Thursday, February 13, 2014

Diyakini “ sebagai puncaknya kekotoran maya pada “ ( Hindu )



Banyak kebiasaan sejenis tradisi terpelihara apik secara turun temurun di Tanah Bali diantaranya ada yang namanya meseselat ( setiap Hari Jumat Wage Wuku Wayang / 210 hari sekali ). Hari Jumat wuku wayang itu juga dikenal sebagai saat puncaknya kekotoran dunia/kala paksa. Lebih – lebih jatuhnya saat  sasih kewulu/bulan kedelapan pada kalender Bali misalnya : 14/2/2014.


Kalender tradisional Bali menandai Sukra/Jumat Wage wuku Wayang kerap dimaknai sebagai hari yang leteh (kotor). Lazim disebut sebagai dina kala paksa. Konon, saat itu dipantangkan untuk menyucikan diri termasuk berkeramas.Hari Jumat/ Sukra Wage merupakan titik puncak dari kekotoran dunia (rahina cemer).  “Saat itu  umat Hindu tidak diperkenankan mencuci rambut atau keramas. Bagi para wiku (pendeta) juga tidak diperkenankan memuja,”  ( demikian yang diharapkan )


Hari Kala paksa dianggap hari terkotor, menggunakan pendekatan Tattwa Samkya, teruraikan :  wuku Wayang memiliki urip 4, hari Jumat (Sukra) memiliki urip 6, dan wara Wage memiliki urip 4. Jika ketiga urip itu dijumlahkan, didapat angka 14. Angka 14 terdiri dari angka 1 dan 4, yang jika dijumlahnya menjadi 5. Dalam suatu pemahaman angka 5 tersebut merupakan simbol dari kekuatan panca maha bhuta (lima unsur pembentuk tubuh). Karenanya, hari kala paksa merupakan hari yang dikuasai kekuatan panca maha bhuta sehingga menjadi puncak hari kotor. Saat itu kekuatan Kala dinyatakan sedang memuncak.

Diyakini untuk menetralisir kekotoran pada hari kala paksa, lontar Sundarigama mengamanatkan untuk mengoleskan kapur sirih pada ulu hati. Olesan kapur sirih itu berbentuk tampak dara (tanda silang).

Sumber  :  www.balisaja.com





No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini