Yang namanya pulau Bali itu sesungguhnya
menyimpan banyak rahasia, walau nyata mereka tahu Bali terkenal adalah karena
budayanya yang luar biasa bagus. Di Bali juga ada beberapa jenis keyakinan
dalam artian masyarakat Bali itu amat percaya jika sesuatu hal itu amatlah
penting apalagi mereka temui sejak
kemarin dulu, misalnya tentang “kawitan”. Sebagian besar bahkan dapatlah dikatakan
semuanya, semua masyarakat Hindu Bali memiliki kepercayaan yang kuat, bahwa
jika belum mengetahui kawitan-nya bisa kualat. Tidaklah sedikit mereka yang
keluarganya berantakan konon gara-gara belum mengenal/menjumpai kawitan. Tidak
sedikit jua orang bangkrut juga konon gara-gara belum menemukan kawitan, banyak
juga yang sakit-sakitan lantaran sisip/iwang/salah terhadap kawitan.
Bila kita berbicara tentang kawitan,
identiknya kita berbicara/mengenang/memuja leluhur, yang namanya lelulur itu
memanglah penting tiada terpungkiri. Terbukti, hal itu tersirat dan juga
tersurat dalam suatu kekawin Ramayana Sargah pertama bait ketiga ; “ Gunamanta
Sang Dasaratha, Wruh sira ring weda bhkati ring dewa, tar malupeng pitra puja,
masih ta sireng swagotra kabeh “ [ Sang Dasaratha adalah seorang gunawan,
mengetahui dan faham kitab suci weda serta berbakti kepada dewa (Tuhan), tidak
pula lupa memuja leluhur , beliau amat mencintai keluarga dan juga semua
rakyatnya ].
Guna mengetahui riwayat leluhur lebih
jauh, memang tidak ada sumber tertulis selengkap babad. Bagi para
cendekiawantradisional babad dipandang sebagi sebuah sejarah, bagi para
cendekiawan akademis babad dipandang sebagai sejarah tradisional, ada yang
menyebut semi sejarah dan ada pula yang menyebut legenda. Hampir semua etnis di
Nusantara ini memiliki sejarah tradisional sejenis babad, istilah babad dikenal
dan dipakai oleh masyarakat Jawa, Bali, dan Lombok. Dikalangan etnis Sunda,
Jawa Barat kisah serupa disebut cerita, sedangkan etnis Aceh menyebutnya
hikayat, kalau di Kalimantan catatan sejarah itu disebut kronik, dan etnis
Minangkabau menyebutnya tambo.
Setiap sesuatu hal apalagi yang
namanya ceritra turun-temurun (babad) tentulah ada ahlinya/pakar. Dari kesekian
banyak ahli babad, salah satunya adalah “Jro Mangku Gde Ketut Soebandi”
(almarhum), beliau dulu tinggal di Denpasar. Banyak orang yang acap mendatangai
beliau ada masyarakat biasa, pejabat, dan juga bangsawan (mungkin karena
keterangan beliau dapat mereka percaya). Ada juga informasi ( sesuai halaman X, buku yang berjudul babad
pasek, seri babad bali), bahwa Ibuk Megawati Soekarnoputri , sebelum
menjabat sebagai presiden, juga menganggap penting menemui serta berkonsultasi
dengan ahli babad yang satu ini. Mungkin
saja ibuk Mega, ingin mengenal lebih jauh leluhurnya di Bali. Guru Soebandi,
demikian beliau acap disebut menjelaskan bahwa ibu Megawati setelah
ditelusuri sejarahnya, adalah warga pasek.---
Sumber : buku babad
pasek, seri babad bali.
No comments:
Post a Comment