Monday, September 1, 2014

Gamelan Bali, salah satunya Gender



Tidak hanya panorama alam yang di runut para turis khususnya para wisman mendatangi tanah Bali, diantara mereka yang setia berkali-kali ke Bali diantaranya juga mencari sesuatu yang agak berbeda dari tempat yang lain selain tanah Bali. Sebut saja kebudayaan Bali yang kaya serta beraneka ragam, mereka juga percaya sebagian besar kebudayaan Bali ada taksunya, ya taksu Bali. Oleh yang namanya taksu Bali semua kesenian yang ada, seakan hidup serta bisa mempengaruhi alam fikir para penontonnya, orang Bali bilang “metaksu”.

foto : majalah Bali Post edis 45, 7-13/7-2014

Diantara kesenian yang tumbuh dan bertahan mengakar di tanah  Bali, seakan menyatu dengan dinamika kehidupan warga tanah Bali ada beberapa jenis gamelan. Gamelan itulah yang melantunkan aneka tetabuhan (bunyi yang bernada), diantaranya ada gamelan gong, jogeg bumbung, jegog, gambang,  angklung (di Bali gamelan angklung hampir sama bentuknya dengan gamelan gong namun ukurannya lebih kecil), ada juga gender ( gamelan gender umumnya dipakai saat pementasan wayang kulit neng Bali). Sedangkan gamelan gong diantaranya ada gong kebyar, dan gamelan angklung kesehariannya sebagai pelengkap prosesi upacara keagamaan.

Diera yang serba modern kini, dimana para generasi  muda rata-rata cerdas serta kreatif tanggap akan lingkungan, menyaksikan pementasan gamelan gender di tanah Dewata Bali, walau tanpa diiringi pementasan wayang kulit tidak lagi membosankan. Bahkan gamelan gender yang tergolong klasik itu, saat ini telah berubah menjadi tontonan nan segar serta bagus bagi terapi jiwa. Umumnya kini saat pementasan gamelan gender, tentunya dikemas apik. Para penabuh/pemain gamelan genderpun kini telah mulai dilakoni oleh para anak-anak, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan. Pada saat pesta kesenian bali tahun 2014 lalu, gamelan gender juga dipentaskan, kebetulan kala itu lewat progran lomba gender anak-anak. Para seniman cilik kala itu adu kemampuan juga kelihaian dalam menabuh gender, sebagai perwakilan/duta kabupatennya. Khusus kabupaten Tabanan, diwakili oleh anak-anak dari Sanggar Seni Kembang Bali, mereka rata-rata muda belia. Mereka memainkan gending-gending kuno, yang di hiasi ekspresi gerak tari. Senyum manis seniman cilik itupun menjadi bumbu lantunan gending-gending klasik yang berjiwa. Secara tidak disadari ajang lomba inipun memberikan imbas kepada anak-anak lain, disamping sebagai upaya pelestarian seni budaya Bali, demi keajegan Bali tentunya.—




No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini