Bali atau tanah Bali adalah merupakan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), jadi dengan demikian semua warga negara RI dari
Sabang hingga Marauke di timur sana, bebas untuk datang dan juga menetap di
tanah Bali, katakanlah untuk mencari nafkah guna menyambung hidup. Namun
hendaknya disadari tanah Bali itu adalah hanya sebagian kecil wilayah NKRI yang
memiliki satu bahasa daerah (bahasa daerah Bali). Ingatlah juga pepatah tetua
kita zaman kemarin “ lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain jua belalangnya”.
Postingan ini semata mengingatkan para saudara yang akan
tinggal katakanlah menetap di tanah Bali, karena tinggal di suatu daerah yang
baru, sedikit tidaknya harus tahu bahasa daerahnya paling tidak yang lumrah
dipakai dalam kesehariannya. Banyak yang bilang kalau hendak masuk ke kandang
kambing mengembeknya, dan mengaumlah kala masuk ke kandangnya macan. Di bawah
ini ada pengalaman yang amat berharga, semoga dapat dipakai sebagai cermin
katakanlah panduan/contoh ( sebenarnya
lucu ):
Di ceritrakan saudara kita dari Jawa sana tinggal di Bali
bersama keluarga ( mereka belum faham
tentang bahasa Bali ) : Suatu saat anak
pertamanya ke warung hendak membeli es. Sampai di warung, iapun ditanya oleh
pedagangnya, “ Mau beli apa dik?” Iapun menjawab, “ Mau beli es “. Si pemilik
warung bertanya lagi, “Es campur atau es tok ?” Si pembeli berpikir dalam hati,
kalau es campur sudah biasa. Kalau begitu es tok saja ah. Iapun menjawab lagi “
Es tok saja” Si pemilik warung kembali
bertanya “ Mau beli berapa? “ “ Tiga
ribu bu “, jawabnya. Setelah itu si
pembeli es diberi es batu satu tas kresek besar. Iapun terbengong-bengong, tapi
tidak berani bertanya. Dalam hanya terus bertanya-tanya. Beli es kok dikasi es
batu, satu kresek pula? Akhirnya tiba di rumah (dengan wajah cemberut), es itu
di taruhnya di atas meja makan dengan keras. Iapun ngomel-ngomel sambil
berceritra pada pembantunya. “ saya
disuruh memilih es campur atau es tok, malah di kasi es batu,” tuturnya. Tiada
urung si pembantupun tertawa ngakak. “Kok tertawa?”, tanyanya. Pembantunyapun
menjelaskan : “ di tanah Bali yang disebut es tok itu ya es batu, maksudnya, es
saja “ Diapun ikut tertawa terbahak-bahak mengetahui hal itu.
Di lain tempat neng tanah Bali, pada suatu ketika ada
kejadian serupa dengan yang diatas. Kasusnya dialami pekerja rumah tangga. PRT
(pembantu rumah tangga) pergi ke pasar senggol
hendak membeli nasa. Singkat ceritra, pedagang nasi bertanya “ mau beli
nasi campur atau nasi tok?” PRT itupun berpikir, nasi campur sudah biasa, lebih
baik pilih nasi tok. Maka PRT itupun memilih nasi tok, dengan harga Rp. 5000.
Akhirnya dia pulang sambil tersenyum
riang, melihat bungkusan nasi yang besar . Di pikirannya, murah sekali beli nasi di Bali. Tiba di rumah, dia melihat
satu bungkus nasi putih saja, iapun terbelalak. Setelah ada yang memberi penjelasan
iapun tertawa. “ Pantas saja banyak, hanya nasi putih tanpa lauk”, katanya.
Sumber :
mingguan berita wanita “tokoh” edisi 6 – 12 januari 2014.
No comments:
Post a Comment