Raja suami istri, demikian terkenal sebutan beliau yang
pernah memerintah di tanah Bali, beliau tiada lain Sri Madendradatta (Gunapria Dharmapatni ) dan
Sri Udayana Warmadewa/ Dharmmodayana. Terjadi perubahan yang amat besar ke arah
kemajuan di tataran masyarakat tanah Bali kala pemerintahan beliau, perubahan
dimaksud hampir menyangkut seluruh aspek kehidupan baik dalam sistim juga
struktur organisasi pemerintahan, tata kehidupan warga dan dalam bidang
lainnya. Perubahan yang drastis itu tidak terlepas dari peran para Mpu dari
tanah Jawi, diantaranya Mpu Kuturan.
Diawal pemerintahan sejoli ini terjadi aneka gejolak,
utamanya keamanan di tanah Bali pemicunya yang utama adalah adanya perbedaan
kepercayaan yang dianut oleh penduduk tanah Bali, yang dominan merupakan orang
Bali Aga. Ada enam jenis kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Bali kala itu
( peneliti dari negeri Barat menyebutnya sekte , jadi ada enam sekte agama)
yaitu : Sambhu, Kala, Brahma, Wisnu, Bhayu dan Iswara yang di dalam
pelaksanaannya acap menimbulkan keresahan di dalam masyarakat. Sejatinya dalam
ajaran Hindu tidak mengenal Sekte, ajaran Hindu menyebutnya Sampradaya : kelompok
spiritual yang memuja / mengagungkan salah satu manifestasi Tuhan.
Problema sosial / keamanan dan ketertiban yang tergganggu di
era pemerintahan Raja Suami-istri itu baru dapat diatasi setelah kedatangan
para Mpu dari tanah Jawi : Mpu Semeru/Mahameru, Mpu Ghana, Mpu Gnijaya,dan Mpu
Kuturan. Diantara para Mpu itu Mpu Kuturanlah yang paling kelihatan jasanya
kepada orang-orang Bali. Konon Mpu
Kuturan memeluk agama Budha aliran Mahayana, kedatangan beliau di Bali tepat
kala Pegat Uwakan (Buda/Rabu Kliwon Pahang) tahun saka 923/ 1001 Masehi. Mpu Kuturan berparahyangan di Padang
( Padangbai ), didirikanlah pura Silayukti di sana. Kata Silayukti berasal dari
kata sila yang berarti tingkah, dan yukti yang bermakna benar. Nama Silayukti
diambil, karena dari tempat itulah kemarin dulu Mpu Kuturan memimpin dan
mengajarkan tingkah laku yang benar kepada rakyat Bali.
Sumber bacaan : buku babad pasek, seri babad bali.
No comments:
Post a Comment