Sumber > buku sejarah dan babad pratisentana
bandesa manik mas
Adanya salah paham dan sikap yang kurang hormat dari
Dalem Juru terhadap Danghyang Nirartha, tidak ada pilihan lain bagi beliau
selain meninggalkan istana Kerajaan Belambangan bersama istri dan ketujuh
putra-putrinya untuk menyeberang ke Bali. Barang-barang yang dibawa oleh beliau
selain pakaian dan perbekalan secukupnya juga membawa pusaka berupa keris
bernama “Si Baru Jeriji”, dan sebuah tongkat bernama “Si Bayu Rambat”
Pada hari dan waktu yang telah ditentukan di
tahun 1478, berangkatlah beliau ke pantai timur Blambangan bersama istri beliau
Sri Patni Keniten dan putra-putrinya yaitu ; Diah Wiraga Slaga, Ida Wiraga
Sandi, Ida Lor, Ida Ler, Ida Istri Rahi, Ida Telaga, dan Ida Kiniten. Setelah
tiba di tepi pantai, beliau berusaha mencari alat untuk menyebrang. Seorang
nelayan dengan senang hati meminjamkan sebuah jukung bocor, yang kemudian
lubangnya ditutup dengan daun labu kili. Jukung inilah yang dinaiki oleh istri
dan putra-putrinya. Sedangkan beliau sendiri menggunakan labu kili yang besar,
yang isinya telah dibuang. Maka setelah segala sesuatunya siap, berlayarlah
beliau mengarungi Selat Rupek menuju arah Timur. Dengan menggunakan tangan
beliau sebagai kayu, meluncurlah labu kili seperti kapu-kapu layaknya diatas
gelombang laut. Demikian juga jukung yang ditumpangi oleh istri dan putra-putri
beliau.
Tidak diceritrakan di tengah perjalanan, maka
mendaratlah Danghyang Nirartha bersama istri dan putra-putrinya dengan selamat
dipantai barat daerah Jembrana. Betapa rasa gembira puji syukur istri dan
putra-putri beliau semua setelah berhasil mendarat di tepi pantai pulau Bali.
Maka berkumpullah beliau semuanya untuk melepaskan lelah di tepi pantai. Ketika
itu datanglah beberapa orang gembala menyapa dan menyambut kedatangan beliau.
Setelah Danghyang Nirartha memberi keterangan secukupnya tentang diri beliau
tentang maksud kedatangannya, maka pengembala itu menyarankan agar beliau
berjalan irri timur memasuki hutan. Oleh rakyat setempat dibuat sebuah pura
baru untuk penghormatan kepada Danghyang Nirartha, yang terletak didekat muara
sungai di daerah dimana dulu beliau mendarat pertama kali, dan diberi nama Pura
Purancak.
No comments:
Post a Comment