Ter-teran,
Tanah Bali jagat kertha kesayangan dewata, tidak pernah
habis-habisnya untuk di ceritrakan ke dunia luar baik tentang keindahannya,
tentang budayanya yang tiada tanding, serta aneka tradisi yang tua mengental,
tiada terpungkiri ceritra tentang tanah Bali jauh lebih panjang dari ceritra
1001 malam. Banyak tradisi yang mengental berkelanjutan sepanjang zaman ada di
tanah Bali, semuanya menyatu dan bernafaskan kehinduan.
Sebut saja suatu wilayah di tanah Bali kawasan timurnya, ada
tradisi yang rada-rada unik yakni perang api, perang dengan api atau bara api,
terteran demikian nama tradisi itu. Dari sejak zaman dahulu kabupaten
Karangasem memiliki tradisi perang api, perang api itu dilakoni oleh dua desa :
desa pakraman Jasri dan desa Saren, nama perangnya sama “terteran” sama-sama
dilakukan kala gelap gulita. Serana perang memakai api atau bara api, api
bermakna membakar/memusnaskan dengan cara membakar dengan demikian acara
terteran mengandung makna dan tujuan membakar aneka sifat buruk manusia yang
dalam ajaran Hindu disebut : Sad Ripu (kama/nafsu, lobha/kelobaan,
krodha/kemarahan, mada/kemabukan, moha/kebingungan, dan matsarya/iri hati),
Sapta temira/ tujuh macam kegelapan/kemabukan (surupa,dhana, guna,
kulina/keturunan, yowana, sura, dan kasuran/kemenangan). Jadi intinya perang
terteran adalah penyucian diri dengan api suci menjelang memuja/mengagungkan Ida Bhatara.
Setiap dua tahun sekali perang api/terteran di lakukan di
desa Jasri dan desa pakraman Saren.
Terteran di desa Jasri digelar pada malam pengrupukan sehari menjelang tahun
baru saka, sedangkan di desa pakraman Saren perang api di gelar tiga hari
menjelang ngusaba dalem di pura dalem desa tersebut. Perang api/terteran di
desa Jasri berseranakan prakpak/danyuh yakni daun kelapa kering yang disulut api berkobar. Kalau perang api
di desa pakraman Saren dua kelompok anak atau peria dewasa duel saling lempar
memakai bara api sabut kelapa kering. Dilakukan setiap menjelang malam selama
tiga hari berturut-turut menjelang upacara ngusaba dalem di Pura Dalem desa
Jasri wilayah perbekelan Budakeling Karangasem Menjelang upacara terteran
dilakukan ada beberapa berata/pantangan yang harus dilakukan oleh seluruh warga
desa pakraman Jasri, diantaranya : Negtegang
yakni mengokohkan agar diri juga pikiran tiada goyah / ngeret indria
agar pikiran, perkataan, dan laksana disucikan ). Semua warga tidak boleh
menginap di luar desa, ada berata ngempet ron busung yakni tidak memakai serana daun enau serta janur.
Juga berata ngempet merah-rah yakni tidak boleh menteskan darah, tidak boleh
menyabung ayam/metajen, juga tidak boleh memotong hewan lainnya.
Perang memakai serana api, bagaimana jika ada yang
terluka/terbakar api ? Namanya saja
perang pakai api jadi identiklah dengan bermain api, tentu saja ada yang yang terluka/luka bakar, walau dalam
acara terteran amat jarang terjadi. Ada serana/obat khusus yang disediakan
untuk mereka yang terluka bakar kala perang api terteran, bagian yang luka akan
digosok dengan bunga pucuk bang/pucuk merah yang telah disiapkan sebelumnya
oleh para pengayah. Dengan bunga itu
luka akan cepat sembuh dan tidak akan terinfeksi, juga cepat mengering.-
Sumber bacaan : majalah
bali post 41
No comments:
Post a Comment