Friday, October 10, 2014

Minggu Paing Dungulan, hari penyekeban




Yang namanya hari raya keagamaan umumnya adalah merupakan saat-saat para umat beragama menyampaikan rasa syukur kepadaNya, atas limpahan rahmat serta semua karuniaNya kepada para umatNya. Demikian jua hari raya keagamaan yang dimiliki oleh agama Hindu, diantaranya ada hari raya agama Hindu yang nemanya berdasarkan pawukon/wuku, yang kedatangannya dapat dihitung dengan pasti yakni setiap 210 hari sekali ( 6 bulan bali, 1 bulan bali lamanya 7 wuku/35 hari ). Diantara hari raya Hindu yang berdasarkan pawukon/wuku : hari raya Saraswati, Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Hari Raya Galungan, dan  Kuningan/ Tumpek Kuningan.

Diantara semua hari raya Hindu yang berdasarkan  pawukon, hari raya Galungan yang paling lama memiliki rangkaian acara / prosesi menjelang Buda Kliwon Dungulan tiba. Dibilang lama karena prosesi keagamaan  menjelang Hari Raya Galungan telah dimulai sejak wuku Sungsang ( dengan hari raya Sugihan ) hingga wuku Pahang ( Buda/Rabu Kliwon Pahang / buda kliwon pegat uwakan). Di tanah Bali yang lumrah, sejak wuku sungsang  hingga wuku Pahang  ( terutama sejak wuku Dungulan hingga Rabu/Buda Kliwon Pahang ) disebut nguncal balung.

Para umat Hindu hapal betul bahwa seminggu menjelang wuku Dungulan/Galungan adalah wuku Sungsang, ada namanya Hari Raya Sugihan di kala wuku Sungsang ( Sugihan Jawa = Kamis Wage wuku Sungsang, Sugihan Bali =  Jum’at Kliwon wuku Sungsang ), ada aneka prosesi keagamaan pada kedua hari raya sugihan itu yang mana intinya adalah upacara pembersihan lahir bathin dan alam sekitar beserta tempat suci dengan serana upakara/banten menjelang hari raya Galungan tiba. Berikutnya adalah tiba pada  hari pertama di wuku Dungulan/Galungan ( Minggu Paing Dungulan ) yang lumrah dikenal dengan sebutan “ hari penyekeban “. Di kalangan umat Hindu yang pemikirannya sederhana, hari ini merupakan hari untuk memetik juga menyimpan aneka buah khususnya pisang pada tempat khusus/ nyekeb (bhs.Bali) agar buah tersebut masak saat hari raya Galungan. Sejatinya bukanlah demikian, namun diyakini oleh umat Hindu bahwa sejak hari pertama di wuku Dungulan telah turun ke bumi yang namanya Sang Kala Tiga Galungan/ Sanghyang Tiga Wisesa untuk mengganggu/menggoda para umat Hindu. Sang Kala Tiga Galungan sejatinya adalah  wujud kroda dari Hyang Widhi yang dikenal dengan sebutan Rudra. Karena itulah para umat amat di sarankan bahkan diwajibkan agar waspada dan berusaha menjaga kesucian diri juga hati masing-masing.

Bagi para sulinggih (para orang-orang suci ), akan berusaha melaksanakan tapa brata dan semadhi, sedangkan bagi para pekerja juga para anak-anak maupun wanita  di harapkan melakukan aneka aktivitas pada kegiatan-kegiatan yang bersifat spiritual. Aktivitas tersebut diantaranya : menyediakan dan menyimpan aneka buah untuk kepentingan yadnya  bukan semata-mata untuk dimakan. Juga diharapkan agar mereka dapat memusatkan pikiran ke arah kesucian, mendekatkan diri kepadaNya, berdo’a  sehingga terhindar dari gangguan dan bencana yang disebabkan oleh Sang Kala Tiga. Dengan demikian, hari penyekeban tidak hanya berarti saat untuk memetik dan menyimpan/nyekeb aneka buah, namun mengandung pula arti mengasingkan diri/ mengendalikan diri guna mencapai ketenangan lahir bathin menjelang hari raya Galungan tiba.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini