Sumber > buku sejarah dan
babad pratisenatana bandesa manik mas.
Kerajaan Mataram melebarkan kekuasaannya sampai
di Jawa Timur dan Bali. Di Jatim dikenal sebuah kerajaan yang bernama Kanjuruhan, yang dikekalkan
dalam prasasti Dinoyo tahun 760 Masehi. Di Bali kerajaan Singamandawa yang
dikekalkan dalam prasasti Sikawana A tahun 882 masehi. Kemungkinan raja-raja
dari kerajaan ini adalah dari keluarga Sanjaya Sanjayawamsa. Karena isi prasasti-prasasti
Canggal 732 masehi, Prasasti Dinoyo 760 masehi, dan prasasti Sukawana 882
masehi, memiliki persamaan isi terutama menyangkut bidang keagamaan yang
dianut.
Kerajaan Bali tertua yang bernama Singamandawa
itu, dikekalkan dalam lebih dari 15 buah prasasti yang berangka tahun diantara
804 sampai dengan 888 saka. Satu-satunya nama raja yang disebut-sebut dalam
prasasti yang dikeluarkan di Singamandawa itu adalah Sang Ratu Ugrasena. Boleh
jadi Sang Ratu Ugrasena ini adalah keturunan Raja Sanjaya dari Ksatrya
Kalingga. Bersama dengan masa pemerintahan Sang Ratu Ugrasena di Singamandawa,
di Bali juga muncul sebuah kerajaan yang dibentuk oleh Sri Kesari Warmadewa,
yang dikekalkan dalam prasasti Blanjong Sanur 835 Saka. Menurut Raja Purana beliau
mendirikan Kerajaan Singamandawa yang berpusat di Besakih.
Rupanya munculnya kerajaan dari keluarga
Warmadewa di Bali, adalah tidak terlepas dari persaingan antara keluarga
Sanjaya atau Kalingga dengan keluarga raja-raja warma, semenjak di Jawa Barat
pada abad ke 6 dimana keluarga Warma juga mendirikan Kerajaan Sriwijaya di
Sumatra. Di Bali kerajaan Singamandawa
terdesak, hanya bertahan di pegunungan Kintamani dan Buleleng. Sedangkan
Warmadewa telah menguasai wilayah yang amat luas. Selain Sawal dan Gurun juga
menguasai Bali dengan batas utaranya sampai di Manukaya Tampaksiring dan Malet
Kayuambwa. Ini membuktikan dengan adanya prasasti pada pahatan batu yang ada di
Penataran Gege Malet dan Pura Panempaan Manukaya.
Setelah tahun saka 888 lalu, tidak terdengar
lagi nama raja-raja Singamandawa. Prasasti-prasasti yang ada semuanya dikeluarkan
oleh raja-raja Warmadewa. Ini berarti kerajaan Singamandawa telah dikalahkan.
Mungkin dengan jalan damai, karena salah seorang ratu Warmadewa setelah masa
Ugrasena sangat menghormati Sang Ratu Ungrasena. Hal ini diuraikan dalam
prasasti Kintamani A, yang menyebutkan > “...........Sang Ratu Siddha dewata
Sang Lumah di Air Madatu...............”. Sang ratu yang dihormati oleh
Tabenendra Warmadewa ini, menurut Goris adalah Ratu Ungrasena.
Setelah tahun 888 saka, kerajaan Singamandawa tidak ada lagi.
Lalu kemana keluarga raja Ugrasena itu?. Menurut tradisi dari kerajaan-kerajaan
kuno, bilamana ada kerajaan yang dikalahkan, maka keluarga raja tahlukan
diserahi tugas dalam pemerintahannya. Biasanya menjadi patih, atau pejabat
kerajaan lainnya. Apalagi penahlukannya secara damai. Bila pendapat ini benar
adanya, maka keturunan Sang Ratu Ugrasena nantinya menjadi Arya Bali, yang ada
di zaman pemerintahan Sri Tapolung (Astasura Ratnabhumi Banten) dari keluarga
Warmadewa, menduduki jabatan menteri-menteri kerajaan. Kendatipun tidak
semuanya. Para menteri Sri Tapolung yang dikenal kemudian sebagai Arya Bali
adalah :
1.
Pangeran
Tambyak di Jimbaran
2.
Ki
Kalung Singkal di Taro
3.
Ki
Tunjung Tutur di Tenganan
4.
Ki
Tunjung Biru di Tianyar
5.
Pangeran
Kopang di Seraya
6.
Ki
Buahan di Batur
7.
Rakriyan
Girimana di Ularan
8.
Pangeran
Tangkas di Tangkas/Klungkung
9.
Pangeran Mas di Mas
10. Perdana Menteri Ki Pasung Grigis di
Tengkulak
11. Ki Kebo Iwa di Belahbatuh
Demikian sebelas menteri Dalem Sri Tapolung. Diantara mereka
tentu sebagian berasal dari keturunan Sang Ratu Ugrasena, yang berleluhur
Sanjayawamsa, ksatrya Kalingga. Diantara mereka yang dapat dicari keturunannya
hingga kini hanyalah Rakryan Girimana dari Ularan Singaraja. Keturunannya amat
pembrani, selalu menjabat Panglima Perang Kerajaan Gelgel. Ia bergelar Jlantik,
sangat terkenal sebagai Arya Ularan panglima dulang mangap yang menahlukkan
Belambangan dan Jlantik Bogol pahlawan perang Pasuruan.
Pangeran Tangkas sudah camput. Keturunannya dilanjutkan oleh putra
dari selir dalem, yang kemudian dikenal dengan sebutan Tangkas Tegeh Kori
Agung. Berdasarkan babad Pamancangah Dalem Kramas menyebutkan bahwa salah
seorang keturunan Sri Kesari Warmadewa pernah menjabat sebagai Bendesa Mas,
dengan nama/sebutan Pangeran Bendesa Mas atau Pangeran Mas, berkedudukan di
Mas. Beliau adalah keturunan dari Mpu Kenaka, Jenggala Kayu Manis, yang
beragama Budha, datang ke Majapahit dari Keling (India Selatan) pada tahun
1309. Ada juga keturunan Arya Bali lainnya, yang sekarang bernama
Karangbuncing, ia adalah keturunan Ki Pasung Grigis, patih amengkunegara kerajaan
Bali.
No comments:
Post a Comment