Hal 109, 111, dan 112 buku sejarah SMP dan MTs kls.9, piranti darma
kalotama
Pada malam hari di 30 September 1965, Letnan
Kolonel Untung, Brigjen Soepardjo, Kolonel Latief, Letkol Heru Atmodjo, Mayor
Soedjono, Mayor Gatot Soekrisna, Aidit Syam, dan Omar Dhani berkumpul di Halim
Perdana Kusuma. Pada pertemuan malam itu, mereka memutuskan untuk menculik para
perwira teras Angkatan Darat.
Sebelum subuh tanggal 1 Oktober 1965, mereka
yang menamakan dirinya Dewan Revolusi mulai mengerahkan para anggautanya yang
terbagi dalam tujuh kelompok, masing-masing dengan sasarannya. Para perwira
Angkatan Darat yang menjadi sasaran adalah ;
1.
Letnan Jendral Achmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat),
ditembak mati dirumahnya oleh gerombolan yang dipimpin oleh Peltu Mukidjan. Jenazah
Achmad Yani dilemparkan ke atas sebuah truk dan di bawa ke lubang buaya
2.
Mayor Jendral MT. Haryono (Deputi Khusus), ditembak mati
dirumahnya oleh kelompok gerombolan yang dipimpin oleh Serka Bungkus.
3.
Mayor Jendral Soeprapto (Deputi Pembinaan), diculik hidup-hidup
dan dibawa ke lubang buaya oleh pasukan Pleton Kawal kehormatan Cakrabirawa.
4.
Berigjen DI. Panjaitan (Asisten IV), ditembak mati di rumahnya
oleh kelompok gerombolan yang dipimpin oleh Serma Soekardjo./
5.
Mayor Jerdral S. Parman (Asisten I) diculik oleh kelompok
pimpinan Serma Satar dan dibawa ke lubang buaya.
6.
Brigjen Soetoyo Siswomihardjo (Direktur Kehakiman/Oditur Jendral
TNI Angkatan Darat), diculik oleh kelompok pasukan kawal kehormatan
Cakrabirawa.
Jendral AH. Nasution ( Menteri Koordinator
Hankam/Kepala Staf Angkatan Bersenjata) yang sebenarnya merupakan orang pertama
sasaran penculikan, berhasil meloloskan diri. Namun putrinya “Ade Irma Suryani
Nasution” tertembak dan akhirnya meninggal. Ajudannya “Lettu Pierre Andreas
Tendean” diculik, dan di bawa hidup-hidup ke lubang buaya oleh gerombolan yang
dipimpin oleh Pelda Djahurub. Dalam peristiwa itu juga tewas Brigadir Polisi
KS. Tubun yang mengadakan perlawanan ketika terjadi penculikan.
Di lubang buaya, mereka yang masih hidup
disiksa dengan berbagai cara oleh Gerwani lalu diberondong dengan senjata api.
Jenazah para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah lubang sumur tua lalu
ditimbuni dengan tanah dan sampah.
Pada saat bersamaan di Jawa Tengah terjadi pula
pembantaian terhadap Komandan Korem 072, Kolonel Katamso dan kepala stafnya
Letnan Kolonel Soegiyono, di desa Kentungan. Dua Batalyon Raider menduduki
Lapangan Merdeka di jantung Kota Jakarta, mereka menguasai Istana Presiden,
gedung RRI, dan pusat telekomunikasi.
No comments:
Post a Comment