Saturday, September 22, 2012

Danghyang Nirartha Mengarungi Segara Rupek

Sumber > buku sejarah dan babad pratisentana bandesa manik mas


Adanya salah paham dan sikap yang kurang hormat dari Dalem Juru terhadap Danghyang Nirartha, tidak ada pilihan lain bagi beliau selain meninggalkan istana Kerajaan Belambangan bersama istri dan ketujuh putra-putrinya untuk menyeberang ke Bali. Barang-barang yang dibawa oleh beliau selain pakaian dan perbekalan secukupnya juga membawa pusaka berupa keris bernama “Si Baru Jeriji”, dan sebuah tongkat bernama “Si Bayu Rambat”


Pada hari dan waktu yang telah ditentukan di tahun 1478, berangkatlah beliau ke pantai timur Blambangan bersama istri beliau Sri Patni Keniten dan putra-putrinya yaitu ; Diah Wiraga Slaga, Ida Wiraga Sandi, Ida Lor, Ida Ler, Ida Istri Rahi, Ida Telaga, dan Ida Kiniten. Setelah tiba di tepi pantai, beliau berusaha mencari alat untuk menyebrang. Seorang nelayan dengan senang hati meminjamkan sebuah jukung bocor, yang kemudian lubangnya ditutup dengan daun labu kili. Jukung inilah yang dinaiki oleh istri dan putra-putrinya. Sedangkan beliau sendiri menggunakan labu kili yang besar, yang isinya telah dibuang. Maka setelah segala sesuatunya siap, berlayarlah beliau mengarungi Selat Rupek menuju arah Timur. Dengan menggunakan tangan beliau sebagai kayu, meluncurlah labu kili seperti kapu-kapu layaknya diatas gelombang laut. Demikian juga jukung yang ditumpangi oleh istri dan putra-putri beliau.

Tidak diceritrakan di tengah perjalanan, maka mendaratlah Danghyang Nirartha bersama istri dan putra-putrinya dengan selamat dipantai barat daerah Jembrana. Betapa rasa gembira puji syukur istri dan putra-putri beliau semua setelah berhasil mendarat di tepi pantai pulau Bali. Maka berkumpullah beliau semuanya untuk melepaskan lelah di tepi pantai. Ketika itu datanglah beberapa orang gembala menyapa dan menyambut kedatangan beliau. Setelah Danghyang Nirartha memberi keterangan secukupnya tentang diri beliau tentang maksud kedatangannya, maka pengembala itu menyarankan agar beliau berjalan irri timur memasuki hutan. Oleh rakyat setempat dibuat sebuah pura baru untuk penghormatan kepada Danghyang Nirartha, yang terletak didekat muara sungai di daerah dimana dulu beliau mendarat pertama kali, dan diberi nama Pura Purancak.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini