Serasa amat jarang mereka yang ada di jagat ini, kalau tidak
tahu bahwa tanah Bali itu merupakan tempatnya kebudayaan yang luar biasa
tinggi. Yang namanya kebudayaan tentu identik nian dengan seni (kesenian),
bahkan di tanah Bali kota yang ada di timurnya Denpasar yakni kota Gianyar,
hingga saat ini menjadi ikon kota seni seantero Bali. Memang tidak berlebihan
jikalau Gianyar sebagai ikon kota seni, karena Gianyar memiliki warga yang penghidupannya dominan
dari kesenian serta pariwisata, riilnya
di Gianyar ada Ubud.
Jika kita berbicara tentang seni, lebih-lebih di tanah Bali
yang denyut kehidupan seninya bernafaskan kebudayaan Hindu dan kita tahu agama
Hindu itu tidak terlepas dari yang namanya patung, arca, serta benda-benda
sakral lainnya yang kesemuanya terkait erat dengan berbagai prosesi keagamaan.
Amat diyakini semua patung yang dibuat memiliki nilai filosofi tersendiri yang
terkait erat dengan kehidupan sosial budaya masyarakat tanah Bali. Contoh
riilnya ada di kota Gianyar, tepatnya di
pertigaan Desa Sakah, kecamatan Sukawati ada sebuah patung yang lumrahnya
disebut patung bayi, keberadaan patung bayi tersebut telah lebih dari 20 tahun
lalu, yakni tahun 1989. Sakral (disakralkan) memang patung yang satu ini, terbukti
disetiap Anggara Kasih / Selasa Kliwon Medangsia, dan Tilem Keulu diadakan
prosesi piodalan di patung bayi tersebut
oleh masyarakat setempat.
Patung Bayi Sakah, demikian lumrah disebuat oleh para warga
tanah Bali, yang dalam kesehariannya acap lalu lalang di pertigaan Desa Sakah.
Patung Bayi Sakah tersebut konon terkonsep oleh Ida Bagus Mangku Ambara.
Menurut beliau patung bayi tersebut merupakan patung Brahma Lelare, yakni
simbul dari ratunya kewisesaan di jagat raya ini. Brahma Lelare merupakan penyatuan
kekuatan Siwa – Budha Sakti untuk
menjaga jagat ini dari kehancuran.
Sumber
bacaan : majalah bali post edisi 49
No comments:
Post a Comment