Monday, November 10, 2014

Selintas tentang caru Resi Ghana itu...




Yang namanya umat beragama, penganut agama apapun di bumi ini tentulah melakukan aneka hal yang terkatagori kegiatan keagamaan, demikian juga halnya dengan umat Hindu (khususnya umat Hindu neng tanah Bali). Umat Hindu  mengenal yang namanya kerangka dasar agama, terdiri dari tiga macam : tatwa/filsafat, susila/etika, dan ritual/upacara. Khusus tentang upacara lebih-lebih oleh warga Hindu tanah Bali identik nian dengan sesajen/banten. Diantara jenis banten itu ada yang namanya aneka banten caru sesuai dengan tingkatan serta tujuan upacara caru itu di laksanakan.

sanggah cucuk caru resi ghana ditancapkan di arah timur laut areal upacara bhuta yadnya, beserta atribut yang dipakai : kober bertangkai bambu gading/kuning,  upacara resi ghana acap berbarengan dengan caru panca sata, panca sanak atau panca kelud.

Diantara kesekian jenis dan tingkatan caru yang lumrah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, ada diantaranya yang bernama caru Resi Ghana (khalayak Hindu yang menyebutnya). Sejatinya yang disebut caru resi ghana oleh umat Hindu itu adalah suatu upacara suci yang ditujukan untuk memuja Dewa Ghana Pati/Dewa Wighna-ghna. Dalam bahasa sansekerta wighna punya arti halangan, jadi tujuan memuja Dewa Ghana adalah untuk memohon kepada Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Dewa Ghana agar para umat memperoleh perlindunganNya. Yang lebih tepat kiranya upacara Resi Ghana itu disebut sebagai upacara penolak baya / upacara untuk menolak mara bahaya. Upacara Resi Ghana ini umumnya dilakukan dalam setiap rumah tempat tinggal, bangunan untuk umum lebih-lebih bangunan suci, dengan tujuan agar rumah tempat tinggal/ tempat yang diupacarai semisal merajan, pura kahyangan agar benar-benar terlindungi olehNya dalam manifestasinya sebagai Dewa Ghana. Dapat juga diartikan, upacara resi ghana itu bertujuan untuk menstanakan kesucian Dewa Ghana demi melindungi sesuatu bangunan suci/ tempat tinggal agar terlindung dari mara bahaya.

Jika para umat konskuen menjalankan yang namanya ritual keagamaan, upacara resi ghana biasanya diulang kembali setiap sepuluh tahun. Inilah yang mengingatkan para umat agar terus eling padaNya  dalam menifestasinya sebagai Dewa Ghana. Sejatinya, upacara resi ghana tidak menyebutkan untuk nyomia bhuta kala namun ditujukan kepada Dewa Ghana untuk melindungi umat dari gangguan bhuta kala. Hal inilah yang nampaknya menyebabkan upacara resi ghana disebut caru. Dalam lontar Hindu juga di sebutkan, upacara resi ghana disamping untuk melindungi lingkungan rumah/tempat suci, upacara ini juga dilakukan kalau ada pohon besar yang tumbang hingga ke akar-akarnya, pemarisudha karang panes dan karang angker/tenget, jika ada kematian karena salah pati, ada orang kelebon amuk, disambar petir, dll. Bahan utama dari upacara resi ghana ini adalah itik putih, dan di olah sesuai dengan peruntukannya.

Sumber bacaan : kalender bali tahun 2014, disusun : I B Suparta Ardhana.





Tambahan info tentang tentang caru oleh  Sdr. Armin Jaya

" C A R U"
Caru artinya ; cantik, manis, selaras, serasi dan seimbang.
Tujuan dari pada upacara pecaruan adalah untuk nyomia bhuta menjadi dewa. Dengan upacara pecaruan, sifat-sifat bhuta yg ganas, galak dan agresif, kasomia (dihaluskan) menjadi sifat-sifat dewa, sehingga menjadi ; lemah-lembut dan penuh kasih-sayang.
JENIS DaN TINGKAT PECARUAN.
Caru yang paling kecil disebut dg Caru ”Eka Sata”. Caru ini mempergunakan seekor ayam berbulu brumbun (campuran keempat warna, yaitu : putih, merah, kuning dan hitam. Kemudian caru yg lebih besar dari Eka Sata adalah ”Caru Panca Sata”. Caru Panca Sata ini mempergunakan lima ekor ayam. Warna ayam yg dipergunakan adalah ; yang berbulu putih, merah atau ayam biying. Ayam putih dg kakinya berwarna kuning, disebut juga ayam putih siungan, ayam berbulu hitam atau ayam berbulu brumbun.
Caru Panca Sata ini adalah dasar dari semua caru. Caru Pancasata ini dipergunakan sebagai dasar Caru Panca Sanak, Panca Kelud, Rsi Gana, dsb. Caru Panca Sanak ini dipergunakan untuk ”nyomia” lima bhuta di lima penjuru mata angin. Lima bhuta kala yg di somia, yaitu : --- 1). Di Timur atau ”ring purwa” disebut ”Bhuta Janggitan” -- 2). Di Selatan atau ring ”daksina”, disebut ”Bhuta Langkir” -- 3). Di Barat atau ring pascima, disebut ”Bhuta Lembukanya” -- 4). Di Utara Sang Bhuta Taruna -- 5). Di tengah atau ring Madya disebut ”Bhuta Tiga Sakti” --

 

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini