Tuesday, August 26, 2014

Diantara keragaman budaya NKRI




Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang hingga Merauke jadi  ujung timur wilayahnya kemarin dulu pernah termasyur dengan suatu nama nan populer “ Nusantara “. Terdiri dari ribuan pulau besar juga kecil, suku bangsanya juga lumayan banyak tapi dunia tahu, kerukunan nan sejati hanya ada di Nusantara di bawahnya garis khatulistiwa. Perbedaan yang jamak ada bukan sebagai bahan utama untuk cerai berai namun sebagai bahan utama pemersatu bangsa, jadilah bangsa besar “ Bangsa Indonesia “, di tahun 2000 an telah lepas dari cengkraman para bangsa kapitalis lebih dari setengah abad lalu.

Negara kepulauan, negara kesatuan itulah NKRI, diantara ratusan jenis perbedaan yang nyata-nyata berupa kebudayaan yang dibanggakan sepanjang zaman, ada yang unik tapi bertahan. Tentang kehidupan tradisi sejenis kehidupan warga Desa Tenganan  di tanah Bali, di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) ada suatu desa Sambori namanya, disanalah tradisi unik bertahan hingga zaman reformasi ini. Suku Mbojo yang mendiami desa itu, di sebuah dataran tinggi pegunungan Lambitu, kurang lebih dengan lama tempuh 1 jam perjalanan dari kota Bima.

Walau nyata zaman ini era modern sudahlah tentu yang namanya kehidupan modern telah menyentuh wilayah di sekitar Sambori, namun kampung yang satu ini masih betah dengan kehidupan tradisionalnya. Contohnya, peralatan serta perkakas yang dipakai semisal alat masak terbuat dari tanah liat, penutup kepala memakai daun lontar, kulit pohon, atau daun pandan. Masyarakat Sambori juga terkenal dengan sebutan orang Donggo Timur, mungkin karena di kabupaten Bima juga ada kecamatan  Donggo yang terletak di barat kota Bima. Rumah mereka juga unik ( uma lengge dan uma jompa ), yang terbilang langka hingga kini adalah rumah uma lengge. Uma lengge dipakai sebagai rumah tinggal. Uma lengge sebagai tempat tinggal, kini hanya berupa dua lantai padahal aslinya adalah tiga lantai. Para tamu diterima di lantai pertama, saat bersantai juga di tempat yang satu ini, lantai  duanya berguna sebagai ruang pribadi , tempat tidur diantaranya. Kalau yang berlantai tiga, logistik disimpan di lantai tiga diantaranya berupa padi/gabah. Ada juga semacam kesenian (tradisi) yang senantiasa di pentaskan di areal persawahan berupa tarian diiringi nyanyian, kala musim tanam dan musim panen tiba. Para dara dan perempuan dewasa, dengan tongkat kayu berdiri berderet melangkah satu arah melubangi tanah lalu memasukkan bibit, sambil bersenandung. Para lelaki di belakangnya menutup sembari merapikan tanah yang telah diisi bibit tadi. Ada juga juga kesenian bela diri, yang bernama mpa’a manca, merupakan bela diri khas pasukan kesultanan Bima tempo lalu. Ada juga adu ketangkasan betis, mpa’a lanca namanya.  Masyarakat Sambori hingga kini masih taat mempertahankan semua kearifan lokal yang dimliki walau nyata diantara keunikan yang ada, ada yang agak jarang terlakoni akhir-akhir ini.

Sumber  : koran mingguan tokoh, edisi 25 – 31 agustus 2014.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini