Kenyataan memang benar
adanya, hingga di abad ini di NKRI telah
memasuki era reformasi rintisan bapak kita Amien Rais dkk, beserta para maha
siswanya di 1998 silam, tanah Bali masih tergolong cantik walau tidak tercantik
di tataran pilihan tujuan berlibur warga dunia,
Para wisatawan masih beranggapan bahwa berwisata ke tanah Bali
menguntungkan : karena tanah Bali itu tidak terlalu luas, tempat tempat
wisatanya banyak juga beragam terdukung oleh panorama alam nan hijau berseri,
karena tanah Bali subur. Kuliner tanah Bali para wisatawan juga mengakuinya “enak”,
sejarah Bali masih diminati, harga-harga juga bersaing di arena pariwisata
dunia. Lingkungan sosial Bali tercermin baik, pencitraan sebagai salah satu
destinasi yang nyaman untuk berlibur
tetap ada.
Tiada terpungkiri berbagai permasalahan lantaran efek pariwisata,
dapat mengganggu citra tanah Bali , ada kondisi jalan raya yang krodit, aneka
pungutan bagi wisatawan juga banyak, demikian juga pelayanan kedatangan
keberangkatan mesti ditingkatkan. Di sisi lain juga ada yang terabaikan,
ironisnya itu dibidang kekhasan tanah Bali yakni arsitektur Bali. Jadi secara
tidak tersadari suatu kearifan lokal telah terabaikan pula. Mungkin karena
dunia pariwisata yang menuntut, atau lantaran aturan yang tegas juga tidak ada
berbagai jenis rumah yang terkatagori murah meriah menjamur di kawasan
pariwisata tanah Bali, silahkan perhatikan.
Misalnya ada banyak hotel yang dibangun mengabaikan unsur balinya,
semisal diluar hotel/dindingnya hanya kaca, ada juga dinding langsung muncul
dari tanah tanpa undakan atau tangga, sama sekali tanpa sentuhan pasangan batu
alam atau ukiran khas bernuansa Bali, padahal stil Bali tidak hanya tempelan di
dinding, mungkin keterpakuan pada bahan baku salah satu penyebabnya. Kalau kita
semua mau taat demi tujuan bersama ajegnya tanah Bali, juga budaya Bali maka
yang namanya tri angga pada arsitektur Bali tidak dianggap remeh agar tidak
terabaikan. Tri Angga dalam arsitektur Bali, tri itu tiga jadi ada tiga bagian
bangunan yang mesti ada telah dikesampingkan (dianggap tidak prinsip), yakni : kaki
atau pondasi,badan atau dinding, serta kepala yaitu atap nyata umum berbentuk
limas. Tri Angga dalam bangunan itu adalah bagian prinsip dalam stil Bali.--
No comments:
Post a Comment