Monday, December 8, 2014

Kama Sastra




Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga /rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.  Dengan demikian, dapatlah dikatakan  bahwa perkawinan memiliki hubungan yang amat erat dengan agama, karena bukan hanya berupa unsur jasmani namun juga rohani/batin. Bukan juga hanya sekedar hubungan biologis yang dapat legalitas via hukum  sehingga mereka dapat secara leluasa memenuhi kebutuhan seks mereka, namun lebih dari itu. Perkawinan atau  dunia Hindu menamai wiwaha, identik nian dengan upacara yadnya, legalnya suatu perkawinan adalah ditandai dengan pelaksanaan ritual, yakni upacara wiwaha  minimal upacara byakala.  Upacara tersebutpun mesti disertai oleh yang namanya saksi, tri saksi itulah yang wajib ada : Dewa Saksi, manusia saksi, dan butha saksi. 
upacara perkawinan/wiwaha di desa Belimbing Pupuan Tabanan
upacara perkawinan/wiwaha di desa Belimbing Pupuan Tabanan

Khusus bagi penganut Hindu, soal perkawinan memiliki arti  serta kedudukan yang amat khusus dalam kehidupannya. Dalam kitab suci Hindu bagian smrti, perkawinan itu punya nama yakni wiwaha, dimana perkawinan itu di uraikan bahwa merupakan peraturan yang menjadi sumber juga pedoman dalam meneruskan pembinaan hukum Hindu di bidang perkawinan. Dinyatakan juga bahwa perkawinan itu bersifat relegius dan obligator. Lantaran berkaitan dengan kewajiban seseorang untuk punya keturunan serta diyakini sebagai penebus dosa-dosa orang tua  dengan jalan melahirkan seorang putra. Dalam prosesi perkawinan/wiwaha tentu ada yang namanya asmara yang  bernuansa keindahan. Dalam kitab suci Hindu bagian smrti/upaweda konon telah tersaji dengan panjang  tentang segala sesuatu  yang berhubungan dengan asmara, dan seni atau rasa indah.  Dalam upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup para umat Hindu dipandang perlu untuk membangkitkan aneka rasa indah itu. Kebangkitan dari rasa nan indah itu, umat terbentuk untuk berbakti kepadaNya, hendaknya dipedomani oleh ajaran smrti/upaweda khususnya kama sastra. Dengan demikian yang namanya asmara dan rasa indah, yang muncul nantinya akan terarah  dan bernilai positif. Diantara semua kitab kama sastra yang lumayan tersohor adalah karya Bhagawan Watsyayana.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini