Thursday, March 17, 2016

Karena pilih yang pas, generasipun pupus ( KB : Keluarga Bali )

KB asli orang  Bali itu dengan empat anak



KB, Keluarga Bali merupakan salah satu kearifan lokal Bali budaya Bali dari sejak nguni / sejak moyangnya orang Bali, keturunan dibatasi maksimal empat orang beridentitaskan khas asli nama orang Bali




Bali, lagi lagi tentang Bali,  nusa kecil yang tiada ubahnya lautan berlian. Aneka jenis ceritra / tutur ada di pulau kecil ini yang mana sebagian besar ceritra-ceritranya  bernuansa kebudayaan. Suatu kebudayaan yang sejak nguni telah ada dan di warisi oleh warga bali hingga di tahun 2000 an ini. Ceritra/ tutur kali ini adalah sekilas tentang budaya orang Bali yang tinggi itu jelas kentara disaat saat mereka memberi nama pada anak-anaknya ( gnerasi/keturunannya). Untuk semua generasi asli orang Bali (baca Hindu Bali), anak yang terlahir berjenis kelamin perempuan/wanita maka di awal namanya wajib ada kata Ni (kata sandang bermakna perempuan), sedangkan anak yang terlahir berjenis kelamin laki-laki di awal namanya wajib ada kata I (kata sandang bermakna laki-laki/pria). Sejatinya fakta jua yang telah berkata, para orang-orang Bali asli, daya pikirnya telah jauh kedepan (pemikiran untuk masa depan itu ada), kongkritnya : Sadar akan mendiami sebuah nusa nan kecil, para moyang orang asli Bali mebatasi jumlah keturunan pada setiap rumah tangga baru maksimal hanya empat orang , dengan  menyediakan nama awal seragam untuk para generasi/keturunannya [ Putu/Gede/Wayan untuk nama anak pertama/ Si Sulung, Made/Kadek/Nengah untuk anak nomor dua, Nyoman/Komang/Koming untuk anak nomor tiga, Ketut untut anak nomor empat / si bungsu ] Lumarahnya jamak mengatakan “ itulah cara orang asli  bali ber KB”


Bali itu adalah bagian Negara Kesatuan Republik Indonsesia maka jelas, segala jenis program pemerintah di berlakukan di pulau kecil itu. Misalnya bicara tentang nama yang nyata-nyata menyangkut penduduk, pemerintah punya kiat menuntaskan setuntas-tuntasnya program tentang penduduk yakni KB dengan slogan menterengnya “ dua anak cukup, laki perempuan sama saja”. Tak dinyana buanyak pihak menyambut dan setuju (lebih-lebih para orang Bali asli yang penurut), karena merupakan program pemerintah. Dalih nan mumpuni, pertumbuhan jumlah penduduk perlu dikendalikan, bukan hanya kuantitas tapi juga kualitas, agar segala yang jelek kian sedikit misalnya bertambahnya dengan cepat jumlah pengangguran karena keterbatasan lahan pertanian. Ketahuilah, demi suksesnya program pemerintah yang satu ini (KB) pemerintah membagikan tiga pesan kunci untuk waktu dan jarak kehamilan ; Pertama, setelah melahirkan anak hidup normal, seorang wanita sebaiknya menunggu 24 bulan/ 2 tahun sebelum hamil kembali. Kedua, Seandainya seseorang mengalami keguguran, wanita itu sebaiknya menunggu 6 bulan sebelum kehamilan berikunya. Ketiga, seorang wanita sebaiknya menunggu hingga minimal berusia 18 tahun, untuk kehamilan perdana.

Para warga tanah Bali itu memanglah penurut, untuk ber KB pemerintah telah menyiapkan  buanyak ragam alat, alat kontrasepsi namanya. Dengan teori memilih alat kontrasepsi yang diyakini cocok dan juga benar-benar pas dengan aneka pertimbangan nan matang. Seorang ibu itu amat diharapkan berperan aktif, dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai itu (agar pas). Misalnya ada pilihan : KB alamiah ( pantang bersenggama kala masa subur), KB hormonal, KB suntikan (pemakaian secara periodik bulanan / tiga bulanan dengan keuntungan tidak mudah lupa kayak pakai pil), Pil Kombinasi( untungnya mentruasi akan teratur, kulit akan halus bersih), mini pil, implant ( dimasukkan berupa batang berisi hormon ke bawah kulit lengan, efektif untuk 3 tahun dengan efek samping gangguan mentruasi dan peningkatan berat badan). Di ajari juga, efektifitas metode kontrasepsi yang dipilih tergantung mekanisme kerja demi tercegahnya kehamilan.

Bagus nian program pemerintah yang satu ini, tapi di sebagian besar orang- orang asli Bali mulai sadar bahwa salah satu kebudayaannya mulai punah. Budaya warisan moyang orang Bali tentang empat anak ala orang asli Bali mulai punah. Tinggal menunggu waktu, sekian tahun kedepan tidak ada generasi/keturunan orang asli Bali yang bernama Nyoman……. , atau Ketut ……   Di lain pihak, para warga NKRI yang mengais nafkah di tanah Bali memiliki pandangan hidup yang berlawanan “ banyak anak, banyak rejeki”.  Lambat laun, tinggal menunggu saat, saat-saatnya hilangnya secara tuntas nuansa  kerajaan Majapahit yang besar itu, karena lenyapnya Majapahit yang terakhir, di era kesadaran yang terlambat.


Sumber bacaan tentang KB : majalah Bali Post edisi 128

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini