Friday, October 25, 2013

“ kebang memedi “



Siapa yang tidak kenal pulau Bali, sebuah pulau yang penuh dengan berbagai kepercayaan dibidang spiritual, relegius atau magis, atau black magic  yang keloktah dengan istilah ilmu leaknya (leak ngakak). Disamping itu di Bali ada juga istilah : memedi, samar, gamang, banas, serta yang lainnya. Ada juga sesuatu kejadian yang acap terjadi di pulau Bali, “kebang memedi” kejadian itulah yang sering terjadi di berbagai belahan tanah Bali.

Kebang memedi adalah istilah dalam bahasa Bali yang berasal dari kata “kebang” tereliminir dari kata keengkebang yang berarti “disembunyikan” dan memedi yang kurang lebih berarti “wong samar” jadi istilah “kebang memedi” itu berarti disembunyikan oleh wong samar sejenis mahluk halus. Wong itu berarti orang dan samar berarti tidak kelihatan oleh mata telanjang, hanya mereka yang punya kemampuan bathin tertentu yang dapat melihatnya. Jadi memedi itu adalah sejenis mahluk halus yang mendiami tempat-tempat yang angker seperti tebing/pilah (bhs.Bali), jurang, sungai-sungai, anak sungai/pangkung (bhs.Bali), pohon-pohon besar, batu-batu besar dan sejenisnya.

Diyakini ada dua hal yang prinsip mengapa memedi itu menyembunyikan manusia, yang pertama karena memedi itu menyukai manusia tersebut, dan yang kedua adalah karena faktor usil semata (ingin mencari gara-gara) untuk meresahkan keluarganya. Umumnya yang disembunyikan itu adalah anak-anak, tapi tidak jarang juga yang disembunyikan adalah orang dewasa atau bisa jadi seorang kakek/ nenek. Dari  cara menyembunyikan umumnya juga ada dua cara : pertama adalah dengan membawa orang tersebut ke tempatnya (ke istananya), dan cara yang kedua adalah membiarkan orang tersebut beraktivitas seperti biasa namun dibuat sedemikian rupa agar orang-orang (keluarganya) tidak bisa melihatnya.

Agar kejadian kebang memedi tidak menimpa keluarga kita, maka janganlah membiarkan anak-anak pergi ke tempat yang angker sendirian, utamanya pada jam 12.00 siang (tengai tepet, perubahan waktu siang ke sore), dan juga pada jam 18.00 (sandi kala, perubahan waktu dari sore ke malam). Namun jika sudah kadung terjadi, dimana salah satu keluarga kita hilang secara mesterius (kebang memedi), maka segeralah ambil gong  (bisa juga alat bunyi-bunyian lainnya yang terbuat dari besi) lebih efektif lagi kalau ada bajra/genta lalu bunyikan dengan keras-keras mengelilingi desa, tempat-tempat angker utamanya pada tempat dimana peristiwa hilangnya anggota keluarga terjadi. Dengan mendengar suara gaduh dari bunyi-bunyian diyakini akan memekakkan telinga memedi itu. Maka memedipun akan merasa tersiksa, oleh suara gaduh dan akan melepaskan orang / anak yang disembunyikan. Tradisi / kebiasaan ini ada dan berkembang  dari zaman ke zaman  pada masyarakat kita khususnya orang Bali.

Sumber  > kalender bali 2014, penyusun : I B Supartha Ardhana.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini