Saat seorang dikecewakan oleh saudara, sahabat,
kawan atau koleganya, biasa sekali dia berusaha "menyerang balik"
dengan alasan "rasa" yang diterima mesti disetimpalkan olehnya. Ini
seperti Karma Pala (Hukum Sebab-Akibat) yang dibuat-buat, tetapi dasarnya
adalah dendam dan kebencian. Saya sebut ini "Main Hukum Karma
Sendiri..."
Apakah ini salah? Tentu tidak, juga tidak berani saya dikategorikan sebagai benar. Saat kita berusaha menyerang, pastilah modalnya adalah senjata. Apalagi senjatanya adalah dendam dan kebencian, dan coba saja Kau bayangkan sendiri jika saat berperang Kau membawa kedua senjata tersebut.
Tanpa diusahakan Hukum Karma itu tetap bekerja kok...
Namun jika masih punya semangat menyerang, ya hendaknya kedua senjata yang saya maksud diatas itu diganti. Ganti dengan sikap memaafkan dan mengikhlaskan, atau tambahkan pemanis, yaitu cinta kasih dan senyuman tulus.
Lalu apakah kita harus melupakan? Tentu tidak.... Memaafkan bukan berarti melupakan. Namun kadang mengingat hal buruk menjadikan kita Fobia. Jadi terserah Dikau sajalah.
Apakah ini salah? Tentu tidak, juga tidak berani saya dikategorikan sebagai benar. Saat kita berusaha menyerang, pastilah modalnya adalah senjata. Apalagi senjatanya adalah dendam dan kebencian, dan coba saja Kau bayangkan sendiri jika saat berperang Kau membawa kedua senjata tersebut.
Tanpa diusahakan Hukum Karma itu tetap bekerja kok...
Namun jika masih punya semangat menyerang, ya hendaknya kedua senjata yang saya maksud diatas itu diganti. Ganti dengan sikap memaafkan dan mengikhlaskan, atau tambahkan pemanis, yaitu cinta kasih dan senyuman tulus.
Lalu apakah kita harus melupakan? Tentu tidak.... Memaafkan bukan berarti melupakan. Namun kadang mengingat hal buruk menjadikan kita Fobia. Jadi terserah Dikau sajalah.
Sumber : sebuah status FB, akun Wayan Martino
No comments:
Post a Comment