Bali, tanah Bali yang disanjung-sanjung para warga bumi sejagat, konon kemarin dulu
sistim kemasyaratannya pernah tiada menentu, amburadul begitulah.
Pertentangan aneka faham yang berbau
kepercayaan terjadi sepanjang waktu,
hingga sampai-sampai sang penguasa tanah
Balipun tiada berdaya menertibkannya. Namanya saja perselisihan faham, sudah
tentu riak kehidupanpun mencuat keamanan dan kenyamanan memujaNyapun tiada
aman.
Pada era pemerintahan Prabhu Udayana di Bali, dan pada zaman
itulah aneka gejolak riak di tataran horizontal masyarakat terjadi. Maka
mungkin atas usulan para pembantu raja, maka diundanglah seorang Mpu dari tanah
Jawi, beliau terkenal mumpuni dalam bidang pemerintahan juga hukum, pengetahuan
ekonomi Sang Mpu juga meyakinkan. Beliau adalah Mpu Kuturan, konon di abad ke
10 Masehi beliau telah menginjakkan kakinya di tanah Bali. Karena kemampuan
Sang Mpu, maka perubahan pesatpun terjadi di kalangan sistim kemasyaratan di
tanah Bali. Tidak hanya tentang keyakinan kepadaNya, dalam hal mencari
penghidupan (baca bertani) juga di rombak oleh Sang Mpu. Katakanlah pada
masa-masa itu Sang Mpu bertugas dari desa ke desa memberi wejangan mungkin
setara penyuluh lapangan kalau kita ibaratkan dengan zaman kini. Yang namanya
tanah Bali itu, selain disayang para Dewata keadaan tanahnya dari ujung yang
satu hingga keujung-ujung lainnya adalah subur, jika diolah dengan cara benar
Sang Mpu yakin semua rakyat tanah Bali tidak akan kekurangan pangan, walaupun
tidak makmur.
Kejadiannya ribuan tahun silam, hanya bukti-bukti tertulislah
yang dapat kita yakini kalau Sang Mpu pernah datang ke Bali, dan pernah berbuat
demi kemanusiaan di tanah Bali. Di tanah Bali ada dan pernah ditemukan sebuah
bahasa tulis, pada sebuah prasasti : pandak bandung yang berangka tahun 1071
Masehi, ada tertera kata “ kasuakan “ yang konon artinya “ Subak”. Kalau semua
informasi benar adanya maka organisasi subak di tanah Bali memang benar
demikian adanya “ telah berumur ribuan tahun “, dan tidaklah salah jika
terpilih sebagai warisan budaya dunia.
Disamping karena unik, juga nyata-nyata telah mampu bertahan hingga lestari
tiada lekang oleh sang waktu. Berkat jasa-jasa Sang Mpulah jadi bertambah satu
jenis kebudayaan di tanah Bali, yang pada kenyataannya melahirkan bentangan
panorama alam nan indah permai menghijau seluas mana memandang. Jasa Sang Mpu
amat besar dalam bidang sistim kemasyarakatan ( dalam hal keberadaan subak, dan
keyakinan kepada Sang Pencipta : Tri Murti yang terkait dengan Tri Kahyangan)
maka Sang Mpu di beri gelar “Mpu Raja Kerta”
Dari sejak nguni/ ribuan tahun silam organisasi subak telah
ada dan terterapkan di tanah Bali, jadi cara bertani/olah tanahnyapun tentu
telah menahun. Maka jadilah tanah Bali, dan khususnya Desa Belimbing sebagai
daerah dambaan para wisman serta wisnu. Panorama alam tanah Bali juga Desa
Belimbing sebagian besarnya adalah berupa tanah persawahan bertipe terasering.
Desa Belimbing nyata-nyata merupakan bagian wilayah kabupaten Tabanan, Tabanan
itu secara nasional di akui sebagai lumbung berasnya tanah Bali. Hingga di era
reformasi ini di Desa Desa Belimbing bentangan sawah hijau membiru, masih indah
lestari berkelok-kelok terhiaskan gemercik air, air yang setia merembes
sepanjang tahun dari hutannya gunung Batukaru. Daerah Tujuan Wisata Alam,
demikian julukan yang tersandang kini oleh Desa Belimbing. Di dukung oleh
fasilitas/akomodasai wisata yang lumayan, Desa Belimbingpun telah mulai
memanggil...................
No comments:
Post a Comment