Wednesday, December 9, 2015

Ibu dan Bapak ibarat Dewa dalam keluarga.



Tidak terpungkiri selama ini ntah dalam waktu berapa ratus tahun yang lalu bahwasanya yang menjadi pedoman hidup para insanNya khususnya insan Tuhan yang beragama Hindu  adalah aneka pengalaman para pendahulunya, baik yang tertulis di  berbagai kitab-kitab yang  disucikan maupun petuah-petuah langsung dari para pinih sepuh. Misalnya Hindu memiliki petuah nan mumpuni via kekawin Ramayananya yang mengisahkan bahwa Raja Dasaratha bisa termasyur hingga keseantero buana, itu tidak lain lantaran beliau adalah tokoh panutan disegala zaman lagi pula beliau ahli dalam weda (kitab suci agama Hindu), beliau adalah pemuja Tuhan nan taat dan tidak pernah lupa memuja leluhur, serta amat dikasihi oleh keluarga dan rakyatnya.


Sanggar/sanggah kemulan

Dalam ajaran Hindu bahkan disebutkan bahwa kita memiliki hutang kepada para leluhur yang disebut pitra rna, hutang tersebut kemudian kita berusaha sedapat mungkin untuk melunasinya dengan upacara ritual pitra yadnya yang acap disamakan dengan ngaben dan memukurnya / upacara yang berkenaan dengan kematian. Sedemikian pentingnya leluhur itu sampai-sampai aneka jenis sumber dicari : sejarah, babad, pamancangah, prakempa, prasasti, bahkan bhisama-bhisama para leluhur.  “ Untuk apa mencari/mengetahui leluhur?”
sanggah rong tiga/kemulan  (foto medsos Fb)

Tidak sedikit orang tahu/faham bahwa agama Hindu itu, memiliki konsep selain memuja Tuhan YME juga memuja dan memuliakan leluhurnya, karena diyakini semua yang pernah ada di alam fana ini semuanya berasal dariNya.Konsep spiritual Hindu manusia itu terdiri dari badan kasar/stula sarira dan badan halus/suksma sarira yang acap disebut dengan atma/jiwa. Pada setiap keluarga penganut Hindu khususnya Hindu neng tanah Bali tentu memiliki sebuah sanggar/sanggah pemujaan khusus untuk memuja roh leluhurnya, sanggah kemulan namanya. Di sanggar kemulan leluhur yang telah dianggap suci/ Sidha Dewata disethanakan,  Sidha Dewata bukanlah Dewa namun Pitara/leluhur yang telah memasuki alam kedewaan makanya disebut Dewa Pitara/Dewa Hyang Guru/Bhatara Hyang Guru. Keyakinan para penganut Hindu Bali bahwa, pada ruang kemulan kanan sebagai bapak dengan sebutan Paratma, pada ruang kemulan kiri sebagai ibu dengan sebutan Siwatman, sedangkan pada ruang kemulan tengah adalah Sang Atma yang menjadi Ibu Bapak dalam wujud/rupa Sanghyang Tunggal mempersatukan diri. Dengan demikian dapat diartikan bahwa para penganut Hindu khususnya Hindu Bali senantiasa eling akan leluhurnya. Dalam kitab suci Hindu bahkan  tertera “ matri deva bhapa, pitri deva bhapa”  yang kurang lebih memiliki arti : ibu dan ayah ibarat dewa dalam keluarga.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini