Sunday, August 31, 2014

Dari Tirta Empul hingga Balai Timbangan “ Bali “



gambar ilustrasi

Tanah Bali kaya budaya, budaya sejatinya adalah kehidupan (mekanisme hidup)  atau cara hidup orang Bali, yang berbasis agama serta budaya Hindu Bali, diantaranya ada pelaksanaan upacara pertanian mulai dari padi baru di tanam hingga upacara menjelang panen tiba. Dunia tiada memungkiri, dominan penduduk Bali adalah beragama Hindu (Majapahit yang terakhir), secara otomatis semua proses tentang pemeliharaan padi di sawah menganut sistim Hindu, khusunya Hindu Bali. Ada suatu organisasi masyarakat lengket di tanah Bali, dimana organisasi itu mengatur sistim irigasi sawah (tanah basah) dalam bercocok tanam, “ subak “ demikian namanya. Subak neng tanah Balipun telah diakui dunia internasional, terbukti dengan diakuinya subak sebagai warisan budaya dunia yang tiada pernah lekang oleh zaman. Contohnya subak Pulagan, di Desa Tampak Siring, Gianyar.
gambar ilustrasi
salah satu sumber air di tirtha empul, Gianyar

Dicatat oleh UNISCO pada bulan November 2012 silam, subak Pulagan sebagai salah satu jajaran warisan budaya dunia, subak yang satu ini juga telah lama ada semenjak masyarakat tanah Bali bisa bercocok tanam menetap, jadi subak ini juga telah berumur. Walau telah berumur, kesakralan, adat istiadat, serta kesan tradisional  masih terasa kental dan memang telah mengental.Konsekwensi yang timbul, ibarat dara ayu investorpun  mengincarnya mereka semua berebut ingin membangun villa dan sejenisnya, alasan klisepun muncul demi pariwisata membangun akomodasi wisata.

Subak Pulagan terdiri dari lima banjar : Tegal Suci, Penaka, Mantering, Buruan, juga banjar Griya, luas sawahnya sekitar 103 hektar, dengan 240 kecoran air. Seperti yang lumrah terjadi di Bali kebanyakan air mengalir dari utara, demikian pula air yang mengalir  rutin ke subak Pulagan , tepatnya  dari Tirta Empul hingga Tukad Kesah batas selatannya. Dari Tirta Empul air subak Pulagan mengalir sampai ke Balai Timbangan, sang air menempuh jarak kurang lebih dua setengah kilometer.

Pelakunya adalah orang Bali, jadi petaninya tentu beragama Hindu, Hindu identik nian dengan pura sebagai tempat sucinya ( tempat memohon, juga bersyukur atas semua anugrahNya). Tidak terkecuali di subak Pulagan ini juga mengempon tempat suci pura, Pura Ulun Sui/ pura Pulagan yang memiliki suatu arca sejenis lingga yoni, kala upacara agama di pura sekitar desa  yang membutuhkan beras dan tirta pulagan, mereka akan nunas dan matur piuning di pura Pulagan. Pura Pulagan juga diyakini memliki kaitan amat erat dengan Dewi Sri sebagai Dewi Kemakmuran, kesuburan, serta kesejahtraan.

Sumber bacaan : Majalah Bali Post, edisi 20, 13-19 january 2014.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini