Salam revolusi! saudara sekandung
negeri keluarga besar republik indonesia yang majemuk. pemimpin sejati
senantiasa hidup di hati rakyat. pemimpin sejati memiliki naluri alamiah dalam
mengayomi serta melayani segenap rakyat dengan hati yang tulus, jauh dari
pamrih pujian. sosok figur pemimpin sejati yang hampir setengah abad dinantikan
rakyat ini, tak akan “lahir” dari event pemilu 2014 mendatang. berbeda dengan
pemimpin sejati, kini banyak bermunculan sosok pemimpin palsu yang penuh dengan
kepalsuan, rekayasa pencitraan serta kepura-puraan. pemimpin palsu seperti ini
senantiasa gemar mengoleksi atribut gelar tanda jasa, gila sanjungan dan sibuk
dengan pencitraan diri.
dan syukurlah, kini 245 juta jiwa rakyat lebih banyak tahu dan secara cerdas mampu membedakan mana loyang, mana emas sepuhan atau mana emas logam mulia yang sejati. buat apa atribut gelar tanda jasa di dada, bila marwah sang pemimpin tak hadir atau hidup di hati rakyat. mahkota mulia bagi seorang pemimpin sejati, bukan terletak pada atribut gelar atau tanda jasa yang tersemat di dada, melainkan pada seberapa besar ketulusan empati serta simpati rakyat terhadapnya. dapat disimpulkan bahwa marwah pemimpin sejati niscaya hidup di hati rakyat, selamanya. kenanglah bung karno atau panglima soedirman, sosok figur pemimpin sejati yang berjiwa patriot revolusioner, egalitarian, memiliki naluri sebagai pengayom rakyat kecil
hampir 50 tahun lamanya, pemimpin di negeri ini kehilangan “tongkat komando” dan “tongkat keteladanannya”. kapasitas kepemimpinannya, cuma sebatas “pinter” ngakali rakyat, dan perilaku kepemimpinanya tak memiliki integritas tinggi sebagai sosok pemimpin sejati. banyak pemimpin yang terlihat “pinter”, tapi moral etikanya gak “bener” dan gak “pener” (tepat). dampak sosial dari kepemimpinan yang keblinger seperti ini, puluhan juta rakyat desa akibatnya telantar hidupnya. jutaan tki/tkw yang terpaksa eksodus ke luar negeri demi menafkahi diri dan keluarganya. kehilangan kesempatan hidup tinggal di negerinya sendiri. jutaan rakyat buruh pabrik, petani dan nelayan tak pernha beranjak tingkat kemakmuran hidupnya; bahkan para pejabat dan birokrat negara lebih “gemar” berkolusi dan berkolaborasi dengan kaum pemodal atau investor alias gerombolan kapitalis rakus, yang mengeksploitasi hak buruh demi kemakmuran individualisnya. sistem yang seperti ini nyata-nyata bertentangan dengan ideologi pancasila dan konstitusi uud 1945 yang murni, karenanya sistem bobrok seperti ini harus distop melalui perjuangan bersama yang progresif revolusioner.
kini dan ke depan, diperlukan figur pemimpin muda yang merakyat, egalitarian, berjiwa ideologis patriot revolusioner, memiliki naluri mengayomi rakyat miskin, dan tak gentar menghadapi tekanan politik dari jajaran nekolim tuan amerika beserta sekutu setan baratnya, yang secara hegemonik kini mencengkeram hampir separuh penduduk bumi, terutama di negara-negara kawasan asia afrika atau poros negara nonblok.
tapi sayangnya, sosok figur pemimpin sejati tak akan “lahir” dari event pemilu 2014 mendatang, melainkan ia “lahir” atau “dilahirkan” melalui kawah candra dimukanya revolusi. karena itu, penting bagi bangsa ini untuk menyokong gerakan perubahan besar dan mendasar di negeri ini atawa revolusi zonder kompromi. artinya, pemilu 2014 menjadi tiada guna karena hanya menghambur-hamburkan uang negara untuk membiayai kampanye peternakan selusin parpol. oleh karena itu, abaikan pemilu 2014 dengan rasa dukacita, dan sukseskan golput nasional dengan rasa sukacita bersama. sejatinya, golput adalah satu fase awal menuju momentum revolusi yang membentangkan harapan bagi terwujudnya masyarakat adil makmur sejahtera serta sentosa bahagia bersama selaras dengan jiwa sosialis pancasila.
dan syukurlah, kini 245 juta jiwa rakyat lebih banyak tahu dan secara cerdas mampu membedakan mana loyang, mana emas sepuhan atau mana emas logam mulia yang sejati. buat apa atribut gelar tanda jasa di dada, bila marwah sang pemimpin tak hadir atau hidup di hati rakyat. mahkota mulia bagi seorang pemimpin sejati, bukan terletak pada atribut gelar atau tanda jasa yang tersemat di dada, melainkan pada seberapa besar ketulusan empati serta simpati rakyat terhadapnya. dapat disimpulkan bahwa marwah pemimpin sejati niscaya hidup di hati rakyat, selamanya. kenanglah bung karno atau panglima soedirman, sosok figur pemimpin sejati yang berjiwa patriot revolusioner, egalitarian, memiliki naluri sebagai pengayom rakyat kecil
hampir 50 tahun lamanya, pemimpin di negeri ini kehilangan “tongkat komando” dan “tongkat keteladanannya”. kapasitas kepemimpinannya, cuma sebatas “pinter” ngakali rakyat, dan perilaku kepemimpinanya tak memiliki integritas tinggi sebagai sosok pemimpin sejati. banyak pemimpin yang terlihat “pinter”, tapi moral etikanya gak “bener” dan gak “pener” (tepat). dampak sosial dari kepemimpinan yang keblinger seperti ini, puluhan juta rakyat desa akibatnya telantar hidupnya. jutaan tki/tkw yang terpaksa eksodus ke luar negeri demi menafkahi diri dan keluarganya. kehilangan kesempatan hidup tinggal di negerinya sendiri. jutaan rakyat buruh pabrik, petani dan nelayan tak pernha beranjak tingkat kemakmuran hidupnya; bahkan para pejabat dan birokrat negara lebih “gemar” berkolusi dan berkolaborasi dengan kaum pemodal atau investor alias gerombolan kapitalis rakus, yang mengeksploitasi hak buruh demi kemakmuran individualisnya. sistem yang seperti ini nyata-nyata bertentangan dengan ideologi pancasila dan konstitusi uud 1945 yang murni, karenanya sistem bobrok seperti ini harus distop melalui perjuangan bersama yang progresif revolusioner.
kini dan ke depan, diperlukan figur pemimpin muda yang merakyat, egalitarian, berjiwa ideologis patriot revolusioner, memiliki naluri mengayomi rakyat miskin, dan tak gentar menghadapi tekanan politik dari jajaran nekolim tuan amerika beserta sekutu setan baratnya, yang secara hegemonik kini mencengkeram hampir separuh penduduk bumi, terutama di negara-negara kawasan asia afrika atau poros negara nonblok.
tapi sayangnya, sosok figur pemimpin sejati tak akan “lahir” dari event pemilu 2014 mendatang, melainkan ia “lahir” atau “dilahirkan” melalui kawah candra dimukanya revolusi. karena itu, penting bagi bangsa ini untuk menyokong gerakan perubahan besar dan mendasar di negeri ini atawa revolusi zonder kompromi. artinya, pemilu 2014 menjadi tiada guna karena hanya menghambur-hamburkan uang negara untuk membiayai kampanye peternakan selusin parpol. oleh karena itu, abaikan pemilu 2014 dengan rasa dukacita, dan sukseskan golput nasional dengan rasa sukacita bersama. sejatinya, golput adalah satu fase awal menuju momentum revolusi yang membentangkan harapan bagi terwujudnya masyarakat adil makmur sejahtera serta sentosa bahagia bersama selaras dengan jiwa sosialis pancasila.
Sumber : sebuah status FB, akun Derap Revolusi Arifinbrandan
No comments:
Post a Comment