Tanah Bali kaya budaya, budaya sejatinya adalah kehidupan
(mekanisme hidup) atau cara hidup orang
Bali, yang berbasis agama serta budaya Hindu Bali, diantaranya ada pelaksanaan
upacara pertanian mulai dari padi baru di tanam hingga upacara menjelang panen
tiba. Dunia tiada memungkiri, dominan penduduk Bali adalah beragama Hindu
(Majapahit yang terakhir), secara otomatis semua proses tentang pemeliharaan
padi di sawah menganut sistim Hindu, khusunya Hindu Bali. Ada suatu organisasi
masyarakat lengket di tanah Bali, dimana organisasi itu mengatur sistim irigasi
sawah (tanah basah) dalam bercocok tanam, “ subak “ demikian namanya. Subak
neng tanah Balipun telah diakui dunia internasional, terbukti dengan diakuinya
subak sebagai warisan budaya dunia yang tiada pernah lekang oleh zaman. Contohnya
subak Pulagan, di Desa Tampak Siring, Gianyar.
Dicatat oleh UNISCO pada bulan November 2012 silam, subak
Pulagan sebagai salah satu jajaran warisan budaya dunia, subak yang satu ini
juga telah lama ada semenjak masyarakat tanah Bali bisa bercocok tanam menetap,
jadi subak ini juga telah berumur. Walau telah berumur, kesakralan, adat
istiadat, serta kesan tradisional masih
terasa kental dan memang telah mengental.Konsekwensi yang timbul, ibarat dara
ayu investorpun mengincarnya mereka
semua berebut ingin membangun villa dan sejenisnya, alasan klisepun muncul demi
pariwisata membangun akomodasi wisata.
Subak Pulagan terdiri dari lima banjar : Tegal Suci, Penaka,
Mantering, Buruan, juga banjar Griya, luas sawahnya sekitar 103 hektar, dengan
240 kecoran air. Seperti yang lumrah terjadi di Bali kebanyakan air mengalir
dari utara, demikian pula air yang mengalir
rutin ke subak Pulagan , tepatnya
dari Tirta Empul hingga Tukad Kesah batas selatannya. Dari Tirta Empul
air subak Pulagan mengalir sampai ke Balai Timbangan, sang air menempuh jarak
kurang lebih dua setengah kilometer.
Pelakunya adalah orang Bali, jadi petaninya tentu beragama
Hindu, Hindu identik nian dengan pura sebagai tempat sucinya ( tempat memohon,
juga bersyukur atas semua anugrahNya). Tidak terkecuali di subak Pulagan ini
juga mengempon tempat suci pura, Pura Ulun Sui/ pura Pulagan yang memiliki
suatu arca sejenis lingga yoni, kala upacara agama di pura sekitar desa yang membutuhkan beras dan tirta pulagan,
mereka akan nunas dan matur piuning di pura Pulagan. Pura Pulagan juga diyakini
memliki kaitan amat erat dengan Dewi Sri sebagai Dewi Kemakmuran, kesuburan,
serta kesejahtraan.
Sumber bacaan
: Majalah Bali Post, edisi 20, 13-19 january 2014.
No comments:
Post a Comment