Wednesday, January 8, 2014

“ Es tok dan Nasi tok “ ala Bali



Bali atau tanah Bali adalah merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), jadi dengan demikian semua warga negara RI dari Sabang hingga Marauke di timur sana, bebas untuk datang dan juga menetap di tanah Bali, katakanlah untuk mencari nafkah guna menyambung hidup. Namun hendaknya disadari tanah Bali itu adalah hanya sebagian kecil wilayah NKRI yang memiliki satu bahasa daerah (bahasa daerah Bali). Ingatlah juga pepatah tetua kita zaman kemarin “ lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain jua belalangnya”.

Postingan ini semata mengingatkan para saudara yang akan tinggal katakanlah menetap di tanah Bali, karena tinggal di suatu daerah yang baru, sedikit tidaknya harus tahu bahasa daerahnya paling tidak yang lumrah dipakai dalam kesehariannya. Banyak yang bilang kalau hendak masuk ke kandang kambing mengembeknya, dan mengaumlah kala masuk ke kandangnya macan. Di bawah ini ada pengalaman yang amat berharga, semoga dapat dipakai sebagai cermin katakanlah panduan/contoh  ( sebenarnya lucu ):

Di ceritrakan saudara kita dari Jawa sana tinggal di Bali bersama keluarga  ( mereka belum faham tentang bahasa Bali ) :  Suatu saat anak pertamanya ke warung hendak membeli es. Sampai di warung, iapun ditanya oleh pedagangnya, “ Mau beli apa dik?” Iapun menjawab, “ Mau beli es “. Si pemilik warung bertanya lagi, “Es campur atau es tok ?” Si pembeli berpikir dalam hati, kalau es campur sudah biasa. Kalau begitu es tok saja ah. Iapun menjawab lagi “ Es tok saja”  Si pemilik warung kembali bertanya “ Mau beli berapa? “  “ Tiga ribu bu “, jawabnya.  Setelah itu si pembeli es diberi es batu satu tas kresek besar. Iapun terbengong-bengong, tapi tidak berani bertanya. Dalam hanya terus bertanya-tanya. Beli es kok dikasi es batu, satu kresek pula? Akhirnya tiba di rumah (dengan wajah cemberut), es itu di taruhnya di atas meja makan dengan keras. Iapun ngomel-ngomel sambil berceritra pada pembantunya.  “ saya disuruh memilih es campur atau es tok, malah di kasi es batu,” tuturnya. Tiada urung si pembantupun tertawa ngakak. “Kok tertawa?”, tanyanya. Pembantunyapun menjelaskan : “ di tanah Bali yang disebut es tok itu ya es batu, maksudnya, es saja “ Diapun ikut tertawa terbahak-bahak mengetahui hal itu.

Di lain tempat neng tanah Bali, pada suatu ketika ada kejadian serupa dengan yang diatas. Kasusnya dialami pekerja rumah tangga. PRT (pembantu rumah tangga) pergi ke pasar senggol  hendak membeli nasa. Singkat ceritra, pedagang nasi bertanya “ mau beli nasi campur atau nasi tok?” PRT itupun berpikir, nasi campur sudah biasa, lebih baik pilih nasi tok. Maka PRT itupun memilih nasi tok, dengan harga Rp. 5000. Akhirnya dia  pulang sambil tersenyum riang, melihat bungkusan nasi yang besar . Di pikirannya, murah sekali  beli nasi di Bali. Tiba di rumah, dia melihat satu bungkus nasi putih saja, iapun terbelalak. Setelah ada yang memberi penjelasan iapun tertawa. “ Pantas saja banyak, hanya nasi putih tanpa lauk”, katanya.

Sumber  :  mingguan berita wanita  “tokoh”  edisi  6 – 12 januari 2014.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini