Saturday, January 11, 2014

Tercetaklah “ Pemuda Bajingan Kampung Pandai Berjudi “



Pernah dengar macan asia, dan hingga kini tergiang-ngiang di telinga?. Macan asia itu eratlah kaitannya dengan ekonomi (perekonomian) di jagat ini, katakanlah kebangkitan suatu ekonomi di suatu belahan dunia Asia. Kebangkitan ekonomi asia yang identik juga dengan macan asia yang termotori oleh para generasi muda beberapa negara : Cina, Korea, Jepang, serta Indonesia yang agresif. Para generasi muda itulah yang amat menjanjikan keberhasilan pembangunan di negaranya, karena banyak diantara mereka yang gigih, pintar, serta tekun, maka berhasillah mereka menduduki peringkat daftar orang kaya di jagat ini.

Pada zamannya kemarin, Indonesia juga terkenal dengan macannya Asia, NKRI punya sumber daya alam yang melimpah, di tunjang oleh budaya yang adi luhung serta kearifan lokal yang kuat mumpuni. Generasi muda yang berpeluang untuk bersaing  di kancah pembangunan internasional. Potensi yang amat layak untuk disasar, 62 juta orang penduduknya sebagai pangsa pasarnya orang luar negeri, jika kemampuan termiliki tidaklah musatahil juga akan menjadi pelaku pasar bagi produk baik dalam dan luar negeri. Semuanya tergantung kemampuan daya pikir (otak) serta keberanian kaum muda untuk berkarya.

Untuk menumbuhkan keberanian bersaing, tentu harus PD akan diri, PD akan diri tentu mesti ada dasar kemampuan. Pendidiknalah faktor utamanya, karena pendidikan faktor kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa/negeri, jadi pendidikan itu adalah salah satu tugas negara untuk merampungkannya. Hanya saja, kenapa pendidikan kian waktu menjadi semakin mahal?  Ada sinyal tanggung jawab pendidikan dialihkan ke pasar bebas, ujungnya hanya anak orang kaya sajalah yang bisa berpendidikan tinggi katakanlah sekolah hingga ke perguruan tinggi, yang miskin no way cukup hanya mengejar berbagai proyek paket (kejar paket B, kejar paket C, dll).  Seandainya keadaan terus berlanjut bukan mustahil lambat laun, para generasi muda NKRI akan menjadi sederetan generasi yang kosong, kosong ilmu dan tiada kemampuan. Jadilah generasi yang kalah , kalah bersaing di dunia yang jadi panggung  besar ini ( kalah dalam persaingan global). Mereka akan bersiap siap untuk menjadi “pemuda yang ahli” , ahli menjual harta warisan kekayaan negara untuk membiayai hidupnya. Kalau mereka terbiasa hidup mewah, dan berfoya-foya  mereka akan cepat menjadi generasi yang miskin karena aktivitas korupsi  dan menjual aset negara. Ibarat orang tua, yang keliru mendidik anak / kurang menyekolahkan anak, di masa nanti  “anak itu menjadi pemuda bajingan kampung yang ahli berjudi, pemabuk, main perempuan, dan ahli menjual tanah warisan”. Kesimpulannya, banyak anak – banyak rejeki dan banyak pendidikanlah yang bisa mengantarkan para generasi muda untuk menang dalam persaingan global [ isi pembukaan UUD 45, tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa untuk bisa mengantarkan bangsa Indonesia menuju negara yang berdaulat, bersatu, adil dan makmur. ] “ Bangsa yang kuat hanya bisa dijalankan oeh pemuda yang kuat” yakni pemuda yang memiliki pendidikan yang kuat/mumpuni.  J


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini