Wednesday, September 17, 2014

Sejatinya : Patung Brahma Lelare




Serasa amat jarang mereka yang ada di jagat ini, kalau tidak tahu bahwa tanah Bali itu merupakan tempatnya kebudayaan yang luar biasa tinggi. Yang namanya kebudayaan tentu identik nian dengan seni (kesenian), bahkan di tanah Bali kota yang ada di timurnya Denpasar yakni kota Gianyar, hingga saat ini menjadi ikon kota seni seantero Bali. Memang tidak berlebihan jikalau Gianyar sebagai ikon kota seni, karena Gianyar  memiliki warga yang penghidupannya dominan dari kesenian serta pariwisata, riilnya  di Gianyar ada Ubud.


Jika kita berbicara tentang seni, lebih-lebih di tanah Bali yang denyut kehidupan seninya bernafaskan kebudayaan Hindu dan kita tahu agama Hindu itu tidak terlepas dari yang namanya patung, arca, serta benda-benda sakral lainnya yang kesemuanya terkait erat dengan berbagai prosesi keagamaan. Amat diyakini semua patung yang dibuat memiliki nilai filosofi tersendiri yang terkait erat dengan kehidupan sosial budaya masyarakat tanah Bali. Contoh riilnya  ada di kota Gianyar, tepatnya di pertigaan Desa Sakah, kecamatan Sukawati ada sebuah patung yang lumrahnya disebut patung bayi, keberadaan patung bayi tersebut telah lebih dari 20 tahun lalu, yakni tahun 1989. Sakral (disakralkan) memang patung yang satu ini, terbukti disetiap Anggara Kasih / Selasa Kliwon Medangsia, dan Tilem Keulu diadakan prosesi piodalan  di patung bayi tersebut oleh masyarakat setempat.


Patung Bayi Sakah, demikian lumrah disebuat oleh para warga tanah Bali, yang dalam kesehariannya acap lalu lalang di pertigaan Desa Sakah. Patung Bayi Sakah tersebut konon terkonsep oleh Ida Bagus Mangku Ambara. Menurut beliau patung bayi tersebut merupakan patung Brahma Lelare, yakni simbul dari ratunya kewisesaan di jagat raya ini. Brahma Lelare merupakan penyatuan kekuatan  Siwa – Budha Sakti untuk menjaga jagat ini dari kehancuran.

Sumber bacaan  : majalah bali post edisi 49

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini