Ada gula ada semut, dimana ada gula acaplah disana juga ada
semut karena semut doyan gula yang terasa manis, yang namanya rasa manis itu tidaklah
keliru amat jika dikatagorikan indah. Sesuatu yang indah itu juga ada di tanah
Bali, ibaratnya semut para turis baik wisman dan wisnu pada datang ke tanah
Bali karena tertarik oleh keindahan yang dimiliki tanah Bali. Yang namanya
turis merupakan sekelompok orang yang senang menikmati keindahan baik indahnya
alam juga keindahan yang dilahirkan oleh suatu budaya, budaya tanah Bali
tentunya. Budaya Bali yang bernafaskan Hindu, lekat nian dengan segala nuansa
relegius mitisnya yang nyata-nyata mengalir rata keseluruh wilayah dari ribuan
tempat suci yang ada di tanah Bali, pura demikian namanya. Tanah Bali itu
terpagari oleh rangkaian pura-pura besar juga indah di sepanjang pantainya,
dapatlah dikata para Dewa membentengi
tanah Bali siang malam sepanjang umur zaman.
pura memang menarik untuk dikunjungi oleh para turis |
Ada sejumlah pura di tanah Bali yang memang menarik bagi para
turis, alam tanah Bali memanglah indah demikian juga pura-puranya yang
nyata-nyata tersentuh lekat oleh arsitektur Bali. Pura yang lumrah didatangi
oleh para turis diantaranya : Pura Besakih, Pura Tanah Lot, Pura Ulun Danu,
Pura Uluwatu, Pura Taman Ayun, juga Pura Sada, serta pura-pura yang lainnya. Kita
para umat Hindu, tidaklah melarang para turis untuk mendatangi pura-pura
tersebut selama mereka tahu etika misalnya ke pura dengan pakaian sopan, tidak
ngeroman di pura, tidak ke pura kala cuntaka ( turis dalam keadaan menstruasi,
atau baru datang dari tempat orang meninggal). Kita tidak melarang mereka
sepanjang mereka menjalankan statusnya sebagai turis, karena yang namanya
tempat suci tentulah amat disakralkan.
pura memang menarik untuk dikunjungi oleh para turis |
Berdasarkan informasi dari para kakek nenek kita, para
wisatawan/turis utamanya mereka yang berasal dari negeri Belanda, Jerman, dan
Amerika sejak sebelum negara kita merdeka sudah mengagumi pura. Bahkan ada
sejumlah pura yang diselamatkan atau dibangun kembali karena mengalami
kerusakan. Contohnya puras Sada di desa Kapal, Mengwi, Badung, pernah dibenahi
oleh orang Belanda bekerja sama dengan warga setempat di era penjajahan. Walau
demikian adanya, pura bukanlah untuk para turis, tapi hanya untuk dikunjungi
dalam statusnya sebagai turis dalam artian sebatas untuk dikagumi. Kita
bukannya menampik, secara ekonomi para umat yang berdomisili di sekitar pura
bisa diuntungkan, ada laba tambahan untuk mereka karena dagangannya di beli
oleh para turis.-
Sumber bacaan : majalah bali post edis 07.
No comments:
Post a Comment