semua kegiatan di pura tersebut. Dan memahami tentang keberadaan pura serta upakara dan upacara yang semestinya dilaksanakan, lasim di sebut Mangku pemucuk/Mangku Gede contohnya : pemangku desa, dalem, dan pemangku puseh, Pemangku Jan Bangul  : lumrahnya disebut Jro Bahu /Pemangku Alit bertugas sebagai pembantu/asisten Pemangku Gede dalam upakara dan upacara penurunkan arca/pratima memasang busana/kampuh pada pelinggih serta aneka hal yang lain sesuai perintah/petunjuk Mangku Gde, Pemangku Pandita  : tugasnya memuput yadnya kayak pandita  ( lumrah ada pada daerah tertentu yang tidak diperkenankan menggunakan pemuput pandita, otomatis semua tugas berkenaan dengan Panca Yadnya diselesaikan oleh pemangku tersebut ),  Pemangku Tapakan  :  bertugas hanya pada suatu derahnya / pura melaksanakan kegiatan yadnya ( nedunang Ida Betara saat nunas bawos untuk kepentingan umat pada daerah tertentu itu / lingkungan suatu pura), Pemangku Dalang  :  pemangka yang melaksanakan swadharma sebagai dalang dapat nganteb/muput upacara upakara yang hanya berhubungan dengan swardharma pedalangan saja, contoh mebayuh paweton / nyapuh leger,  Pemangku Balian  :  hanya bertugas melakoni swadharma balian dapat nganteb/muput upacara upakara yang hanya berhubungan dengan pengobatan, Pemangku Undagi/Tukang  :  pemangku ini diyakini faham dengan ajaran wiswakrama dan semua pekerjaan tukang misalnya undagi sangging pande juga sejenisnya dapat nganteb/muput upakara upacara hanya sebatas beliau sebagai tukang,  Pemangku Dasaran/Lancuban  :  mangku jenis ini adalah merupakan mediator para umat Hindu saat metuwun/meluasan/ngalih bawos guna mendapat petunjuk dari dunia niskala sesuai dengan tujuan/kehendak umat yang metuwun tersebut, hanya dapat nganteb/muput upakara upacara yang berhubungan dengan metuunan / meluasan, Pemangku Pinandita  :  adalah seseorang yang telah lakukan ekajati  yang tidak terikat dengan suatu pura tertentu dapat nganteb/muput upakara upacara sesuai dengan izin /waranugraha dari nabenya, Pemangku Nilartha  :  merupakan pemangku merajan Gede ( Paibon/Panti) dapat nganteb/muput upakara upacara pada merajan/pura yang diemponnya dan pada keluarga besar pengemaong pura tersebut ( muput upacara upakara yang dilaksanakan oleh umat sedharma kalau dituwur ), Pemangku Kortenu  : merupaan pemangku yang bertugas di pura Prajapati selaian nganteb/muput di pura yang diemong juga dapat muput/nganteb upacara upakara yang berhubungan dengan pitra yadnya, semisal ngulapin pitra pada menjelang upacara atiwa-tiwa ,dsb.-

Sumber bacaan : buku  tentang kepemangkuan oeh  Ida Pandita Mpu Jaya Wijayananda.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini