Jamak orang tahu bahwasanya banyak orang suci penganut dan
penyebar ajaran Hindu pernah datang dan berbuat kebajikan di tanah Bali,
diantaranya adalah Mpu Gana. Beliau menginjakkan kakinya lebih dari sekali di
tanah Bali, diantaranya Mpu Gana pernah datang ke tanah Bali yang keberikutnya saat hari
Senin Kliwon wara Kuningan (pemacekan agung) kala itu. Yang mana hari itu
ditetapkan sebagai hari suci (dauh becik) piodalan di Pura Dasar Bhuana Gegel,
maka tibanyapun setiap 210 hari sekali.
Bertempat di desa Gegel Kelungkung, pada bekas parahyangan
Mpu Gana di tahun 1267 masehi, oleh keturunan Mpu Withadharma yang konon
bernama Mpu Dwijaksara dibangunlah sebuah pura yakni pura Babaturan /
Panganggih. Di pura inilah dimuliakan
arwah suci Mpu Gana dan Hyang Widhi pencipta sekalian mahluk. Atas dasar
amanat dari penguasa tanah Bali dahulu, agar Mpu Dwijaksara menyelamatkan juga
memelihara Sad Kahyangan di tanah Bali. Namun apa daya kekuatan manusia ada
batasnya, hanya baru pura Babaturan / Penganggih yang dapat diselesaikan karena
usia beliau kian usur, kemampuanpun semakin menurun. Namun ada sesuatu yang
kita mesti syukuri, sebelum meninggal dunia sang Mpu menyelenggarakan pertemuan
dengan sanak saudaranya dan semua putra-putranya, saat itulah Mpu Dwijaksara
memberi petunjuk tentang dharma yang harus dilakukan oleh penerus beliau. Tiada
lama kemudian sang Mpupun meninggal.
Kisah berikutnya, meningkat ke tahun 1380 masehi yang
memegang tapuk pimpinan (pemerintahan) adalah Dalem Gelgel Sri Smara Kapakisan.
Diera pemerintahan beliaulah pura Babaturan/ Panganggih ditingkatkan status dan
fungsinya dijadikan pura penyungsungan /
pemujaan jagat, dan dinamakan “ Pura Dasar Bhuana Gelgel “. Sejak itu jelas dan tegas terasa pura Dasar
Bhuana Gelgel disamping sebagai tempat suci persembahyangan juga sebagai
pemersatu , sebagai landasan persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat tanah
Bali. Oleh sang penguasa kala itu, telah ditempatkan kedudukan serta harkat dan
martabat setiap orang diakui . Terbukti, di dalam pura Dasar Bhuana Gelgel di
bagun pura sebagai penyungsungan pusat dari Tri Warga. Tri warga tersebut
adalah tiga kelompok keturunan yakni : Warga Satrya Dalem, Warga Pasek / Maha
Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi, dan Warga Pande. Ketiga keluarga besar itu
merupakan kekuatan nan potensial kepemimpinan masyarasat tanah Bali kala itu.
Dengan demikian, berarti bahwa di dalam Pura Dasar Bhuana Gelgel disamping ada
tempat suci untuk memuliakan dan memuja Hyang Widhi, juga terdapat tempat suci
untuk memuliakan dan memuja arwah suci para leluhur Tri Warga.
Sumber bacaan : buku babad pasek, seri babad bali.
No comments:
Post a Comment