Tuesday, December 9, 2014

Di Kintamani ada setra/kuburan ari-ari



Tanah Bali itu selain tersohor indah menawan, sejatinya banyak hal-hal yang sedemikian uniknya ada atau terlakoni di kalangan warga tanah Bali. Yang  jelas apapun keunikan yang dimiliki Bali yang nyata-nyata memperkaya khasanahnya budaya tanah Bali, kesemuanya bertahan berlanjut berkesinambungan hingga melampaui rentangan ribuan tahun, maka ajeglah budayane neng Bali. Tidak terbantah memang semua yang unik-unik yang bertahan di tanah Bali kebanyakan terlakoni sebagai budaya/tradisi pada desa-desa kuno, sebut saja ada desa Bali Age, Desa Tenganan, Desa Trunyan, dan Desa Bayung Gede di kawasan Kintamani. Lebih dari satu jenis keunikan tradisi yang bertahan di Bayung Gede sana, bila dibandingkan dengan desa-desa kebanyakan neng tanah Bali walau nyata-nyata semuanya penganut Hindu nan taat.  Diantara budaya tinggi nan unik yang bertahan di desa Bayung Gede diantaranya dalam hal : penguburan ari-ari/plasenta, penguburan orang dewasa yang meninggal (saat dikubur tanpa sehelai benangpun), dan  pada upacara pernikahan yang berlangsung di Bayung Gede.

Umat Hindu khususnya Hindu Bali, terkenal dengan aneka ritual keagamaannya nan mengental ada diantaranya upacara manusa yadnya yang dimulai sejak bayi baru lahir, telu bunan, mepandes, wiwaha, dan ditutup dengan upacara kematian (ngaben). Di seluruh tanah Bali penganut Hindu akan mengubur ari-ari/plasenta  yang menyertai bayi kala baru lahir, dan jamaknya di kubur di areal pekarangan atau pada kebanyakan warga menanamnya di samping pintu masuk rumah.  Terpegang teguh sebuah tradisi yang berusia ribuan tahun di desa Bayung Gede Kintamani, Bangli tradisi itupun terkait dengan upacara yadnya ( ritual kelahiran, perkawinan, hingga prosesi kematian) Di desa Bayung Gede Kintamani, yang namanya ari-ari/plasenta bayi tidaklah dikubur namun digantung pada sebuah pohon, pohonnyapun terbilang langka.  Pohon tempat menggantung ari-ari itu disebut pohon kayu bungkak, pohon itu terpelihara dengan baik di setra/kuburan ari-ari neng desa Bayung Gede. Apakah karena tumbuhnya di tanah Bali atau bukan, pohon kayu bungkak itu nyata-nyata mampu menetralisir bau misalnya bau amis, tiada berbeda dengan pohon taru menyan yang tumbuh lestari di kawasan desa Trunyan.

Prosesi menggantung ari-ari/plasenta  bayi di desa Bayung Gede punya ciri yang khas dan dapat dibilang unik. Ari-ari bayi hanya boleh dibawa ke setra/kuburan kala subuh atau kala mentari telah terbenam, sangat pantang untuk memnbawa ari-ari saat mentari masih bersinar. Ari-ari sebelum di bawa ke setra/kuburan ari-ari dicuci bersih sebersih-bersihnya, lalu dimasukkan ke batok kelapa serta diikat dengan tali khusus yang disebut salang tabu. Oleh sang ayah, ari-ari kala di bawa ke kuburan mesti di bawa/diangkat dengan tangan kiri, sementara tangan kanan membawa sabit/arit. Dengan sabit itulah cabang pohon kayu bungkak di potong , sebagai tempat gantungan batok kelapa yang berisi ari-ari/plasenta.

Sumber bacaan majalah bali post  edisi 20.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini