Banyak orang tahu di zamannya
dulu di Nusantara ini ada sebuah kerajaan Hindu yang lumayan besar, Majapahit
namanya. Mungkin karena kebesaran kerajaan itu ada banyak peninggalan yang
hingga kini masih nyata ada dan terpelihara, lebih-lebih Majapahit itu ada di
Jawa Timur sesuai dengan tempat Pura Giri Salaka Alas Purwo, juga di Jawa
Timur. Alas Purwo tidak sedikit orang tahu, merupakan sebuah kawasan Hutan Taman
Nasional dengan pengelolanya Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
foto : tabloid pendidikan indonesia vo.4 no.2 maret 2014 |
Di ujung selatan Alas Purwo ada
kawasan Situs Hindu, yang oleh masyarakat setempat dibangun menjadi sebuah
pura, tempat peribadatan umat Hindu yang diberi nama “ Pura Giri Salaka Alas
Purwo” kawasan kecamatan Tegal Dlimo,
Banyuwangi. Empat belas kilo meter jarak dari perkampungan hingga ke pura,
dengan melewati hutan jati nan rimbun butuh waktu sejam perjalanan menuju pura
kalau lewat pintu depan hutan taman nasional.
Sejatinya, pura Giri Salaka Alas
Purwo atau yang disebut sebagai Pura Alas Purwo ditemukan secara tidak sengaja
oleh masyarakat pada tahun 1967. Kala itu masyarakat kecamatan Tegal Dlimo
melakukan perabasan terhadap sejumlah kawasan hutan Alas Purwo untuk bercocok
tanam.Di tempat berdirinya Pura Alas Purwo itulah masyarakat menemukan sebuah
gundukan tanah. Masyarakat ingin meratakannya, tapi ternyata ada
bongkahan-bongkahan bata besar yang bertumpuk, persis kayak gapura kecil.
Diyakini bongkahan-bongkahan itu merupakan tempat petapaan maha rsi suci Hindu
zaman dulu. Maka dilakukanlah ritual, dan sisa bongkahan batu bata itu
dijadikan sebagai sarana persembahyangan untuk semua umat beragama, dengan
tujuan untuk menghormati leluhur. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, umat Hindu akhirnya
membuat sebuah pura sekitar 65 meter dari situs kawitan Alas Purwo kini ( tahun 1996). Situs yang ditemukan itu
sendiri dibiarkan seperti semula, namun tetap menjadi tempat pemujaan untuk
umum, tidak terbatas bagi umat Hindu.
Taman Nasional Alas Purwo berlokasi di dua
kecamatan yaitu kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Purwoharjo. Alas Purwo juga
dikenal dengan hutan terangker dan menjadi misteri
yang tak terpecahkan hingga saat ini. Di
hutan inilah berdiri megah Pura Luhur Giri Salaka Alas Purwo yang didirkan pada
tahun 1997, salah satu pura yang sangat disakralkan oleh umat Hindu di Jawa
Timur . Menurut sesepuh umat Hindu Tegaldlimo, Mangku Ali Wahono, sebetulnya
Pura Giri Selaka ditemukan secara tidak sengaja oleh umat di sekitarnya pada
tahun 1967. Saat itu, masyarakat Kecamatan Tegaldlimo melakukan perabasan
terhadap sejumlah kawasan hutan Alas Purwo untuk bercocok tanam. Pada tempat
berdirinya Pura Alas Purwo ditemukan sebuah gundukan tanah. Masyarakat ingin meratakan dan menjadikan lahan cocok
tanam. Tanpa diduga, ada bongkahan-bongkahan bata besar yang masih tertumpuk.
Persis seperti gapura kecil. Lantas masyarakat sekitarnya membawa bongkahan
bata-bata itu ke rumahnya. Ada yang menjadikan bahan membuat tungku dapur, ada
juga untuk membuat alas rumah. Selang beberapa saat setelah mengambil bata itu,
semuanya jatuh sakit. Pada saat itulah, ada sabda agar bongkahan batu bata
tersebut dikembalikan ke tempatnya semula. Bongkahan-bongkahan itu adalah
tempat pertapaan maharesi suci Hindu zaman dulu. Kesakralan dan keangkeran areal Pura Luhur Giri Salaka
Alas Purwo juga tergambarkan berdasarkan pengalaman pemburu ulung asal China
bernama Oim Jim Bing. Pada 1967 juga, Oim Jim Bing bersama seorang tentara
bernama Ahmad masuk ke hutan Alas Purwo untuk berburu. Ketika berada di hutan
yang lokasinya tidak jauh dari penemuan batu bata, Oim Jim Bing menemukan
sesosok harimau berwarna putih. Beberapa
kali ditembak, harimau tersebut tidak bergeming. Bahkan, tiba-tiba harimau
tersebut menghilang tanpa jejak. Oim Jim Bing langsung mengalami trauma dan
seminggu tidak dapat berbicara karena kejadian mistis yang dialaminya. Mulai
saat itu, areal hutan yang saat ini menjadi lokasi berdirinya Pura Luhur Giri
Salaka Alas Purwo sangat disakralkan warga sekitar
Info pelengkap dari dumay Fb ;
Sumber dan foto : tabloid pendidikan indonesia vol.4 no.2 Maret 2014.
No comments:
Post a Comment