Monday, September 29, 2014

Diantaranya, Manusa yadnya



potong gigi/mesangih/metatah

Ada banyak pedoman yang mesti ditaati dan memang wajib untuk ditaati oleh para pemeluk suatu agama / kepercayaan agar suatu ketika kelak saat badan kasar ditinggal oleh roh/atma, sang atma agar dapat sedekat mungkin denganNya walau tidak menyatu. Diantara agama yang ada neng jagat, dan nyata-nyata tersebar merata keseantero jagat sebut saja agama Hindu. Dalam ajaran Hindu nyata-nyata ada yang disebut korban suci yang keloktah terkenal dengan sebutan yadnya : manusa yadnya, bhuta yadnya, dewa yadnya, rsi yadnya, dan pitra yadnya.  Khusus tentang manusa yadnya, punya suatu tujuan demi memelihara hidup membersihkan lahir dan bathin manusia mulai dari terwujudnya jasmani dalam kandungan sang ibu hingga akhir hidup manusia. Merupakan suatu korban suci, nan tulus iklas tanpa pamrih untuk kepentingan jiwa raga.

manusa yadnya, mecolong dan ngangkid
manusa yadnya, potong gigi/mepandes/metatah
manusa yadnya, pernikahan
manusa yadnya, pernikahan

Diantara kesekian banyak upacara/korban suci yang termasuk dalam manusa yadnya diantaranya :  - upacara pagedong-gedongan : ditujukan kehadapan bayi yang ada dalam kandungan, merupakan upacara bayi yang pertama kali dialami sejak terciptanya sebagai manusia. Upacara dilakukan setelah kehamilan berumur 5 bulan Bali (6 bulan kalender) sebelum sang bayi lahir.  – upacara kepus puser : setelah bayi lahir, kalau puser bayi telah lepas / kepus (bhs. Bali) maka dibuatkan suatu upakara yang bertujuan untuk membersihkan secara rohaniah tempat-tempat suci, dan bangunan-bangunan yang ada disekitarnya : sanggah kemulan, sumur, bale, dsb. Puser bayi umumnya dibungkus dengan secarik kain, lalu dimasukkan ke dalam sebuah ketupat (ketipat kukur) disertai dengan aneka rempah (anget-anget) diantaranya sintok, mesui, kencur,  katik cengkeh, dll. Lalu digantung ditempat tidur bayi agak keteben/ kehilir. Dipercaya mulai saat itu sang bayi di asuh / dapat perlindungan dari Sanghyang Kumara, makanya untuk beliau dibuatkan sebuah tempat  diatas tempat tidur bayi yang disebut pelangkiran / kemara. – upacara tiga bulanan / nelu bulanin : tujuan upacara ini yakni agar jiwa atma sang bayi benar-benar berada pada jiwa raganya, setelah upacara nelu bulanin juga ada upacara turun tanah, mohon wara nugraha kehadapan ibu pertiwi bahwa sang bayi/anak akan menginjakkan kakinya agar beliau melindungi dan mengasuhnya. Upacara ini dilaksanakan setelah bayi berumur 105 hari ( 3 bulan wuku ), dibuatkan upacara nelu bulanin ( dan ada juga langsung mencolong  dan ada juga langsung nyambutin). Upacara ditujukan kehadapan Hyang Widhi dengan manifestasi Sanghyang Surya, Candra, dan Bhatara Guru, memohon keselamatan agar  bayi tetap berada dalam keadaan sehat walafiat serta selamat juga panjang umur. Upacara-upacara selanjutnya diantaranya : upacara satu oton (6 bulan wuku), upacara tumbuh gigi, upacara meketus, upacara meningkat dewasa/munggah deha truna, upacara potomg gigi, dan upacara perkawinan.



POTONG GIGI UNTUK ORANG MENINGGAL

Latah diantara kita yang tahu, bahwasanya, Upacara Potong Gigi atau disebut juga ”metatah” (mepandes) termasuk dalam upacara Manusa Yadnya. Upacara ini bertujuan untuk menghilangkan sifat-sifat keraksasaan dalam diri manusia.Banyak terjadi di masyarakat sampai akhir hidupnya seseorang tidak/belum potong gigi, maka muncullah pertanyaan, apakah orang yang telah meninggal masih perlu melakukan upacara potong gigi ? Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dalam Keputusan ”Kesatuan Tafsir”-nya memutuskan ; bahwa upacara potong gigi untuk orang yg telah meninggal tidak perlu dilakukan, karena hal itu disebutkan sebagai ”ngeludang wangke” (menyiksa mayat). Namun bila ada pihak keluarga tetap menginginkan dilakukan upacara potong gigi tsb, maka hal itu dapat dibenarkan. Tetapi sarana-sarana dlm upacara potong gigi terhadap orang yg masih hidup, seperti; kikir dan sangihan harus diganti dengan sarana ”pusuh Bungan Tunjung” (bunga teratai yang belum mekar). Sedangkan untuk ”Sangging” (tukang potong gigi) digantikan oleh orang tua yang sudah meninggal tersebut. Bunga Tunjung adalah linggih (sthana) Ida Sanghyang Widi Wasa dalam wujudnya sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur. Dengan demikian berarti bahwa pelaksanaan potong gigi tersebut  pelaksanaannya adalah melalui kuasa Tuhan. Sedangkan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh orang tua atau bapaknya,asumsinya adalah karena bapaknya adalah lambang dari ”Penciptaan.-

 

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini