Seandainya tidak kaya budaya mungkin tanah Bali tidak
terkenal hingga ke luar negeri sana, tidak hanya kaya akan aneka budaya namun
mampu melestarikannya hingga dalam kurun waktu ratusan tahun. Katakanlah semua
budaya yang tumbuh dan mengakar di tanah Bali nyata-nyata bernafaskan Hindu
yang mengental, sampai-sampai keluar sejenis pernyataan di kalangan khalayak
mengatakan bahwa, tanah Bali itu tiada ubahnya Majapahit yang terakhir. Persis
sama memang, di masanya dulu Majapahit itu merupakan kerajaan Hindu yang
termasyur dan dunia juga mengakui kerajaan yang besar di Jawa Timur itu adalah
sebuah kerajaan yang berbudaya tinggi. Namun tidak ada yang berani memastikan
apakah setiap wilayah yang kental kehinduannya memiliki budaya yang tinggi.
iring-iringan warga desa Gulingan menuju Puri Ageng Mengwi, bagian prosesi leladan | .- |
Dari kesekian budaya unik yang tumbuh dan mengakar di tanah
Bali ada salah satunya budaya yang nyata-nyata berupa ungkapan rasa bhakti
warga kepadaNya dan kepada pemimpinnya (penguasa) karena juga merupakan
simbolik menyatunya pemimpin dengan rakyat, Leladan / meleladan demikian nama
tradisi yang satu ini suatu tradisi yang lestari sejak tahun 1734 saat
berdirinya kerajaan Mengwi. Leladan juga
merupakan tradisi turun temurun, sejak abad 17 silam, budaya yang satu ini
nyata-nyata merupakan tradisi unik di Puri Mengwi. Dalam pelaksanaannya /
prosesi tradisi leladan yakni masyarakat
di wilayah kecamatan Mengwi akan datang beriringan ke puri dengan membawa
haturan berupa bahan-bahan upacara yadnya, yang pada saatnya akan
dipersembahkan oleh keluarga puri kepada Sang Pencipta alam semesta, dengan
suatu harapan keseimbangan dan keharmonisan
akan terwujud. Warga amat meyakini, yadnya yang dilakukan tersebut bertujuan
menciptakan keseimbangan juga keselamatan bagi seluruh masyarakat di Kabupaten
Badung bahkan juga seluruh alam raya.
Sumber bacaan
dan foto : majalah bali post edisi 45.
No comments:
Post a Comment