Yang namanya hari raya keagamaan umumnya adalah merupakan
saat-saat para umat beragama menyampaikan rasa syukur kepadaNya, atas limpahan
rahmat serta semua karuniaNya kepada para umatNya. Demikian jua hari raya
keagamaan yang dimiliki oleh agama Hindu, diantaranya ada hari raya agama Hindu
yang nemanya berdasarkan pawukon/wuku, yang kedatangannya dapat dihitung dengan
pasti yakni setiap 210 hari sekali ( 6 bulan bali, 1 bulan bali lamanya 7
wuku/35 hari ). Diantara hari raya Hindu yang berdasarkan pawukon/wuku : hari
raya Saraswati, Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Hari Raya Galungan, dan Kuningan/ Tumpek Kuningan.
Diantara semua hari raya Hindu yang berdasarkan pawukon, hari raya Galungan yang paling lama
memiliki rangkaian acara / prosesi menjelang Buda Kliwon Dungulan tiba.
Dibilang lama karena prosesi keagamaan
menjelang Hari Raya Galungan telah dimulai sejak wuku Sungsang ( dengan
hari raya Sugihan ) hingga wuku Pahang ( Buda/Rabu Kliwon Pahang / buda kliwon
pegat uwakan). Di tanah Bali yang lumrah, sejak wuku sungsang hingga wuku Pahang ( terutama sejak wuku Dungulan hingga
Rabu/Buda Kliwon Pahang ) disebut nguncal balung.
Para umat Hindu hapal betul bahwa seminggu menjelang wuku
Dungulan/Galungan adalah wuku Sungsang, ada namanya Hari Raya Sugihan di kala
wuku Sungsang ( Sugihan Jawa = Kamis Wage wuku Sungsang, Sugihan Bali = Jum’at Kliwon wuku Sungsang ), ada aneka
prosesi keagamaan pada kedua hari raya sugihan itu yang mana intinya adalah
upacara pembersihan lahir bathin dan alam sekitar beserta tempat suci dengan
serana upakara/banten menjelang hari raya Galungan tiba. Berikutnya adalah tiba
pada hari pertama di wuku
Dungulan/Galungan ( Minggu Paing Dungulan ) yang lumrah dikenal dengan sebutan
“ hari penyekeban “. Di kalangan umat Hindu yang pemikirannya sederhana, hari
ini merupakan hari untuk memetik juga menyimpan aneka buah khususnya pisang
pada tempat khusus/ nyekeb (bhs.Bali) agar buah tersebut masak saat hari raya
Galungan. Sejatinya bukanlah demikian, namun diyakini oleh umat Hindu bahwa sejak
hari pertama di wuku Dungulan telah turun ke bumi yang namanya Sang Kala Tiga
Galungan/ Sanghyang Tiga Wisesa untuk mengganggu/menggoda para umat Hindu. Sang
Kala Tiga Galungan sejatinya adalah
wujud kroda dari Hyang Widhi yang dikenal dengan sebutan Rudra. Karena
itulah para umat amat di sarankan bahkan diwajibkan agar waspada dan berusaha
menjaga kesucian diri juga hati masing-masing.
Bagi para sulinggih (para orang-orang suci ), akan berusaha
melaksanakan tapa brata dan semadhi, sedangkan bagi para pekerja juga para
anak-anak maupun wanita di harapkan
melakukan aneka aktivitas pada kegiatan-kegiatan yang bersifat spiritual.
Aktivitas tersebut diantaranya : menyediakan dan menyimpan aneka buah untuk
kepentingan yadnya bukan semata-mata
untuk dimakan. Juga diharapkan agar mereka dapat memusatkan pikiran ke arah
kesucian, mendekatkan diri kepadaNya, berdo’a
sehingga terhindar dari gangguan dan bencana yang disebabkan oleh Sang
Kala Tiga. Dengan demikian, hari penyekeban tidak hanya berarti saat untuk
memetik dan menyimpan/nyekeb aneka buah, namun mengandung pula arti
mengasingkan diri/ mengendalikan diri guna mencapai ketenangan lahir bathin
menjelang hari raya Galungan tiba.-
No comments:
Post a Comment