Monday, March 28, 2016

Ketahuilah sasih Kesanga itu puncaknya bulan kotor




Kebenaran (satya) merupakan hukum nan agung, yang kokoh dan suci adalah rta, tapa bratha doa’a-do’a dan yadnya inilah yang menegakkan bumi, semoga bumi ini ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang melegakan serta nyaman bagi kami

Melasti/melis di Bali

Tidaklah dapat disangkal bahwasanya masyarakat Bali (baca pribumi Bali/Hindu Bali)  senantiasa berpedoman pada ajaran Tri Hita Kerana, yakni selalu hidup dengan agamanya yang terkait lengket dengan yang disebut yadnya/korban suci, menyatu dengan alam  dan mahluk hidup yang lain di muka bumi ini/ masyarakat asli Bali toleransinya demikian tinggi tiada yang mampu menyamai. Dunia mengakui tanah Bali itu memiliki kekuatan magis yang luar biasa, ini pulalah yang menjadi daya tariknya tanah Bali.  Di seluas-luasnya nusa kecil Bali disetiap harinya tidak pernah putus terselenggara hubungan antara umat Hindu Bali denganNya, atau ritual Hindu senantiasa ada di saban harinya, belum lagi saat-saat hari keagamaan yang terkatagori besar semisal Hari Raya Galungan, Hari raya Tawur Agung (tilem sasih kesanga) sehari menjelang hari raya Nyepi.

krama desa Sanda Pupuan Tabanan tahun saka 1937

Apapun kata mereka ( baik cacian cercaan ataupun pujian), masyarakat Bali (baca Hindu Bali) memanglah demikian adanya penuh perhitungan dalam hal menyangkut keagamaan/keyakinan.  Riil kongkritnya, dalam perhitungan Hindu, sebelum kita meminta hendaknya kita memberi/mepunia/meyadnya (walau sedekah). Umat Hindu, memberi/meyadnya itu menyebutnya sebagai korban suci baik kepada sesama, mahluk lain ciptaanNya bahkan kepada alam besar ini. Jelas kentara saat menjelang pergantian tahun baru saka, umat Hindu melakukan ritual korban suci berupa butha yadnya/pecaruan/ tawur agung dan esoknya diadakan berata penyepian ( pengurangan aktivitas rutin). Saat penanggal ping pisan sasih kedasa (Hari Raya Nyepi) merupakan riilnya penyucian buana agung (alam semesta) dengan harapan kedepannya akan terwujud keselamatan kesejahtraan kebahagiaan lahir bathin alam beserta isinya.

Beji, salah satu tempat mesuciang/nyiramang Ida Betara menjelang Hari Raya Nyepi
diadakan tawur, disaat sasih butha

Sesuai pandangan filosofi Hindu, diyakini bahwa saat sasih kesanga  (bulan kesembilan disetiap tahun saka) adalah merupakan puncaknya bulan-bulan kotor /cemer (bhs.Bali) lumarh disebut sebagai sasih buta. Sasih buta, kurang lebih bermakna saat yang tepat untuk melaksanakan korban suci buta yadnya (persembahan kepada buta) tidak baik dipakai sebagai dewasa ayu manusa yadnya utamanya menikah, dan tidak baik juga sebagai dewasa Dewa yadnya. Dan sesuai dengan perputaran musim khususnya musim di NKRI saat sasih kesanga adalah saat pergantian musim (panca roba) dari musim hujan ke musim panas. Sedangkan sasih kedasa (setelah sasih kesanga), digolongkan sebagai sasih Dewa, misalnya : hari yang dianggap baik memakuh aneka tempat suci saat purnama sasih kedasa (pertengahan sasih kedasa). Perhitungan dalam Hindu, sebelum memasuki yang namanya sasih Dewa/kedasa aneka macam Pralingga sthana Ida Betara agar disucikan dengan cara ritual mekiyis/melis/melasti ke sumber-sumber  air yang dianggap suci ( beji,campuhan, dan pantai/segara). Itulah sebabnya ritual Hindu yang di namakan mekiyis/melasti/melis itu dilakukan menjelang akhir sasih buta/sasih kesanga sebelum memasuki  sasih Dewa ( saat-saat tepat untuk memuja Dewa / ritual Dewa Yadnya ).

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini