Banyak kebiasaan
sejenis tradisi terpelihara apik secara turun temurun di Tanah Bali diantaranya
ada yang namanya meseselat ( setiap Hari Jumat Wage Wuku Wayang / 210 hari
sekali ). Hari Jumat wuku wayang itu juga dikenal sebagai saat puncaknya
kekotoran dunia/kala paksa. Lebih – lebih jatuhnya saat sasih kewulu/bulan kedelapan pada kalender
Bali misalnya : 14/2/2014.
Kalender
tradisional Bali menandai Sukra/Jumat Wage wuku Wayang kerap dimaknai sebagai
hari yang leteh (kotor). Lazim disebut sebagai dina kala paksa. Konon,
saat itu dipantangkan untuk menyucikan diri termasuk berkeramas.Hari Jumat/
Sukra Wage merupakan titik puncak dari kekotoran dunia (rahina cemer). “Saat itu umat Hindu tidak diperkenankan mencuci rambut
atau keramas. Bagi para wiku (pendeta) juga tidak diperkenankan
memuja,” ( demikian yang diharapkan )
Hari Kala
paksa dianggap hari terkotor, menggunakan pendekatan Tattwa Samkya, teruraikan
: wuku Wayang memiliki urip
4, hari Jumat (Sukra) memiliki urip 6, dan wara Wage memiliki urip
4. Jika ketiga urip itu dijumlahkan, didapat angka 14. Angka 14 terdiri
dari angka 1 dan 4, yang jika dijumlahnya menjadi 5. Dalam suatu pemahaman angka 5 tersebut merupakan simbol dari kekuatan
panca maha bhuta (lima unsur pembentuk tubuh). Karenanya, hari kala
paksa merupakan hari yang dikuasai kekuatan panca maha bhuta
sehingga menjadi puncak hari kotor. Saat itu kekuatan Kala dinyatakan sedang
memuncak.
Diyakini untuk
menetralisir kekotoran pada hari kala paksa, lontar Sundarigama
mengamanatkan untuk mengoleskan kapur sirih pada ulu hati. Olesan kapur sirih
itu berbentuk tampak dara (tanda silang).
Sumber : www.balisaja.com
No comments:
Post a Comment