KB asli orang Bali itu dengan empat anak |
KB, Keluarga Bali
merupakan salah satu kearifan lokal Bali budaya Bali dari sejak nguni / sejak
moyangnya orang Bali, keturunan dibatasi maksimal empat orang beridentitaskan
khas asli nama orang Bali
Bali, lagi lagi tentang Bali,
nusa kecil yang tiada ubahnya lautan berlian. Aneka jenis ceritra /
tutur ada di pulau kecil ini yang mana sebagian besar ceritra-ceritranya bernuansa kebudayaan. Suatu kebudayaan yang
sejak nguni telah ada dan di warisi oleh warga bali hingga di tahun 2000 an
ini. Ceritra/ tutur kali ini adalah sekilas tentang budaya orang Bali yang
tinggi itu jelas kentara disaat saat mereka memberi nama pada anak-anaknya (
gnerasi/keturunannya). Untuk semua generasi asli orang Bali (baca Hindu Bali),
anak yang terlahir berjenis kelamin perempuan/wanita maka di awal namanya wajib
ada kata Ni (kata sandang bermakna perempuan), sedangkan anak yang terlahir
berjenis kelamin laki-laki di awal namanya wajib ada kata I (kata sandang
bermakna laki-laki/pria). Sejatinya fakta jua yang telah berkata, para
orang-orang Bali asli, daya pikirnya telah jauh kedepan (pemikiran untuk masa
depan itu ada), kongkritnya : Sadar akan mendiami sebuah nusa nan kecil, para
moyang orang asli Bali mebatasi jumlah keturunan pada setiap rumah tangga baru
maksimal hanya empat orang , dengan menyediakan nama awal seragam untuk para
generasi/keturunannya [ Putu/Gede/Wayan untuk nama anak pertama/ Si Sulung,
Made/Kadek/Nengah untuk anak nomor dua, Nyoman/Komang/Koming untuk anak nomor
tiga, Ketut untut anak nomor empat / si bungsu ] Lumarahnya jamak mengatakan “
itulah cara orang asli bali ber KB”
Bali itu adalah bagian Negara Kesatuan Republik Indonsesia
maka jelas, segala jenis program pemerintah di berlakukan di pulau kecil itu.
Misalnya bicara tentang nama yang nyata-nyata menyangkut penduduk, pemerintah
punya kiat menuntaskan setuntas-tuntasnya program tentang penduduk yakni KB
dengan slogan menterengnya “ dua anak cukup, laki perempuan sama saja”. Tak
dinyana buanyak pihak menyambut dan setuju (lebih-lebih para orang Bali asli yang
penurut), karena merupakan program pemerintah. Dalih nan mumpuni, pertumbuhan
jumlah penduduk perlu dikendalikan, bukan hanya kuantitas tapi juga kualitas,
agar segala yang jelek kian sedikit misalnya bertambahnya dengan cepat jumlah
pengangguran karena keterbatasan lahan pertanian. Ketahuilah, demi suksesnya
program pemerintah yang satu ini (KB) pemerintah membagikan tiga pesan kunci
untuk waktu dan jarak kehamilan ; Pertama, setelah melahirkan anak hidup
normal, seorang wanita sebaiknya menunggu 24 bulan/ 2 tahun sebelum hamil
kembali. Kedua, Seandainya seseorang mengalami keguguran, wanita itu sebaiknya
menunggu 6 bulan sebelum kehamilan berikunya. Ketiga, seorang wanita sebaiknya
menunggu hingga minimal berusia 18 tahun, untuk kehamilan perdana.
Para warga tanah Bali itu memanglah penurut, untuk ber KB
pemerintah telah menyiapkan buanyak
ragam alat, alat kontrasepsi namanya. Dengan teori memilih alat kontrasepsi
yang diyakini cocok dan juga benar-benar pas dengan aneka pertimbangan nan
matang. Seorang ibu itu amat diharapkan berperan aktif, dalam memilih alat
kontrasepsi yang sesuai itu (agar pas). Misalnya ada pilihan : KB alamiah (
pantang bersenggama kala masa subur), KB hormonal, KB suntikan (pemakaian
secara periodik bulanan / tiga bulanan dengan keuntungan tidak mudah lupa kayak
pakai pil), Pil Kombinasi( untungnya mentruasi akan teratur, kulit akan halus
bersih), mini pil, implant ( dimasukkan berupa batang berisi hormon ke bawah
kulit lengan, efektif untuk 3 tahun dengan efek samping gangguan mentruasi dan
peningkatan berat badan). Di ajari juga, efektifitas metode kontrasepsi yang
dipilih tergantung mekanisme kerja demi tercegahnya kehamilan.
Bagus nian program pemerintah yang satu ini, tapi di sebagian
besar orang- orang asli Bali mulai sadar bahwa salah satu kebudayaannya mulai
punah. Budaya warisan moyang orang Bali tentang empat anak ala orang asli Bali
mulai punah. Tinggal menunggu waktu, sekian tahun kedepan tidak ada
generasi/keturunan orang asli Bali yang bernama Nyoman……. , atau Ketut …… Di lain pihak, para warga NKRI yang mengais
nafkah di tanah Bali memiliki pandangan hidup yang berlawanan “ banyak anak,
banyak rejeki”. Lambat laun, tinggal
menunggu saat, saat-saatnya hilangnya secara tuntas nuansa kerajaan Majapahit yang besar itu, karena
lenyapnya Majapahit yang terakhir, di era kesadaran yang terlambat.
Sumber bacaan tentang KB : majalah Bali Post edisi 128
No comments:
Post a Comment