Upacara pembakaran mayat, agar
orang yang meninggal dunia secepat mungkin kembali ke asal pembentuk badan
kasarnya ( panca maha bhuta) yang
disebut ngaben lumrahnya hanya ada di Jagat Bali. Namun di Bali selain orang mengabenkan mereka
yang telah meninggal juga ada suatu upacara yakni “ mengabenkan tikus”. Mengapa
tikus kok diaben?
Upacara Ngaben Tikus adalah salah satu tradisi kebudayaan agraris yang
sudah di lakukan oleh masyarakat Bali secara turun temurun sejak zaman
dahulu.Kebudayan ini bersumber pada alam pikiran mistis dimana animisme, dinamisme
dan budaya Hindu bercampur baur melahirkan ritual-ritual, kesenian, tata
sosial, tata nilai, dan unsur-unsur budaya lainnya. Ngaben Tikus dilakukan
ketika wabah tikus menyerang sawah-sawah petani. Upacara Ngaben Tikus ini
bisa disebut Marataka Mrana Tikur. Seiring waktu berjalan dan lahan pertanian
yang semakin berkurang. Ngaben Tikus tetap dapat disaksikan di Desa
Cemagi, Mengwi, Badung dan desa adat Bedha kabupaten Tabanan Bali sampai
sekarang.
Upacara ini diyakini selain untuk mengusir hama tikus, juga untuk
mengembalikan roh tikus yang telah mati tersebut ke alamnya dan bila terlahir
kembali tidak menjadi hama lagi yang akan merusak area persawahan petani.
Ngaben tikus merupakan salah satu jenis upacara Nangluk Mrana. Hal ini
diuraikan dalam buku upacara “Nangluk Mrana” karangan Tjokorda Raka Krisnu
“Nangluk” berarti empangan, tanggul, pagar, atau penghalang dan
“mrana” berarti hama atau bala penyakit. Mrana adalah istilah yang umum
dipakai untuk menyebut jenis-jenis penyakit yang merusak tanaman.
Bentuknya bisa berupa serangga, binatang maupun dalam bentuk gangguan
keseimbangan kosmis yang berdampak merusak tanaman. Jadi “nangluk mrana”
berarti mencegah atau menghalangi hama (penyakit) atau ritual penolak bala.
Selain uraian dalam buku tersebut diatas, upacara Ngaben Tikus ini pun
terdapat pada lontar “Perembon Indik Ngaben Tikus” sekilas
dijelaskan bila tikus telah menjadi hama ganas yang menyerang sawah
petani, maka sebaiknya dilakukan upacara seperti mengupacarai orang mati biasa.
Dan upacara hendaknya dilakukan di tepi pantai dengan cara dibakar.
Seperti halnya Ngaben Manusia, Ngaben Tikus juga mempunyai tata cara
pelaksanaan sebagai berikut; tikus-tikus yang telah mati diletakkan di atas
bade atau wadah untuk mayat sama seperti bade manusia. Bade ini kemudian
diusung para warga ke kuburan desa dan sesampainya di sana, ratusan bangkai
tikus tersebut dipindah ke bade berbentuk lembu yang akhirnya dibakar.
Setelah upacara pembakaran selesai dilanjutkan dengan upacara
nganyut (membuang abu) ke laut yang dipimpin oleh Pendeta (orang suci Hindu).
Sumber > http://wisatadewata.com
No comments:
Post a Comment