Siapa yang tidak kenal pulau Bali, sebuah pulau yang penuh
dengan berbagai kepercayaan dibidang spiritual, relegius atau magis, atau black
magic yang keloktah dengan istilah ilmu
leaknya (leak ngakak). Disamping itu di Bali ada juga istilah : memedi, samar,
gamang, banas, serta yang lainnya. Ada juga sesuatu kejadian yang acap terjadi
di pulau Bali, “kebang memedi” kejadian itulah yang sering terjadi di berbagai
belahan tanah Bali.
Kebang memedi adalah istilah dalam bahasa Bali yang berasal
dari kata “kebang” tereliminir dari kata keengkebang yang berarti “disembunyikan”
dan memedi yang kurang lebih berarti “wong samar” jadi istilah “kebang memedi”
itu berarti disembunyikan oleh wong samar sejenis mahluk halus. Wong itu
berarti orang dan samar berarti tidak kelihatan oleh mata telanjang, hanya
mereka yang punya kemampuan bathin tertentu yang dapat melihatnya. Jadi memedi
itu adalah sejenis mahluk halus yang mendiami tempat-tempat yang angker seperti
tebing/pilah (bhs.Bali), jurang, sungai-sungai, anak sungai/pangkung
(bhs.Bali), pohon-pohon besar, batu-batu besar dan sejenisnya.
Diyakini ada dua hal yang prinsip mengapa memedi itu
menyembunyikan manusia, yang pertama karena memedi itu menyukai manusia
tersebut, dan yang kedua adalah karena faktor usil semata (ingin mencari
gara-gara) untuk meresahkan keluarganya. Umumnya yang disembunyikan itu adalah
anak-anak, tapi tidak jarang juga yang disembunyikan adalah orang dewasa atau
bisa jadi seorang kakek/ nenek. Dari
cara menyembunyikan umumnya juga ada dua cara : pertama adalah dengan
membawa orang tersebut ke tempatnya (ke istananya), dan cara yang kedua adalah
membiarkan orang tersebut beraktivitas seperti biasa namun dibuat sedemikian
rupa agar orang-orang (keluarganya) tidak bisa melihatnya.
Agar kejadian kebang memedi tidak menimpa keluarga kita, maka
janganlah membiarkan anak-anak pergi ke tempat yang angker sendirian, utamanya
pada jam 12.00 siang (tengai tepet, perubahan waktu siang ke sore), dan juga
pada jam 18.00 (sandi kala, perubahan waktu dari sore ke malam). Namun jika
sudah kadung terjadi, dimana salah satu keluarga kita hilang secara mesterius
(kebang memedi), maka segeralah ambil gong (bisa juga alat bunyi-bunyian lainnya yang
terbuat dari besi) lebih efektif lagi kalau ada bajra/genta lalu bunyikan
dengan keras-keras mengelilingi desa, tempat-tempat angker utamanya pada tempat
dimana peristiwa hilangnya anggota keluarga terjadi. Dengan mendengar suara
gaduh dari bunyi-bunyian diyakini akan memekakkan telinga memedi itu. Maka
memedipun akan merasa tersiksa, oleh suara gaduh dan akan melepaskan orang /
anak yang disembunyikan. Tradisi / kebiasaan ini ada dan berkembang dari zaman ke zaman pada masyarakat kita khususnya orang Bali.
Sumber >
kalender bali 2014, penyusun : I B Supartha Ardhana.
No comments:
Post a Comment