Sunday, September 30, 2012

“ Ngaben tikus” di Bali

Upacara pembakaran mayat, agar orang yang meninggal dunia secepat mungkin kembali ke asal pembentuk badan kasarnya ( panca maha bhuta)  yang disebut ngaben lumrahnya hanya ada di Jagat Bali.  Namun di Bali selain orang mengabenkan mereka yang telah meninggal juga ada suatu upacara yakni “ mengabenkan tikus”. Mengapa tikus kok diaben? 


Upacara Ngaben Tikus adalah salah satu tradisi kebudayaan agraris yang sudah di lakukan oleh masyarakat Bali secara turun temurun sejak zaman dahulu.Kebudayan ini bersumber pada alam pikiran mistis dimana animisme, dinamisme dan budaya Hindu bercampur baur melahirkan ritual-ritual,  kesenian, tata sosial, tata nilai, dan unsur-unsur budaya lainnya. Ngaben Tikus dilakukan ketika wabah tikus menyerang  sawah-sawah petani. Upacara Ngaben Tikus ini bisa disebut Marataka Mrana Tikur. Seiring waktu berjalan dan lahan pertanian yang semakin berkurang. Ngaben Tikus tetap dapat disaksikan  di Desa Cemagi, Mengwi, Badung dan desa adat Bedha kabupaten Tabanan Bali sampai sekarang.
Upacara ini diyakini selain untuk mengusir hama tikus, juga untuk mengembalikan roh tikus yang telah mati tersebut ke alamnya dan bila terlahir kembali tidak menjadi hama lagi yang akan merusak area persawahan petani.


Ngaben tikus merupakan salah satu jenis upacara Nangluk Mrana. Hal ini diuraikan dalam buku upacara “Nangluk Mrana” karangan Tjokorda Raka Krisnu “Nangluk”  berarti empangan, tanggul, pagar, atau penghalang dan “mrana”  berarti hama atau bala penyakit. Mrana adalah istilah yang umum dipakai untuk menyebut jenis-jenis penyakit  yang merusak  tanaman. Bentuknya bisa berupa serangga, binatang maupun dalam bentuk gangguan keseimbangan kosmis yang berdampak merusak  tanaman. Jadi “nangluk mrana” berarti mencegah atau menghalangi hama (penyakit) atau ritual penolak bala.
Selain uraian dalam buku tersebut diatas, upacara Ngaben Tikus ini pun terdapat pada  lontar “Perembon Indik Ngaben Tikus”  sekilas dijelaskan bila tikus telah menjadi hama  ganas yang menyerang sawah petani, maka sebaiknya dilakukan upacara seperti mengupacarai orang mati biasa. Dan upacara hendaknya dilakukan di tepi pantai dengan cara dibakar.


Seperti halnya Ngaben  Manusia, Ngaben Tikus juga mempunyai tata cara pelaksanaan sebagai berikut; tikus-tikus yang telah mati diletakkan di atas bade atau wadah untuk mayat sama seperti bade manusia. Bade ini kemudian diusung para warga ke kuburan desa dan sesampainya di sana, ratusan bangkai tikus tersebut dipindah ke bade berbentuk lembu yang akhirnya dibakar.  Setelah upacara pembakaran selesai dilanjutkan dengan upacara  nganyut (membuang abu) ke laut yang dipimpin oleh Pendeta (orang suci Hindu).




No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini