Wednesday, January 15, 2014

Pura Ulu Watu, Bukit Gong, dan Pura Bukit Payung dulu



Berawal dari diutusnya Kyayi Penulisan Dauh Baleagung oleh raja Gelgel kala itu (Dalem Watu Renggong), untuk mengundang Danghyang Nirartha agar menghadap raja Gelgel. Dengan kuda putih pakaiannya juga serba putih maka berangkatlah Kyayi Penulisan Dauh Baleagung menjalankan titah raja Gelgel menuju Desa Mas. Singkat ceritra, dengan resmi kemudian mengangkat Danghyang Nirartha sebagai pendeta raja / pendeta bangsawan kerajaan Gelgel. Pada waktu itulah kerjaan Gegel ada pada puncak kejayaannya, berkat adanya sang pendeta raja yang mendampingi dalam melakukan berbagai tugas pemerintahan, wibawa Sang Dalem juga kian bertambah, berbagai wabah juga lenyap dari bumi Gelgel. Danghyang Nirartha  tidak hanya ahli dalam bidang agama, juga dalam bidang kesusastraan. Kala itulah lontar-lontar di tanah Bali mulai ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa kuno yang telah mengalami perkembangan.

Pada suatu ketika ditengah aman tentramnya kerajaan Gegel, Danghyang Nirartha memohon izin kepada raja agar diizinkan melakukan suatu dharmayatra menjelajah tanah Bali.  Sang Raja (Dalem Watu Renggong) amat gembira mendengar rencana Danghyang Nirartha, dan mempersilahkan beliau untuk segera memulainya. Pada hari yang telah dipilih maka mulailah  Sang Pendeta dari Majapahit itu melakukan suatu perjalanan, beliau mulai dengan menuju arah barat. Gianyar tertuju, wilayah Badung terlewati dan beliaupun menyusuri pantai. Sebuah tanjung menjorok jauh ke laut, terlihat oleh beliau. Langkah sang pendetapun terus menuju tanjung itu, nyata terjadi amat indah batu karang bahan tanjung itu, pertemuan antara daratan dan laut demikian asri lahirlah pemandangan yang menembus ke segala arah dengan lautan yang terbentang luas yang nyata membangkitkan perasaan kagum akan kebesaran Hyang Kuasa. Lama sang pendeta merenung, menikmati keindahan alam, tiba tiba terdengarlah bisikan jiwa beliau, bahwa tempat itu memang baik untuk tempat “moktah” . Maka dibuatlah tempat suci diujung daerah tanjung yang menjorok indah ke laut itu. Berdirilah pura Ulu Watu di tempat itu, dan di tempat pesraman sang pendeta didirikan sebuah pura : Pura Bukit Gong   

Setelah lewat beberapa waktu, sang pendetapun  meninggalkan tanjung karang tersebut guna melanjutkan misinya berdharmayatra, Meliwati tanah yang berbukit maka tibalah sang pendeta di daerah Bualu. Dari Desa Bualu berjalan ke tenggara menuju sebuah tanjung yang menjorok ke utara. Sang pendeta berhenti disana melepas lelah, karena merasa haus lalu beliau menancapkan tongkatnya ke tanah, tersemburlah air jernih di tempat itu. Disanalah beliau mandi dan juga minum air. Para penduduk di sekitar amat gembira dengan adanya mata air baru itu. Kemudian para pendudukpun mendirikan sebuah pura di tempat itu, “Pura Bukit Payung” demikian diberi nama.-             

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini