Mejauman adalah merupakan tahapan prosesi
pernikahan/perkawinan Hindu ala Bali, yang sebelumnya didahului dengan
mekalan-kalan, mesakapan, dan tahap yang terakhir adalah mejauman. Upacara ini
merupakan kunjungan resmi yang bersifat sosial relegius yang dilakukan kedua
mempelai kepada keluarga pradhana (wanita), tetapi tidak dibenarkan untuk
menginap dirumah keluarga pradhana saat itu.
Upacara ini ditandai dengan membawa jauman berupa tipat
bantal dengan segala kelengkapannya. Tipat yang dimaksud disini adalah ketupat
(kemungkinan merupakan lambang pradhana / vagina) sedangkan bantal/ sejenis
jajan yang terbuat dari campuran ketan, beras, dan parutan kelapa, gula pasir
serta garam dibungkus dengan janur berbentuk bulat panjang (kemungkinan adalah lambang purusa /
phallus). Upacara ini bertujuan untuk mohon pamit mempelai wanita secara sekala
dan niskala. Secara sekala mempelai wanita mohon pamit kepada orang tua dan
kerabat dekatnya, termasuk secara kedinasan / administrasi kependudukan
setempat. Secara niskala mempelai wanita mohon pamit kepada bhatara-bhatari
leluhurnya yang dilaksanakan dengan membawa jauman berupa tipat bantal dengan
segala kelengkapannya.
Yang menarik dari upacara ini adalah adanya bawaan berupa
tipat bantal dalam kaitannya dengan mejauman. Kata mejauman berasal dari kata
jaum (alat menjahit). Secara maknawi jaum/jarum dapat diartikan sebagai
penyambung / penyatuan dua unsur dalam hal ini adalah keluarga purusa
(pengantin laki-laki) dengan keluarga pradhana (pengantin perempuan) yang disimbulkan
dengan tipat bantal. Tipat bantal disini nampaknya ada hubungan dengan penyatuan
dua unsur yakni bantal adalah simbul seks laki-laki, sedangkan tipat/ketupat
adalah simbul seks perempuan.---
Sumber : Majalah Suluh
Pendidikan/Jurnal ilmu-ilmu pendidikan. Vol.9 no.2 desember 2011.
No comments:
Post a Comment