Sunday, January 11, 2015

Di dalam Pura Dasar Bhuana Gelgel




Jamak orang tahu bahwasanya banyak orang suci penganut dan penyebar ajaran Hindu pernah datang dan berbuat kebajikan di tanah Bali, diantaranya adalah Mpu Gana. Beliau menginjakkan kakinya lebih dari sekali di tanah Bali, diantaranya Mpu Gana pernah datang  ke tanah Bali yang keberikutnya saat hari Senin Kliwon wara Kuningan (pemacekan agung) kala itu. Yang mana hari itu ditetapkan sebagai hari suci (dauh becik) piodalan di Pura Dasar Bhuana Gegel, maka tibanyapun setiap 210 hari sekali.

Bertempat di desa Gegel Kelungkung, pada bekas parahyangan Mpu Gana di tahun 1267 masehi, oleh keturunan Mpu Withadharma yang konon bernama Mpu Dwijaksara dibangunlah sebuah pura yakni pura Babaturan / Panganggih. Di pura inilah dimuliakan  arwah suci Mpu Gana dan Hyang Widhi pencipta sekalian mahluk. Atas dasar amanat dari penguasa tanah Bali dahulu, agar Mpu Dwijaksara menyelamatkan juga memelihara Sad Kahyangan di tanah Bali. Namun apa daya kekuatan manusia ada batasnya, hanya baru pura Babaturan / Penganggih yang dapat diselesaikan karena usia beliau kian usur, kemampuanpun semakin menurun. Namun ada sesuatu yang kita mesti syukuri, sebelum meninggal dunia sang Mpu menyelenggarakan pertemuan dengan sanak saudaranya dan semua putra-putranya, saat itulah Mpu Dwijaksara memberi petunjuk tentang dharma yang harus dilakukan oleh penerus beliau. Tiada lama kemudian sang Mpupun meninggal.

Kisah berikutnya, meningkat ke tahun 1380 masehi yang memegang tapuk pimpinan (pemerintahan) adalah Dalem Gelgel Sri Smara Kapakisan. Diera pemerintahan beliaulah pura Babaturan/ Panganggih ditingkatkan status dan fungsinya  dijadikan pura penyungsungan / pemujaan jagat, dan dinamakan “ Pura Dasar Bhuana Gelgel “.   Sejak itu jelas dan tegas terasa pura Dasar Bhuana Gelgel disamping sebagai tempat suci persembahyangan juga sebagai pemersatu , sebagai landasan persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat tanah Bali. Oleh sang penguasa kala itu, telah ditempatkan kedudukan serta harkat dan martabat setiap orang diakui . Terbukti, di dalam pura Dasar Bhuana Gelgel di bagun pura sebagai penyungsungan pusat dari Tri Warga. Tri warga tersebut adalah tiga kelompok keturunan yakni : Warga Satrya Dalem, Warga Pasek / Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi, dan Warga Pande. Ketiga keluarga besar itu merupakan kekuatan nan potensial kepemimpinan masyarasat tanah Bali kala itu. Dengan demikian, berarti bahwa di dalam Pura Dasar Bhuana Gelgel disamping ada tempat suci untuk memuliakan dan memuja Hyang Widhi, juga terdapat tempat suci untuk memuliakan dan memuja arwah suci para leluhur Tri Warga.

Sumber bacaan  : buku babad pasek, seri babad bali.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini