Yang namanya pura sejagat orang tahu, bahwa pura itu adalah
suatu tempat suci suatu tempat untuk mendekatkan diri kepadaNya yang di miliki
serta diempon oleh para umat Hindu sejagat. Lumrahnya pura-pura itu terkatagori
dari beberapa kelompok : ada pura keluarga, pura kahyangan tiga, pura kahyangan
jagat, serta kelompok-kelompok pura yang lainnya. Khususnya neng tanah Bali ada
sekuturunan keluarga yang disebut keluarga Pratisentana Bandesa Manik Mas,
mereka ini wajib hukumnya menyungsung sekelompok pura yang tergolong pura Catur Parahyangan dan Pura Dwi Parahyangan.
Yang tergolong ke Pura Catur Parahyangan adalah empat buah
pura, yang mana keempat pura itu adalah merupakan pura kawitan warga pasek.
Keempatnya : Pura Dasar Buwana di Gelgel, Pura Silayukti di Padangbai, Pura
Lempuyang Madya di Lempuyang Karangasem, serta Pura Catur Lawa di komplek Pura
Besakih. Keberadaan keempat pura tersebut diperkirakan abad 10 masehi, sebelum
Danghyang Nirartha datang ke tanah Bali merupakan pura sungsungan/kawitan warga
pasek. Namun besar kemungkinan di sungsung/disembah juga oleh Waga Bandesa Mas
dari sekuturunan/warih Mpu Withadharma.
Kemarin dulu di Desa Mas Gianyar pernah ada sebuah pesraman
nan indah, yang bernama Geria Timbul Taman Pule yang mana persraman itu tiada
lain merupakan pesramannya Danghyang Nirartha. Ditempat Geria Timbul Taman Pule
itulah, sejak dulu telah dibangun sebuah pura yang bernama Pura Lawa ( Pura
Pule ), dan di suatu tempat yang lain ada satu pesraman lagi yakni pesraman Ida Buk Cabe.
Konon keturunan Ki Bandesa Mas juga membanguan sebuah pura di bekas
pesraman Ida Buk Cabe, dan pura itu diberi nama Pura Buk Cabe. Kedua buah pura
itulah yang terkenal dengan nama Pura Dwi Parahyangan, diperkirakan di bangun
pada abad ke 15 masehi, yang namanya pura Dwi Parahyangan wajib juga hukumnya
untuk disungsung oleh Pratisentana Bandesa Manik Mas.
Sumber bacaan
: buku sejarah dan babad pratisentana bandesa manik mas.
No comments:
Post a Comment