Prosesi keagamaan bukanlah suatu
hal yang asing terdengar jika kita berbicara tentang tanah Bali, lebih-lebih
jika kita berbicara tentang yang namanya Hindu. Mayoritas warga tanah Bali
adalah pemeluk taat agama Hindu sejak zaman kerajaan dulu hingga kini di era
reformasi. Salah satu atau cuman satu hari raya keagamaan Hindu yang di akui
pemerintah RI, dengan pengakuan nyata sebagai libur nasional adalah Hari Raya
Tahun Baru Saka yang populer dengan nama “Nyepi”
Merayakan pergantian tahun Saka,
generasi muda tanah Bali mengapresiasi dengan membuat ogoh-ogoh. Nyaris
dijadikan budaya, karena telah menjadi bagian dari perayaan penyambutan tahun
baru saka atau Nyepi. Euforia pembuatan ogoh-ogoh kini telah direpons oleh para
pelaku bisnis sebagai peluang usaha. Transaksi keperluan pembuatan ogoh-ogoh
hingga prosesi pengarakannya diprediksi menghabiskan dana puluhan miliar.
Dengan kalkulasi global jika jumlah banjar di tanah Bali 5.079 rata-rata
membelanjakan dana 5 juta, demi mewujudkan sebuah ogoh-ogoh. Akumulasi pengeluaranpun akan bertambah jika
di gabung dengan komponen belanja pengadaan kostum, biaya latihan penabuh serta
konsumsi saat mengarak ogoh-ogoh. Itulah “Bali”
No comments:
Post a Comment