Sunday, January 26, 2014

Maka dari itu "BANGGALAH MENJADI HINDU."




Om Swastyastu...,
Tiada nama sebesar"Hyang Widhi"
Tiada agama semurni"Hindu"
Tiada nada semerdu "Genta"
Tiada mantra seindah "Gayatri"
Tiada pustaka sehebat "Weda"
Tiada obat semanjur "doa"
Tiada kurban seikhlas "Yadnya"
Om Shanti shanti shanti Om



  SPIRITUALITAS HINDU UNTUK KEHIDUPAN MODERN (sebuah pengantar) Sering ada kesan spiritualitas dan agama itu berbeda, spiritualitas ada di luar dan bahkan bertentangan dengan agama. Ini terlihat dari jargon "Spiritulity Yes, Organized Religion, No" yang menjadi unsur penting dalam kebangkitan beragamaan (religius) dalam millenium ketiga, yang yang merupakan salah satu dari sepuluh kecendrungan besar tahun 2000. Demikian menurut John Naisbiit & Patrcia Aburdene, dalam bukunya: "Megatrends 2000." Spiritualitas tidak ditemukan dalam dogma dan hukum. Seperti dikatakan oleh Naisbitt, ciri dari trend ini adalah makin rendahnya kepercayaan terhadap agama-agama terorganisasi, yang menekan hukum dan dogma, semakin sedikit orang pergi ke gereja atau sinagog. Sebaliknya, mereka menemukan apa yang dicarinya di dalam agama-agama timur. Jutaan orang Amerika mempelajari yoga, meditasi, atau disiplin lain yang diambil dati agama- agama Timur. Keduanya, baik yang melakukan maupun lawannya kaum fundamentalis sedang mencari hal yang sama: satu rantai antara kehidupan mereka sehari-hari dan yang transenden. Hubungan vital ini tidak ditemukan apakah di dalam gereja tradisional atau di dalam pemujaan sekuler terhadap sain dan teknologi. Selanjutnya Naisbiit mengatakan, fundamentalisme menawarkan satu jalan kembali dalam waktu yang lebih sederhana, ketika nilai-nilai lebih jelas. Pengikut "New Age" mengambil arah yang berbeda, menolak otoritas dari luar,berpaling ke dalam untuk mencari bimbingan, mungkin dari agama timur, meditasi atau gerakan potensial manusia.


 Sebagaimana dikatakan oleh seorang pengikut New Age "Cara agama disajikan secara tradisional semakin kurang berbicara dengan jiwa atau bathin kita. Orang-orang ingin satu pengalaman spiritualitas yang hidup. Mereka ingin bersentuhan dengan jiwa. Roger Walsh M.D., Ph.D. lebih menegaskan perbedaan agama dengan spiritualitas dalam bukunya " Essential Spiritulity" sebagai berikut: kata agama memiliki banyak arti ;khusunya ia mengimplikasikan perhatian pada nilai-nilai suci dan utama dalam hidup. Sedangkan istilah spiritualitas di sisi lain, mengacu kepada pengalaman langsung atas hal-hal suci. Praktik-praktik spiritual adalah yang membantu kita mengalami sang suci - yang paling memusat dan esensial bagi hidup kita -untuk diri kita sendiri." Mengalami hal suci, di dalam agama Hindu disebut ANUBAWA pengalaman persatuan Atman, jiwa individu dengan Brahman, jiwa semesta. Dalam agama Hindu keadaan ini juga disebut Samadhi. Dan ini adalah inti dari ajaran Hindu. Pemeluk agama lain, khususnya yang lebih bersifat dogmatis dan legal, seringkali harus mengambil jalan memutar, untuk melakukan praktek spiritual, seperti meditasi atau yoga. Mereka bersikap hati-hati agar tidak bertabrakan dengan dogma agamanya. Sebaliknya pemeluk Hindu, tidak memiliki hambatan mental, karena sadhana praktek spiritual, dianjurkan oleh agamanya. Dalam agama Hindu sadhana adalah sebuah keharusan. Maka dari itu "BANGGALAH MENJADI HINDU."



Sebuah tanggapan suatu status FB, akun  Gus Iwa



No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini