Yang namanya tajen hampir semua orang tahu, bahwa tajen atau
sabungan ayam itu adalah salah satu dari kesekian jenis judi yang ada. Namanya
saja judi tentulah dilarang, jika melaksanakan/menggelar judi maka sanksinya
adalah hukuman. Namun walau demikian adakalanya yang namanya tajen itu harus
dilaksanakan karena alasan dan serta
pertimbangan yang prinsip dan masuk akal. Diantara tempat yang ada di tanah
Bali, ada suatu wilayah mengharuskan tajen itu wajib di gelar dan itupun pada
waktu yang tertentu juga.
Tersebutlah, Banjar Dukuh desa Tiyinggading kecamatan
Selemadeg Barat, para warganya tidak berani jika sampai tidak mengadakan tajen
tiga hari menjelang Hari Raya Galungan (Minggu Dungulan), tempat yang
diambilpun tidak lain adalah di jaba Pura Dukuh. Jika yang namanya tajen tidak
di adakan maka pada penampahan Galungan mereka akan membuktikan hal yang buruk
akan mereka alami. Pernah suatu ketika bahkan dua kali telah terbukti, yang
namanya tajen tidak mereka gelar maka yang mereka alami, babi yang dipotong
oleh masyarkat setempat mengeluarkan ulat dan dagingnya membusuk. Sejak
kejadian itu mereka tidak pernah berani lagi untuk tidak mengadakan tajen di
Pura Dukuh.
Yang menjadi penyebab tajen di Pura Dukuh wajib diadakan
menjelang Hari Raya Galungan adalah, terkait dengan sesangi (janji) para tetua
kampung saat tertimpa gerubug (bencana serangan hama). Konon pada tahun lima
puluhan , leluhurnya pertama kali menempati areal hutan yang kini dinamakan
Banjar Dukuh, berawal dari kata pedukuhan/pemondokan. Leluhur mereka merabas
hutan untuk tempat memondok dan areal kebun, yag mana pada awalnya cuma ditempati
oleh tiga kepala keluarga. Lama kelamaan tersebar berita bahwa di tempat yang
terbilang angker (tenget/bhs.Bali) itu, telah ada orang yang berani menempati
maka datanglah dua kepala keluarga lagi untuk turut bermukim di sana. Sejalan
dengan waktu yang berlalu, lambat laun akhirnya di tempat itu berdirilah
bebarapa pemondokan dan akhirnya lokasi itu dinamai padukuhan dan berubah
menjadi Banjar Dukuh. Singkat cerita di Januari seribu sembilan ratus enam
puluh dua, lima orang tetua kampung yang menempati pedukuhan membangun
palinggih Pura Dukuh, tentunya demi keselamatan mereka bersama.--
Sumber :
majalah tabanan serasi, edisi 19 maret 2013.
No comments:
Post a Comment