Thursday, February 27, 2014

“ Pura Prapat Agung “ di Taman Nasional Bali Barat



 
" Pura Prapat Agung " di TNBB
 
" Pura Prapat Agung " di TNBB
Para warga tanah Bali khususnya umat Hindu tahu tentang orang sucinya yang berasal dari tanah Jawa yang satu ini, beliau adalah Danghyang Nirartha/Danghyang Dwijendra. Pendeta Hindu ini diperkirakan lebih dari sekali melakukan Dharma Yatra ke tanah Bali. Ada sepenggal kisah yang diperkirakan terjadi sekitar di era 1478 s.d 1479 SM, yakni kala perjalanan Dharma Yatra sang pendeta yang kedua kalinya.

" Pura Prapat Agung " di TNBB


" Pura Prapat Agung " di TNBB


Ada beberapa sumber mengatakan, saat dharma yatra yang kedua Danghyang Nirartha diantaranya melakukan perjalanan guna mencari para putranya yang terpencar. Diantaranya adalah Ida Mas Swabawa, banyak aral yang sang pandita temui : diantara aral itu ada berupa kegelapan yang di ciptakan oleh Ida Bhatara Maha Dewa dengan tujuan agar sang pendeta tidak bisa melihat apa-apa termasuk untuk menemukan putranya. Singkat cerita terjadilah perang adnyana / adu kesaktian antara sang pendeta dengan Bhatara Maha Dewa. Maka Danghyang Nirartha melakukan yoga, mengeluarkan puja weda Sulambang Geni serta puja weda Seraga, cakra Rencana juga dikeluarkan oleh sang pendeta demi menerangi yang namanya kegelapan. Dari yoga sang pendeta itulah, beliau merasa iba hati dengan kerumunan para hewan yang kehausan.  Maka sang pendeta lalu menciptakan sebuah telaga/kolam untuk hewan-hewan itu. Hingga kini kolam ciptaan Dangyang Nirartha itu tidak pernah kering, walau bagaimanapun panjangnya kemarau. “Tirtha Blonyoh “, demikian nama kolam itu yang nyata memiliki tiga jenis warna dalam sekolam : bening, kemerahan dan warna kekuningan.  Kala itu kembali teranglah wilayah Pulaki.

" Pura Prapat Agung " di TNBB

Nama Prapat Agung sejatinya tidak cukup hanya diberi satu arti, Prapat Agung sesungguhnya adalah sebuah pintu, “pintu niskala” yang dibuat oleh Danghyang Nirartha  demi menghindarkan tanah Bali dari masuknya berbagai hal negatif. Atau dapat jua diartikan sebagai empat pintu yang diciptakan untuk menutup semua hal yang buruk yang ingin masuk ke wilayah tanah Bali.” Astungkara”.

Sumber : surat kabar bali post, edisi minggu pon  23/2/2014.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini