Friday, October 19, 2012

Gong Pacek (budaya tanah Bali)

Bali post, 7 november 2012.

Yang membedakan antara gong pacek dan gong gantung sebenarnya hanya perangkat gangsanya. Bilah-bilah gangsa pada gong pacek dipacek/dipaku dengan menggunakan paku atau besi. Dibawah bilah itu diisi bantalan agar tetap bisa mengeluarkan nada bila dipukul. Sementara bilah gangsa gong gantung, dipasang dengan cara menggantung, biasanya digantung dengan tali plastik atau tali yang terbuat dari kulit sapi.



Pada awalnya gong kebyar di Buleleng Bali dimainkan dengan menggunakan perangkat gong pacek. Namun setelah gong kebyar berkembang dan maju, perangkatnya berubah menjadi gong gantung. Padahal untuk membuat tabuh kekebyaran agar terdengar dinamis dan cepat, perangkat yang digunakan memang seharusnya gong pacek. Sejumlah sekaa gong di Buleleng mulai bergerak untuk melestarikan gong pacek. Mereka mulai mengubah perangkat gong gantung untuk kembali dijadikan gong pacek. Ini dilakukan agar gong pacek yang merupakan ciri khas gong Buleleng tidak punah. Salah satu sekaa yang dengan setia melestarikan perangkat gong pacek adalah "Sekaa Gong Tri Pitaka” dari desa Munduk Kecamatan Banjar. Bahkan ketika diundang ke luar negeri, sekaa gong ini tetap membawa gong pacek dan bukan gong gantung seperti sekaa-sekaa yang lain.



Apa beda gong pacek dengan gong gantung ?? Yang membedakan sebenarnya hanya perangkat gangsanya. Bilah-bilah pada gong pacek dipacek/dipaku dengan menggunakan paku atau besi. Dibawah bilah itu diisi dengan bantalan agar tetap bisa mengeluarkan nada jika dipukul. Sementara bilah gangsa pada gong gantung dipasang dengan cara menggantung, biasanya gangsa itu digantung dengan tali plastik atau tali yang terbuat dari kulit sapi. Dari segi nada, bilah gangsa dari gong pacek nadanya akan segra redup setelah dipukul. Dengan demikian gong pacek dinilai cocok digunakan untuk memainkan tabuh-tabuh kekebyaran yang memerlukan kecepatan dan dinamis.

Sekaa gong Tri Pitaka Desa Munduk ketika diundang ke Hongkong dalam sebuah misi kebudayaan, tetap membawa perangkat gong pacek. Tabuh yang mereka mainkan mendapat sambutan meriah di gedung kebudayaan Hongkong. Ida Rsi Agung Wayabya Suprabu Sogata Karang atau Sudhyatmaka Sugriwa yang memimpin rombongan tersebut mengatakan, sekaa gong dari Munduk itu selain memperkenalkan gong pacek juga memperkenalkan tari-tarian khas Bali Utara seperti Terunajaya, Palawakia, tari mulat sarira dan tabuh-tabuh seperti Lelonggoran, Jayengrana, dan tabuh kreasi gonjang-ganjing ciptaan Putu Putrawan. Sekaa tersebut juga membawakan kolaborasi Gocek (goak-goakan, cak, dan genjek). Gocek diadakan disebuah universitas diikuti sekitar 50 mahasiswa. Konjen Teguh Wardoyo dalam kesannya mengatakan amat bangga dengan penampilan seni gamelan gong pacek Buleleng ini, yang benar-benar berkaliber Internasional yang mempu memukau masyarakat Hongkong.  Rupanya gong pacek semakin menarik bagi masyarakat dunia sehingga beberapa negara lain juga berminat untuk mengundang sekaa ini, dan berharap tetap membawa gong pacek

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini