Friday, September 5, 2014

Kayu dan lahan “ Hindu “




Kita hidup di dunia fana ini tentu memerlukan yang namanya  kebutuhan karena kita memang butuh, yang jelas kita butuh pangan, sandang, juga papan. Dengan terpenuhinya kebutuhan kita walau hanya sebagian kita tentu telah dapat melaksanakan kewajiban/swadharma kita masing-masing. Paling tidak yang namanya kebutuhan papan, sebut saja rumah beserta perlengakapannya  sebagai tempat kita berteduh dan tempat kita membina yang namanya rumah tangga. Mengadakan/membuat sebuah rumah utamanya rumah yang nantinya sebagai tempat tingga (bukan pondok yang jarang ditempati), tentu memerlukan yang namanya perencanaan disamping alat dan bahan. Paling tidak patokan / pedoman pendirian sebuah tempat tinggal tentulah ada, misalnya warga Hindu neng tanah Bali berpedoman pada lontar Asta Kosali. Karena akan di bangun di tanah Bali, dan yang mendiami warga tanah Bali (baca Hindu),  akan memakai konsep tradisional Bali yang ditandai ajaran Hindu.

kayu sebagai bahan tempat suci
kayu sebagai bahan bangunan tempat tinggal/rumah

Ajaran Hindu yang mengenai tentang bangunan secara umum global di bagi jadi 2 pedoman. Pedoman pertama, mesti cocok secara vertikal yang dinamai tri angga (kepala/atap, badan/tembok/dinding, dan kaki/bataran rumah) Kedua : secara horisontal  pembangunan itu agar cocok dengan konsep tri hita karana  : parahyangan, pawongan, pelemahan. Misalnya dalam hal parahyangan, ditentukan oleh yang namanya nilai kayu di pilih ada kayu yang boleh dan tidak untuk bangunan (rumah) karena dibedakan kayu itu untuk apa? Lontar yang di pakai acuan itupun menentukan : kayu itu tumbuhnya dimana, kapan ditebang, kemana arah rebahnya saat ditebang, jenis kayunya apa? Kayu diyakini punya tingkatan nilai, punya yang namanya nilai sor singgih, atau hulu teben. Demi semua itu ditentukan mana kayu boleh dan tidak boleh untuk bangunan.

kayu sebagai bahan tempat suci
kayu sebagai bahan tempat suci

Arah rebahnya kayu juga dipakai sebagai patokan utama, misalnya : kayu rebahnya ke timur diyakini baik, dan rejekian, tenggara : jelek dan akan kesakitan, Selatan : jelek dan menyebabkan umur pendek, barat daya : baik, keinginan akan terwujud, barat : jelek bisa bikin bingung, barat laut : jelek, penuh dosa, utara : baik, akan dapat senang, timur laut : baik, akan panjang umur. Tebanglah kayu ke arah yang baik !. Juga hendaknya prinsip sopan santun di pergunakan dengan jalan pada tonggak/pangkal kayu diisi pucuk/muncuk kayu kecil, dengan makna/hikmah : agar kayu dapat menitis kembali jadi pohon yang lebih baik dan berguna kelak bagi kehidupan mahluk di bumi.

Akan mendirikan rumah baru, tentu mesti ada lahan tempat rumah di bangun. Yang namanya tofografi bumi tidaklah datar bak kaca terbentang. Tentu permukaan tanah ada posisi miringnya sesuai arah  mata angin.  Umat Hindu punya suatu keyakinan atau petunjuk mengenai lahan perumahan. Seandainya lahan perumahan itu miring ke timur, agar ditanami biah-biah/ enceng gondok agar dapat menghadirkan nuansa yang hening. Lahan seperti ini cocok sebagai tempat pesraman ( serana pendidikan). Jika miringnya ke selatan, agar ditanami mawar merah (mawa api), menghadirkan nuansa pasar tempat kegiatan umum.  Kalau miringnya ke barat, agar ditanami pisang batu dengan harapan dapat melahirkan nuansa suasana suka, cocoknya sebagai tempat hiburan ( arena/wantilan, dsb).


Disarikan dari berbagai sumber...

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini